قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ماَ مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ اْلعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا اَللّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ اَللّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا .
( صحيح البخاري )
" Tiada suatu hari pada hamba-hamba Allah kecuali dua malaikat turun , seraya berdoa : Wahai Allah berilah para penderma keberhasilan , dan malaikat yang kedua berkata : Wahai Allah , berilah orang yang menahan hartanya ( kikir ) kehancuran " . ( Shahih Al Bukhari )
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ الحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ واَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجمَعِ اْلكَرِيْمِ وَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْجَلْسَةِ اْلعَظِيْمَةِ...
Limpahan puji ke hadirat Allah subhanahu wata'ala yang Maha Luhur , Yang Maha Agung , Yang Maha Mengungguli segenap keagungan yang berawal dan bersumber dari-Nya segala keagungan serta berakhir kepada-Nya segala kewibawaan dan keagungan , karena Yang Maha Agung adalah Tunggal milik Allah dan yang lain adalah bias , yang lain adalah pantulan baik itu berupa keindahan atau kewibawaan , kedudukan , kekayaan atau apapun maka kesemuanya itu hanyalah bias dan bayangan saja , sedangkan yang asli hanyalah satu yaitu Allah subhanahu wata'ala .
Alam semesta ini hanyalah bayangan kewibawaan Ilahi , bayangan keindahan Allah , hakikatnya bukan alam semesta tapi hakikatnya adalah Al Wujud Jalla wa 'Alaa subhanahu wata'ala Yang Maha Ada . Bagaimana kita mengetahui antara bayangan dan yang asli , kita butuh cahaya yang terang , apa cahaya yang terang ? maka carilah cahaya yang paling terang di alam semesta yaitu sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam , inilah cahaya yang paling terang benderang hingga kau bisa melihat Zat Al Wujud , Zat Yang kau bersujud kepada-Nya , Yang selalu melihat kita , apakah mungkin manusia melihat Allah sebelum wafat ? tentunya sangat mungkin . Karena Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di riwayatkan dalam dalam Shahih Al Bukhari :
اَلإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
" Ihsan yaitu engkau mengabdi kepada Allah seperti engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Al Ihsan derajat tertinggi dalam keimanan , yaitu beribadah kepada Allah seakan ia melihat Allah tapi jika ia tidak mampu melihat Allah maka ia sungguh meyakini bahwa ia dilihat oleh Allah . Itulah derajat yang paling sempurna .
Hadirin hadirat , barangkali dalam setiap detik-detik puluhan tahun penuh kegelapan dan dosa , kita ingin detik-detik saat ini jiwa kita merasa dilihat oleh Yang Maha Melihat , dilihat dosa-dosa kita untuk dihapuskan , dilihat musibah kita untuk diganti dengan anugerah , dilihat kesedihan kita untuk diganti dengan kenikmatan , dilihat segala musibah kita untuk diganti dengan kebahagiaan dunia dan akhirah itulah harapan kami wahai yang melihat jiwa kami . Kami sadari ataupun tidak , Engkau tetap melihat kami , kami sadari ataupun tidak Engkau tetap mengatur kami , maka aturlah kami dengan sebaik-baik pengaturan . Allah memberi satu lorong kehidupan besar bagi mereka yang mau mencapai kesempurnaan hidup , dan Allah bukakan satu pintu besar bagi mereka yang memilih kesulitan hidup , seraya berfirman :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ، وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ، فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
( الليل :5-7 )
" Maka barangsiapa ( memberikan hartanya di jalan Allah ) dan bertakwa , dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( surga ), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan ( kebahagiaan )" . ( QS. Al Lail : 5-7 )
Maka barangsiapa yang banyak mengeluarkan hartanya dalam bershadaqah , bukan hanya bershadaqah saja , tetapi juga bertakwa dan memperbanyak ibadah dan juga membenarkan hal-hal yang baik , terkadang ada juga yang banyak bershadaqah , banyak beribadah tetapi tidak membenarkan hal yang baik , ketika datang waktunya maulid hal ini dikatakan bid'ah dan syirik , maka yang seperti itu bukanlah yang termasuk dalam firman Allah : " Washaddaqa bil Husnaa " .
Maka jika tiga syarat ini dilengkapi ; ia banyak bershadaqah , ia perbanyak ibadah semampunya , dan ia membenarkan hal-hal yang baik , tidak ia pungkiri . Misalnya ada orang yang memakai siwak , ( mungkin ) ada yang berkata : " Waduh siwak itu ketinggalan zaman , itu zaman Nabi sekarang sudah ada sikat gigi jadi tidak perlu lagi memakai siwak ", pakai siwak dan sikat gigi dipakai juga . ( Mungkin ) ada yang kalau memakai siwak ia merasa giginya tidak bersih , berbeda karena di masa lalu makanannya tidak bermacam-macam seperti sekarang , oleh karena itu zaman sekarang gigi tidak bersih jika dengan siwak , maka harus dengan sikat gigi . Maka gunakan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan menggunakan siwak untuk mendapatkan pahala sunnah karena Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
اَلسِّوَاكُ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ مُطَهَّرَةٌ لِلْفَمِ مغْضَبَةٌ لِلشَّيْطَانِ
" Siwak keridhoan bagi Allah dan kebersihan bagi mulut serta kebencian bagi syaitan " Siwak membawa keridhaan Allah , serta kebersihan bagi mulut dan kebencian syaitan , karena muncul pengampunan dari Allah atas dosa-dosa dari bibir dan lidahnya . Hadirin hadirat , maka jika seseorang membenarkan hal-hal yang baik seperti itu , dan banyak bertakwa , banyak bershadaqah , maka apa yang akan dilakukan oleh Allah terhadap orang-orang yang berbuat seperti itu ? firman-Nya :
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
( الليل : 7 )
" maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan ( kebahagiaan ) . ( QS. Al Lail : 7 )
Allah mudahkan jalan hidupnya , jika Allah telah berjanji " Akan Aku mudahkan jalan menuju kemudahan " , maka apa saja yang ada di hadapannya baik itu rumah tangga , pekerjaan , sekolahnya , usahanya dan apa pun yang ada di hadapannya maka Allah akan menjadikannya mudah , ditumpah ruahkan anugerah tanpa ia sadari , sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
( الطلاق : 2-3 )
" Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia ( Allah ) akan membukakan jalan keluar baginya , dan Dia memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka " . ( QS. At Thalaq : 2-3 )
Limpahan anugerah Ilahi tercurah seluas-luasnya , dengan kita memperbanyak shadaqah , memperbanyak ibadah dan membenarkan hal- hal yang baik , dan sebaliknya firman Allah subhanahu wata'ala :
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى ، وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى ، فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
( اليل : 8-10 )
" Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup , serta mendustakan ( pahala ) yang terbaik , maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran ( kesengsaraan ) " . ( QS. Al Lail : 8-10 )
Sudah termasuk orang yang kikir , juga malas beribadah dan mendustakan pula hal-hal yang baik . Berkumpul untuk berzikir atau kalau ngaji malam hari dikritik ( ngapain ngaji malam-malam , lebih baik di rumah saja ) , tetapi siang juga tidak ngaji , maka tentunya orang seperti ini adalah orang yang tidak baik yang hanya berbicara dengan hawa nafsunya .
Maka jika tiga hal ini ada pada seseorang ; sudah kikir , malas juga beribadah , ketika disampaikan hadits tentang keutamaan shalat lima waktu , maka ( mungkin ) ia berkata : " nanti saja shalatnya kalau lewat 40 " , ketika disampaikan hadits tentang larangan hubungan buruk antara pria dan wanita , mungkin ia berkata " Itu kan kalangan santri ", terus saja merasa malas untuk beribadah , serta mendustakan hal-hal yang baik , dalam tafsir juga ada yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah tidak menerima kalimatullah al 'ulya ( tidak menerima Islam ) , maksudnya " kufur " . Jika tiga hal ini berpadu , maka firman Allah subhanahu wata'ala :
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
( اليل: 10 )
" Maka akan Kami ( Allah ) mudahkan baginya jalan menuju kesukaran ( kesengsaraan ) " . ( QS. Al Lail : 10 )
Rumah tangganya dipersulit , pekerjaannya sulit , kehidupan dunianya sulit , akhiratnya juga sulit dan ia akan menemui kesulitan yang abadi . Hadirin hadirat , Takdir Allah diserahkan kepada mu , mau memilih jalan yang mana . Kita tidak bisa kemana-mana , kita harus memilih salah satu diantara dua jalan . Yaitu jalan yang baik , jika kita memilih jalan yang ini maka kita akan menemui sedikit hambatan dan kemudian kemudahan dan kemudahan hingga kemudahan yang abadi , atau memilih jalan yang satunya , yang tidak kelihatan kesulitannya , tampaknya mudah , tetapi ujungnya adalah jurang . Masih beruntung jika ujungnya hanya sekedar jurang , tapi jika itu adalah jurang neraka , yang tidak mati tetapi digantikan kulitnya yang telah hangus , digantikan lagi terus seperti itu ( na'uzubillah ) dari banyaknya dosa yang diperbuat . Dan kita memohon kepada Allah semoga semua wajah yang hadir pada malam hari ini diberi kemudahan dunia dan akhirat , semua yang ada ini dibimbing oleh Allah menuju jalan kemudahan , Ya Rahman Ya Rahim Ya Zal Jalaali wal Ikram .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Sampailah kita pada hadits agung ini , dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan : " Bahwa setiap hari kedua malaikat diturunkan oleh Allah kepada setiap hamba-Nya , seraya berdoa :
اَللّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
" Wahai Allah para penderma keberhasilan ( pengganti dari yang telah diinfakkan ) " . Dan malaikat yang lainnya berkata :
اَللّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
" Wahai Allah , berilah pada orang yang menahan hartanya (kikir ) kehancuran "
Malaikat yang pertama berdoa agar orang-orang yang berderma itu diberi kemenangan , kesuksesan dan digantikan dengan yang lebih baik dari harta yang ia dermakan . Sedangkan malaikat yang kedua berdoa agar Allah memberikan kesulitan dan kehancuran hidup kepada orang yang kikir , dan Allah mencabut keberkahan rizkinya . Bayangkan kalau seandainya kita berderma , ketahuilah di saat itu malaikat sedang mendoakan kita sebelum orang lain mendoakan kita , tapi di saat kita menahan harta kita maka di saat itu malaikat juga mendoakan kehancuran bagi kita , inilah sabda Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan di sinilah Allah membuka lagi gerbang-gerbang keluhuran , keberhasilan dan kesuksesan bagi orang-orang yang beriman .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari , ketika seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : " Ya Rasulallah ibuku telah wafat , jika aku mengirimkan amal untuk dia apakah pahalanya akan sampai ? " , maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata : " betul, sampai " , demikian riwayat Shahih Al Bukhari . Ini adalah salah satu dalil dari belasan dalil shahih dari Shahih Al Bukhari dan Muslim tentang sampainya amal pahala kepada orang yang telah wafat , dan seluruh mazhab telah bersepakat tentang sampainya kiriman amal kepada yang wafat . Bahkan sebagian Ulama' mengatakan bahwa mengirim amal dari yang hidup kepada yang masih hidup juga sampai . Sebagian berkata hanya khusus seperti ibadah haji saja , misalnya ada yang sudah tua renta tidak mampu untuk pergi haji , maka yang lain yang pergi maka juga sampai pahalanya kepada yang tua renta tadi, padahal orang nya masih hidup .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Di riwayatkan juga dalam Shahih Al Bukhari , disampaikan oleh sayyidina Abdallah bin Umar bahwa ketika Rasulullah melihat sayyidina Utsman tidak hadir dalam perang Badr , maka sayyidina Utsman berkata kepada Rasulullah seraya menangis : " Wahai Rasulullah , aku menjaga putrimu yang sedang sakit , sehingga aku tidak bisa hadir dalam perang Badr " , maka Rasulullah berkata : " Bagimu pahala Badr dan bagimu pula kemuliaan Ahlul Badr " , padahal sayyidina Utsman tidak hadir dalam perang Badr tapi pahalanya dikirim oleh Rasul shallallahu 'alaihi wasallam , jadi mengirimkan pahala itu sampai baik kepada yang hidup atau yang sudah wafat . Dan pengiriman amal itu banyak , jadi kalau kita mau berbakti kepada orang tua yang sudah wafat maka kirimkan amal ibadah kita , kalau kita mengirimkan amal ibadah kita , maka amal ibadah kita tidak akan berkurang , terkadang orang berfikir jika amalnya dikirimkan maka amal ibadahnya akan habis , tidak demikian karena Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
( الكهف : 49 )
" Dan mereka dapati ( semua ) apa yang telah mereka kerjakan , dan Tuhanmu tidak menzhalimi seorang pun " . ( QS. Al Kahfi : 49 )
Maka hari kiamat kelak semua yang kita perbuat akan hadir . Abu Hurairah radiyallahu 'anhu berkata : " Wahai Rasulullah ku jadikan semua amal pahala ku untukmu " , maka Rasulullah berkata : " Kalau begitu cukuplah cintamu kepadaku " ( ) dan saat Abu Hurairah dipanggil Allah di hari kiamat maka yang hadir bukan amalnya melainkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam . Demikian pula Abu Al Abbas bin Ishaq As Tsaqafi yang mana ia memberi 12 ekor kambing di hari Idul Adha dan pahalnya diberikan khusus untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , Ada yang mengkhatamkan Al qur'an 12000 kali dan pahalanya untuk Rasullullah sahallallahu 'alaihi wasallam , dan orang ini adalah murid Al Imam Ahmad bin Hanbal Ar , demikian indahnya . Dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersbada diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ; " Hendaklah diantara kalian bershadaqah " , maka seorang sahabat berkata : " Ya Rasulallah , kalau ia tidak punya ?" , maka Rasul berkata : " kalau ia tidak punya maka bekerja lalu bershadaqahlah " , lalu sahabat bertanya lagi : " kalau sudah mencari pekerjaan tetapi tidak mendapatkan ? " , maka Rasulullah berkata : " maka membantu orang yang susah " , misalnya ada seorang penjual buah sedang mendorong gerobaknya , maka bantu ia mendorong karena hal itu juga shadaqah , meskipun bukan harta yang dikeluarkan . Maka ada sahabat yang bertanya lagi : " Ya Rasulullah jika yang seperti juga tidak ada ? ", maka Rasul berkata : " meperbanyak amal baik dan menjauhi larangan Allah " .
Jadi jika tidak ada yang bisa dishadaqahkan , harta tidak ada , pekerjaan juga tidak ada , membantu orang tidak bisa , maka hendaklah ia memperbanyak amal baik dan menjauhi larangan Allah , karena hal itu merupakan shadaqah baginya .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ada satu hal yang perlu saya nukil dalam masalah shadaqah ini , ketika para sahabat bertanya maka Allah yang mewahyukan kepada sang Nabi Yang berfirman :
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
( البقرة : 219 )
" Dan mereka bertanya kepada mu ( Muhammad ) tentang apa yang ( harus ) mereka infakkan , katakanlah kelebihan dari apa yang diperlukan " . ( QS. Al Baqarah : 219 )
Para shahabat sudah banyak berinfaq , kaum Anshar sudah berinfaq dari setengah hartanya , kaum Muhajirin bahkan telah meninggalkan seluruh hartanya di Makkah tapi mereka masih ingin berinfaq , maka Allah subhanahu wata'ala berfirman :
قُلِ اْلعَفْوَ
" Katakanlah ( Muhammad ), berinfaklah dengan maaf ". Kalau mau berinfak , berinfaklah dengan maaf dan itu adalah infak yang termahal . Jika seseorang memiliki sepuluh mobil dan menginfakkan 5 mobilnya , maka hal itu masih lebih kecil di banding ia harus memberi maaf kepada orang yang paling ia benci , ( mungkin ) lebih baik jika ia mempunyai dua rumah maka ia berikan rumah itu satu untuk orang fakir , baginya lebih ringan daripada memaafkan orang yang ia benci . Jadi infak yang paling berat adalah memaafkan orang-orang yang bersalah kepada kita . Jadi maafkan orang yang pernah salah terhadap kita , kenapa kita harus memaafkan orang yang salah kepada kita ? karena kita juga banyak berbuat jahat kepada Allah , tidak malukah kita yang banyak berbuat jahat kepada Allah jika tidak mau memaafkan orang yang berbuat jahat kepada kita ?! .
Kita berharap Allah memaafkan kejahatan kita kepada Allah , bagaimana kita tidak mau memaafkan orang yang berbuat jahat kepada kita , bagaimana jika kelak kita ditanya di hadapan Allah : " Engkau yang meminta maaf dariKu sedangkan kau tidak mau memaafkan hambaKu yang lainnya , bukankah ia juga ciptaanKu " ? , orang yang jahat terhadap kita siapa yang telah menciptakannya , Allah juga yang menciptakannya sebagai ujian bagi kita , untuk apa ? mengapa Allah menciptakan keindahan , mengapa Allah menciptakan dia bersifat buruk , bengis , licik dan penuh kejahatan ? yaitu supaya menjadi alat bagi kita untuk mendekat kepada Allah , yang dengan itu kita akan mencapai derajat orang yang paling dicintai Allah subhanahu wata'ala .
Hadirin hadirat , saya tidak berpanjang lebar disini telah hadir guru kita Al Habib Alwi bin Yahya yang akan meneruskan majelis hingga doa penutup , karena saya akan meninggalkan majelis dan saya mohon para jamaah untuk tetap tertib, Majelis Rasulullah tetap berlanjut , kepada Al Habib Alwi falyatafaddal masykura.
Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343).