MENCARI TUHAN
Beruntunglah anda yang meyakini keberadaan Tuhan dalam iman terhadap
kitab suci dan agama anda itu. Kelebihan manusia yang beriman memang
dia cenderung berjiwa tenang. Kekurangannya adalah dia telah berhenti
untuk mempertanyakan esensi Tuhan secara dialektik. Sehingga dengan
pertanyaan seorang bocah seperti:
"Dimanakah Tuhan? Mengapa Tuhan cuma satu? Apakah dia tidak kesepian?
Siapa yang menciptakan Tuhan ? Kenapa Tuhan tidak pernah terdengar
berbicara?"
Manusia yang hatinya penuh iman ini biasanya akan menghindar dengan
jawaban klise untuk menutupi ketidak berdayaan.
"Tuhan ada dimana mana. Tuhan memang harus satu kalau tidak dia bisa
kompetisi dengan Tuhan lainnya. Tuhan tidak ada yang menciptakan.
Tuhan jaman sekarang adalah Tuhan yang mendengar, tidak lagi berbicara".
Terlepas dari kesolehan anda yang meyakini keberadaan Tuhan, dan
terlepas dari arogansi seorang atheist yang sama sekali menolak
keberadaan Tuhan, sebenarnya anda dan dia mempunyai dilema yang
kontradiktif dengan objek yang sama.
Orang beriman percaya tapi tidak bisa membuktikan Tuhan itu exist.
Orang Atheist mempersetankan Tuhan, tapi tidak berhasil membuktikan
Tuhan itu tidak ada.
Dan kini, seperti biasanya untuk menulis suatu pandangan objektif,
saya akan melepaskan kecenderungan emosi religi dan atheisme. Saya
akan mencoba menemukan Tuhan dalam tulisan singkat ini.
Tuhan dalam pandangan religi.
Religi adalah sebuah kepercayaan yang dianut sekian banyak orang,
kepercayaan yang diakui dan disahkan negara bernama Agama. Kepercayaan
yang tidak diakui seperti Kong Fucu di Indonesia, atau Seven day
Adventist dan Yehova Witness (sebelum di legalkan pemerintah Amerika
sebagai agama belasan tahun yg lalu) adalah cuma kepercayaan sempalan
alias cultism.
Tapi walaupun secara ritualisme mereka berbeda beda, pada dasarnya
mereka mengikuti seremonial yang sama. Yaitu menyembah supremebeing,
sang great creator yang menciptakan semua. Premise pemikiran ini
berasal dari emosi supertition terhadap fenomena supernatural. Bahwa
ada sebuah kekuatan yang lebih besar dari manusia. Jadi tidak heran
bahwa nenek moyang semua agama sebenarnya adalah para animis yang
menyembah batu dan api, atau menyembah berhala sebagai manifestasi
keberadaan Tuhan.
----------------------
Tanggapan: jika dimulai dari keyakinan agama, maka sebetulnya sejak
manusia pertama Tuhan itu sudah dikenal, bukan dimulai dari animisme atau
dinamisme. Atau apakah itu Adam, adalah manusia yang mengenal Tuhan untuk
pertama kalinya? Karena manifestasi Ruh yang ditiupkan Tuhan kepada
dirinya?
Dalam perjalanannya, Tuhan menghilang lagi dari pemikiran manusia. Anak
cucu seorang nabi pun masih bisa tersesat dan kehilangan pengenalannya
kepada Tuhan. Adam berTuhan, keturunannya pada kaum Nuh telah kehilangan
Tuhan kembali. Nuh berTuhan. Tetapi kaum Ibrahim menyembah patung berhala
dan benda-benda langit. Akhirnya Ibrahim menemukan Tuhan kembali dan
mewariskannya turun-temurun kepada keturunannya. Dari sisi agama, begitu
perjalanan hubungan antara manusia dan Tuhan. Hilang – ketemu – hilang –
ketemu – hilang lagi – ketemu lagi – dst.
----------------------
Tuhan menurut Science.
Bila religi memilih pendekatan emosi dan iman terhadap esensi Tuhan,
science memilih logika ilmiah yang cenderung superficial. Bila religi
selalu mempertanyakan "why" kemudian menjawabnya dengan pasif dengan
"because" yang tidak gamblang dan bertele tele, Science menanyakan
"How?" dan mencoba mencari bukti dengan metodenya sendiri. Mereka
mencoba menemukan sebuah jawaban dalam fenomena fisik, diluar itu
segala konsep yang tidak sejalan dengan hukum fisika dinamakan
metafisika, alias fenomena absurd yang tidak sesuai dengan nature law.
Jadi tidak heran di mata science konsep Tuhan yang tidak berawal,
Tuhan yang tidak akan berakhir adalah konsep yang tidak masuk akal.
Menurut observasi mereka segala sesuatu itu harus berawal dan pasti
berakhir. Atom, neutron, sel kulit, bulan dan bintang mengalami proses
decay yaitu proses kerusakan, pembusukan.
----------------------
Tanggapan: mohon nanti dibaca tulisan saya tentang Einstein dan Tuhan.
Saya mencoba menjelaskan eksistensi Tuhan melalui pendekatan ruang dan
waktu. Saya akan lampirkan di bawah.
----------------------
Argumentasi 2 front fanatik.
Atheisme masa kini banyak dianut oleh para ilmuwan modern. Seorang
biologist populer seperti Dawkins secara jelas-jelas meniadakan Tuhan
dalam proses biologist. Jelas dia penganut fanatik teori evolusi yang
lebih extrim dari Darwin.
Teori Evolusi yang di rayakan masyarakat atheist sebagai bukti bahwa
Tuhan itu nisbi, berhadapan dengan teori kreasi kaum religi yang
mempertahankan bahwa Tuhan itu real. Masing-masing mencoba memberikan
argumentasi yang terbaik. Dan mencoba mematahkan argumentasi lawan
dengan segala macam teori dan pemikiran logis.
Yang terjebak dalam kemelut itu dan merasa tidak berdaya memundurkan
diri dan menjadi agnostik. Tuhan mungkin ada tapi mereka tidak mau
memikirkannya lagi.
Kelemahan religi.
Religi tidak punya konsep yang jelas atau rumus yang terbuka untuk
membuktikan keberadaan Tuhan. Religi bahkan cenderung memanusiakan
Tuhan. Seperti Tuhan yang emosional, Tuhan yang maha pemaaf, Tuhan
yang istirahat di hari ke 7 penciptaan.
Bila mau berterus terang, sosok Tuhan dalam benak umat manusia itu ber
gender laki-laki, itu juga lantaran Religi selalu menyebut Tuhan "He"
dalam Bible. Dan asumsi bahwa Tuhan adalah Raja, tahta dan berkuasa
serta berwibawa membuat sang Divine ini nampak lebih cenderung sebagai
laki-laki.
----------------------
Tanggapan: tidak setuju. Di dalam Islam, sifat Tuhan itu ada yang Feminin
dan ada yang Maskulin. Seperti Jamal yang artinya cantik. Dan Jalal yang
artinya gagah. Ar-Rahmaan ar-Rahiim adalah sifat Feminin. Sedangkan
al-Jabbar Mutakabbir adalah sifat Maskulin. Jadi karena Dia itu satu,
tentu saja tidak mempunyai Gender. Pada nama-nama Nya yang baik (Asmaul
Husna), terkumpul nama-nama Nya yang Feminin dan juga yang Maskulin.
----------------------
Tuhan orang Islam bahkan cenderung lebih nampak sebagai homosex
lantaran Tuhan kebanyakan dari mereka percaya bahwa "Muhammad itu
kekasih Allah" Kekasih dalam bahasa Indonesia adalah objek cinta
manusia yang melibatkan emosi platonis dan sex.
----------------------
Tanggapan: astaga, tentu saja tidak setuju. Definisi kekasih yang anda
ambil itu tentu tidak tepat jika dipakai dalam hubungan ini. Kekasih,
itulah sebutan yang paling dekat yang diperbolehkan dalam Islam. Tidak
sampai ‘anak’. Lalu kalau penyebutan ‘anak’ Tuhan itu melahirkan? Atau
melakukan hubungan intim?
----------------------
Ini mengakibatkan Tuhan manusia beragama menjadi Tuhan yang terlalu
manusiawi, sehingga para atheis mempunyai argumen untuk memojokan
mereka bahwa Tuhan itu cuma ada di benak manusia.
Kelemahan science.
Mereka tidak percaya Tuhan, karena Tuhan tidak berwujud. Tapi di
laboratorium mereka percaya quark, partikel yang jauh lebih kecil dari
atom dan tidak pernah akan nampak itu ada walaupun tidak berwujud.
Teori evolusi meniadakan Tuhan, karena proses biologist itu adalah
mengikuti hukum mutansi, survival of the fittest. Dari one cell
organik menjadi jentik-jentik, menjadi ikan, menjadi amphibi, menjadi
kera lalu manusia.
Tapi mengapa ikan tetap menjadi ikan sekarang ini? Seharusnya mereka
telah ikut mutan seperti menjadi burung atau gajah? Dan ketika
reptilian menumbuhkan sayap dan menjadi burung, kera mencoba berjalan
dengan 2 kaki akhirnya menjadi homosapien, kenapa cuma mata yang tidak
ikut berevolusi? Ya dua mata semua mahluk hidup itu tetap 2 jumlahnya.
Tidak menjadi 3 atau 10 misalnya?
----------------------
Tanggapan: cobalah fikirkan ini. Mengapa kera, sesudah berumur ribuan
tahun bersama manusia masih belum ada perubahan di mukanya? Masih saja
seperti itu? Mengapa yang berbudaya itu hanya makhluk yang bernama
manusia? Anda lihat perkembangan budaya sejak zaman nabi Adam hingga zaman
Internet hari ini? Dan mengapa kera atau binatang lain itu menemukan baju
atau sepatu saja tidak bisa? Dari mana potensi budaya manusia itu ada?
Ruh? Mengapa dari seluruh makhluk ciptaan Tuhan di bumi ini, hanya manusia
saja yang mempunyai peradaban?
Jika manusia itu berasal dari kera, mengapa kera sampai hari ini masih
ada? Ataukah hanya ada sepasang kera yang memang ditakdirkan untuk
berevolusi menjadi manusia? Atas dasar pemilihan apa, bahwa kejadian itu
hanya satu-satunya dari seluruh spesies kera yang hidup saat itu?
----------------------
Science, seperti juga Carl Sagan yang mengakui bahwa ada yang bernama
"Cinta dan sayang" tapi "tidak bisa membuktikan zat itu", cenderung
stagnan menghadapi dinding ke tidak tahuan.
Kesimpulan.
Sebelum menggosok gigi dan mandi, biasanya saya menatap kaca dan
meneliti jerawat baru di muka. Hari ini saya melihat keriput kecil di
dekat mata. Saya terpesona, umur saya belum tua, tapi beberapa sel
kulit telah lelah dan minta pensiun awal. Siapa yang meminta sel-sel
itu berhenti bekerja?
Pertanyaan itu saya hubungkan dengan hukum biologi dan teori evolusi.
Jika dari satu biji pohon Seqoia dapat tumbuh menjadi the Giant Tree
setinggi gedung 25 lantai dan berumur ribuan tahun, dalam biji sekecil
beras itu jelas terdapat sebuah program yang memerintah bahwa dalam
pertumbuhannya nanti, pohon ini akan bercabang begini, berumur segini
dan akan nampak seperti ini.
Jika dari sel sperma manusia tumbuh menjadi manusia. yang lengkap dgn
pertumbuhan tulang, kulit, wajah dan karakter, maka dalam sel itu
terdapat program yang telah disiapkan oleh seorang programer.
Jika Manusia terserang flu atau penyakit, sel-sel antibody akan
mempertahankan tubuh manusia itu mati matian tanpa kita suruh, siapa
yang menyuruh?
Jikapun teori evolusi itu memang benar bahwa manusia berasal dari
mahluk ber sel satu? Siapa yang menyuruh sel yang tidak berotak itu
menjadi demikian berotak untuk menjadi manusia?
----------------------
Tanggapan: orang beragama akan mudah mengatakan, Tuhan.
----------------------
Relativisme Tuhan.
Relativisme adalah teori yang menyangkal absolutisme.
Relatif itu berhubungan dengan kata sifat seperti besar-kecil,
tinggi-rendah, cepat -pelan, jauh -dekat, atas -bawah.
Relativisme selalu berhubungan dengan komparasi.
Selalu ada sifat keduaan yang berhubungan satu sama lain. Sebuah benda
dikatakan besar atau kecil jika dibandingkan dengan benda lainnya.
Bola bowling besar dari bola kasti. Tapi bola bowling nampak kecil
dari bola bumi. Bola bekel jelas nampak kecil dari bola basket, tapi
bola bekel akan nampak raksasa dibandingkan atom.
Menurut orang atheis Tuhan itu (tidak ada).
Thesis "tidak ada" sangat menyalahi hukum relativitas.
Karena (tidak ada) yang berdiri sendiri, akan menjadi absolut. Untuk
melengkapi teori ini harus ada antihesis bernama "Ada".
So, secara relativitas Tuhan itu jelas ADA.
----------------------
Tanggapan: jadi seperti itu anda menemukan eksistensi Tuhan? Wujudnya
menjadi wajib ada di dunia relative ini karena ada kaum Atheis yang
mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada? Penolakan kaum Atheis itu justru
merupakan bukti kuat bahwa yang ditolak itu, Tuhan, sungguh ADA? Masuk
akal juga. Bahwa tidak mungkin mereka menolak sesuatu yang dari dulu tidak
pernah dianggap ada. Jadi penolakan mereka itu justru menunjukkan bahwa
Tuhan itu dari dulu memang sudah ADA.
EINSTEIN dan TUHAN
==================
Einstein adalah contoh manusia yang menggunakan akalnya secara maksimal.
Namun sayang olah akalnya itu telah menunda dirinya menjadi orang yang
mengakui adanya Tuhan (agnostic). Dan pada prakteknya sehari-hari dia
adalah orang yang atheis (tidak ber Tuhan, beragama).
Teori Relatifitasnya memberikan definisi waktu yang lebih maju dari
sebelumnya. Juga hubungan antara materi dan energi. Apa yang berupa materi
dapat diubah menjadi energi. Demikian pula sebaliknya. Sayang sekali
kepandaiannya tidak membawanya kepada Tuhan.
Apa yang Einstein uraikan dalam teori materi dan energi sesungguhnya
mengungkapkan teori penciptaan alam semesta. Bahwa pada awalnya, alam
semesta itu berupa energi (kabut panas) kemudian berubah (mendingin)
menjadi massa (alam semesta). Untuk kemudian materi itu bisa dirubah lagi
menjadi energi yang sangat besar dalam sekejap (bom atom).
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan kabut (gas), ..” QS. 41:11
Bagi Einstein Tuhan tidak terbukti oleh pengamatannya dan pemikirannya.
Namun bagi para nabi (manusia yang suci ruhaninya) dimana Tuhan memberikan
wahyu kepada mereka dan bercakap-cakap kepada mereka, maka adanya Tuhan
tidaklah mereka ragukan lagi. Sesungguhnya, keberadaan agama dan semua
kitab suci yang ada di dunia sampai saat ini sudah membuktikan dengan
sangat jelas, bahwa Allah itu ADA. Dan Dia bercakap-cakap kepada manusia
melalui para nabi-nabi Nya. Dan semua percakapan itu dikumpulkan dalam
kitab-kitab suci.
Premis pertama adalah alam ini diciptakan (makhluq). Jika ia diciptakan
maka ia mempunyai mula (awal) dari tiada. Maka setiap makhluq mempunyai
permulaan. Jika mempunyai permulaan maka ia dipengaruhi oleh waktu. Maka
yang dipengaruhi oleh waktu itu adalah makhluq (ciptaan). Bukan Kholiq
(Pencipta). Pencipta berada di luar jangkauan waktu. Ia tidak bermula dan
tidak berakhir. Ia mutlak tidak relatif.
Apakah Pencipta itu diciptakan? Ini adalah konsep yang membingungkan.
Pencipta yang murni (mutlak) tidaklah diciptakan. Jika Ia diciptakan, maka
Ia bukan Pencipta lagi namanya, melainkan ciptaan. Maka Pencipta tidak
diciptakan. Ia adalah Maha Ada. Segala sesuatu ada karena Dia. Mustahil
segala itu ada tanpa Dia. Dia mutlak keberadaannya tidak relatif. Alam
semesta inilah yang relatif keberadaannya.
Langit tidak berbatas? Langit tentu ada batasnya. Setiap makhluq (ciptaan)
adalah mengambil tempat. Namun akal dan pengamatan manusia tidaklah akan
sanggup mencapai batasnya. Dan apa di luar batas langit itu manusia
tidaklah akan mengetahuinya. Maka yang mengambil tempat itu adalah makhluq
(ciptaan). Bukan Kholiq (Pencipta). Pencipta tidak mengambil tempat. Ia
berada di mana-mana.
Sesuatu yang tidak bisa diindra oleh manusia bukan berarti tidak ada.
Contohnya Tuhan, malaikat, dan jin. Keberadaan Tuhan dan ke-Esa-an Nya
bisa dijangkau oleh akal. Namun dzat Nya tidak akan mampu dijangkau oleh
akal. Karena Tuhan itu tidak setara dengan apapun makhluq Nya. Jadi dzat
Nya adalah diluar imaginasi kita (beyond our imagination). Karena apapun
yang dapat kita indera dan masuk dalam imaginasi kita adalah makhluq
(ciptaan). Sedangkan Dia adalah tidak serupa dengan makhluq Nya.
RUANG dan WAKTU
---------------
Apa definisi waktu? Waktu itu ada karena apa?
Waktu itu timbul karena ada pergerakan, karena ada perubahan, karena ada
sesuatu yang bergerak. Dan sesuatu yang bergerak, berpindah tempat
memerlukan ruang. Maka waktu itu tidak akan ada jika tidak ada ruang.
Antara ruang dan waktu saling membutuhkan dan terikat. Waktu itu ada
karena ada ruang.
Alam semesta ini diciptakan (makhluq). Kita mengetahuinya karena ia
dipengaruhi oleh waktu. Segala hal di alam ini dipengaruhi oleh waktu,
berjalan sesuai waktu. Bertambah tua. Jika alam semesta ini diciptakan,
maka ia mempunyai awal, mempunyai mula. Yaitu saat waktu sama dengan nol
(t=0). Entah saat ini umur alam semesta sudah berapa.
Kita tarik mundur lagi, sebelum waktu zero, apakah ada waktu? Sebelum alam
semesta ini lahir atas kehendak Yang Maha Ada, Yang Maha Berkehendak, Yang
Maha Kuasa, apakah ada waktu? Tidak ada. Sebelum ada materi, sebelum ada
ruang, maka waktu itu tidak ada. Maka jelaslah di sini bahwa waktu itu
adalah makhluq. Ia adalah sesuatu yang baru. Diciptakan. Jelaslah bahwa
waktu itu tidak tanpa batas. Tidak ada waktu di bawah zero. Awal dari
waktu yang paling awal adalah selalu zero. Pengertian waktu sebelum zero
adalah waktu relatif, bukan yang paling awal. Demikian juga bahwa ruang
adalah makhluq juga.
Lalu jika waktu itu adalah makhluq. Jika keberadaannya adalah muncul
bersamaan dengan alam semesta yang bergerak, maka apakah yang ada sebelum
waktu zero itu? Apakah tidak ada apa-apa sama sekali? Lalu alam semesta
ini muncul secara sim sala bim abra cadabra dari nihil menjadi ada?
Hal itu tentulah tidak demikian. Keberadaan sesuatu tentu dikarenakan ada
yang berkehendak hal itu untuk ada. Sulit membanyangkan alam semesta ini
ada tanpa ada yang menghendakinya. Hal ini menyalahi sifat alam itu
sendiri.
Karena tanpa ada yang berkehendak tentang sesuatu, tentu sesuatu itu tidak
akan ada.
Maka Yang Maha Berkehendak itu adalah Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dia
lah yang berkehendak untuk menciptakan alam semesta dari nihil (tiada)
menjadi ada (Creatio Ex Nihil). Dia Maha Hidup.
“Dialah Yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan
(berkehendak) sesuatu urusan, Dia hanya berkata : Jadilah, maka jadilah.”
QS. 40:68
Sebelum alam semesta ini ada, telah ada Yang Maha Ada. Yang keberadaannya
adalah di luar ruang dan waktu. Karena waktu dan ruang itu adalah makhluq
(baru). Mustahil Kholiq (Pencipta Yang Kekal) itu akan berada dalam
makhluq (ruang dan waktu). Dan mustahil pula makhluq itu keluar dari dalam
Kholiq. Sebelum alam semesta ini ada, telah ada Tuhan sendiri. Tidak
bersama yang lain. Karena hanya Dia sendiri yang tidak bermula. Mustahil
ada dua yang tidak bermula. Salah satunya pasti mempunyai mula, dan yang
satunya lagi adalah mutlak tidak mempunyai mula. Sebagai Penci
Beruntunglah anda yang meyakini keberadaan Tuhan dalam iman terhadap
kitab suci dan agama anda itu. Kelebihan manusia yang beriman memang
dia cenderung berjiwa tenang. Kekurangannya adalah dia telah berhenti
untuk mempertanyakan esensi Tuhan secara dialektik. Sehingga dengan
pertanyaan seorang bocah seperti:
"Dimanakah Tuhan? Mengapa Tuhan cuma satu? Apakah dia tidak kesepian?
Siapa yang menciptakan Tuhan ? Kenapa Tuhan tidak pernah terdengar
berbicara?"
Manusia yang hatinya penuh iman ini biasanya akan menghindar dengan
jawaban klise untuk menutupi ketidak berdayaan.
"Tuhan ada dimana mana. Tuhan memang harus satu kalau tidak dia bisa
kompetisi dengan Tuhan lainnya. Tuhan tidak ada yang menciptakan.
Tuhan jaman sekarang adalah Tuhan yang mendengar, tidak lagi berbicara".
Terlepas dari kesolehan anda yang meyakini keberadaan Tuhan, dan
terlepas dari arogansi seorang atheist yang sama sekali menolak
keberadaan Tuhan, sebenarnya anda dan dia mempunyai dilema yang
kontradiktif dengan objek yang sama.
Orang beriman percaya tapi tidak bisa membuktikan Tuhan itu exist.
Orang Atheist mempersetankan Tuhan, tapi tidak berhasil membuktikan
Tuhan itu tidak ada.
Dan kini, seperti biasanya untuk menulis suatu pandangan objektif,
saya akan melepaskan kecenderungan emosi religi dan atheisme. Saya
akan mencoba menemukan Tuhan dalam tulisan singkat ini.
Tuhan dalam pandangan religi.
Religi adalah sebuah kepercayaan yang dianut sekian banyak orang,
kepercayaan yang diakui dan disahkan negara bernama Agama. Kepercayaan
yang tidak diakui seperti Kong Fucu di Indonesia, atau Seven day
Adventist dan Yehova Witness (sebelum di legalkan pemerintah Amerika
sebagai agama belasan tahun yg lalu) adalah cuma kepercayaan sempalan
alias cultism.
Tapi walaupun secara ritualisme mereka berbeda beda, pada dasarnya
mereka mengikuti seremonial yang sama. Yaitu menyembah supremebeing,
sang great creator yang menciptakan semua. Premise pemikiran ini
berasal dari emosi supertition terhadap fenomena supernatural. Bahwa
ada sebuah kekuatan yang lebih besar dari manusia. Jadi tidak heran
bahwa nenek moyang semua agama sebenarnya adalah para animis yang
menyembah batu dan api, atau menyembah berhala sebagai manifestasi
keberadaan Tuhan.
----------------------
Tanggapan: jika dimulai dari keyakinan agama, maka sebetulnya sejak
manusia pertama Tuhan itu sudah dikenal, bukan dimulai dari animisme atau
dinamisme. Atau apakah itu Adam, adalah manusia yang mengenal Tuhan untuk
pertama kalinya? Karena manifestasi Ruh yang ditiupkan Tuhan kepada
dirinya?
Dalam perjalanannya, Tuhan menghilang lagi dari pemikiran manusia. Anak
cucu seorang nabi pun masih bisa tersesat dan kehilangan pengenalannya
kepada Tuhan. Adam berTuhan, keturunannya pada kaum Nuh telah kehilangan
Tuhan kembali. Nuh berTuhan. Tetapi kaum Ibrahim menyembah patung berhala
dan benda-benda langit. Akhirnya Ibrahim menemukan Tuhan kembali dan
mewariskannya turun-temurun kepada keturunannya. Dari sisi agama, begitu
perjalanan hubungan antara manusia dan Tuhan. Hilang – ketemu – hilang –
ketemu – hilang lagi – ketemu lagi – dst.
----------------------
Tuhan menurut Science.
Bila religi memilih pendekatan emosi dan iman terhadap esensi Tuhan,
science memilih logika ilmiah yang cenderung superficial. Bila religi
selalu mempertanyakan "why" kemudian menjawabnya dengan pasif dengan
"because" yang tidak gamblang dan bertele tele, Science menanyakan
"How?" dan mencoba mencari bukti dengan metodenya sendiri. Mereka
mencoba menemukan sebuah jawaban dalam fenomena fisik, diluar itu
segala konsep yang tidak sejalan dengan hukum fisika dinamakan
metafisika, alias fenomena absurd yang tidak sesuai dengan nature law.
Jadi tidak heran di mata science konsep Tuhan yang tidak berawal,
Tuhan yang tidak akan berakhir adalah konsep yang tidak masuk akal.
Menurut observasi mereka segala sesuatu itu harus berawal dan pasti
berakhir. Atom, neutron, sel kulit, bulan dan bintang mengalami proses
decay yaitu proses kerusakan, pembusukan.
----------------------
Tanggapan: mohon nanti dibaca tulisan saya tentang Einstein dan Tuhan.
Saya mencoba menjelaskan eksistensi Tuhan melalui pendekatan ruang dan
waktu. Saya akan lampirkan di bawah.
----------------------
Argumentasi 2 front fanatik.
Atheisme masa kini banyak dianut oleh para ilmuwan modern. Seorang
biologist populer seperti Dawkins secara jelas-jelas meniadakan Tuhan
dalam proses biologist. Jelas dia penganut fanatik teori evolusi yang
lebih extrim dari Darwin.
Teori Evolusi yang di rayakan masyarakat atheist sebagai bukti bahwa
Tuhan itu nisbi, berhadapan dengan teori kreasi kaum religi yang
mempertahankan bahwa Tuhan itu real. Masing-masing mencoba memberikan
argumentasi yang terbaik. Dan mencoba mematahkan argumentasi lawan
dengan segala macam teori dan pemikiran logis.
Yang terjebak dalam kemelut itu dan merasa tidak berdaya memundurkan
diri dan menjadi agnostik. Tuhan mungkin ada tapi mereka tidak mau
memikirkannya lagi.
Kelemahan religi.
Religi tidak punya konsep yang jelas atau rumus yang terbuka untuk
membuktikan keberadaan Tuhan. Religi bahkan cenderung memanusiakan
Tuhan. Seperti Tuhan yang emosional, Tuhan yang maha pemaaf, Tuhan
yang istirahat di hari ke 7 penciptaan.
Bila mau berterus terang, sosok Tuhan dalam benak umat manusia itu ber
gender laki-laki, itu juga lantaran Religi selalu menyebut Tuhan "He"
dalam Bible. Dan asumsi bahwa Tuhan adalah Raja, tahta dan berkuasa
serta berwibawa membuat sang Divine ini nampak lebih cenderung sebagai
laki-laki.
----------------------
Tanggapan: tidak setuju. Di dalam Islam, sifat Tuhan itu ada yang Feminin
dan ada yang Maskulin. Seperti Jamal yang artinya cantik. Dan Jalal yang
artinya gagah. Ar-Rahmaan ar-Rahiim adalah sifat Feminin. Sedangkan
al-Jabbar Mutakabbir adalah sifat Maskulin. Jadi karena Dia itu satu,
tentu saja tidak mempunyai Gender. Pada nama-nama Nya yang baik (Asmaul
Husna), terkumpul nama-nama Nya yang Feminin dan juga yang Maskulin.
----------------------
Tuhan orang Islam bahkan cenderung lebih nampak sebagai homosex
lantaran Tuhan kebanyakan dari mereka percaya bahwa "Muhammad itu
kekasih Allah" Kekasih dalam bahasa Indonesia adalah objek cinta
manusia yang melibatkan emosi platonis dan sex.
----------------------
Tanggapan: astaga, tentu saja tidak setuju. Definisi kekasih yang anda
ambil itu tentu tidak tepat jika dipakai dalam hubungan ini. Kekasih,
itulah sebutan yang paling dekat yang diperbolehkan dalam Islam. Tidak
sampai ‘anak’. Lalu kalau penyebutan ‘anak’ Tuhan itu melahirkan? Atau
melakukan hubungan intim?
----------------------
Ini mengakibatkan Tuhan manusia beragama menjadi Tuhan yang terlalu
manusiawi, sehingga para atheis mempunyai argumen untuk memojokan
mereka bahwa Tuhan itu cuma ada di benak manusia.
Kelemahan science.
Mereka tidak percaya Tuhan, karena Tuhan tidak berwujud. Tapi di
laboratorium mereka percaya quark, partikel yang jauh lebih kecil dari
atom dan tidak pernah akan nampak itu ada walaupun tidak berwujud.
Teori evolusi meniadakan Tuhan, karena proses biologist itu adalah
mengikuti hukum mutansi, survival of the fittest. Dari one cell
organik menjadi jentik-jentik, menjadi ikan, menjadi amphibi, menjadi
kera lalu manusia.
Tapi mengapa ikan tetap menjadi ikan sekarang ini? Seharusnya mereka
telah ikut mutan seperti menjadi burung atau gajah? Dan ketika
reptilian menumbuhkan sayap dan menjadi burung, kera mencoba berjalan
dengan 2 kaki akhirnya menjadi homosapien, kenapa cuma mata yang tidak
ikut berevolusi? Ya dua mata semua mahluk hidup itu tetap 2 jumlahnya.
Tidak menjadi 3 atau 10 misalnya?
----------------------
Tanggapan: cobalah fikirkan ini. Mengapa kera, sesudah berumur ribuan
tahun bersama manusia masih belum ada perubahan di mukanya? Masih saja
seperti itu? Mengapa yang berbudaya itu hanya makhluk yang bernama
manusia? Anda lihat perkembangan budaya sejak zaman nabi Adam hingga zaman
Internet hari ini? Dan mengapa kera atau binatang lain itu menemukan baju
atau sepatu saja tidak bisa? Dari mana potensi budaya manusia itu ada?
Ruh? Mengapa dari seluruh makhluk ciptaan Tuhan di bumi ini, hanya manusia
saja yang mempunyai peradaban?
Jika manusia itu berasal dari kera, mengapa kera sampai hari ini masih
ada? Ataukah hanya ada sepasang kera yang memang ditakdirkan untuk
berevolusi menjadi manusia? Atas dasar pemilihan apa, bahwa kejadian itu
hanya satu-satunya dari seluruh spesies kera yang hidup saat itu?
----------------------
Science, seperti juga Carl Sagan yang mengakui bahwa ada yang bernama
"Cinta dan sayang" tapi "tidak bisa membuktikan zat itu", cenderung
stagnan menghadapi dinding ke tidak tahuan.
Kesimpulan.
Sebelum menggosok gigi dan mandi, biasanya saya menatap kaca dan
meneliti jerawat baru di muka. Hari ini saya melihat keriput kecil di
dekat mata. Saya terpesona, umur saya belum tua, tapi beberapa sel
kulit telah lelah dan minta pensiun awal. Siapa yang meminta sel-sel
itu berhenti bekerja?
Pertanyaan itu saya hubungkan dengan hukum biologi dan teori evolusi.
Jika dari satu biji pohon Seqoia dapat tumbuh menjadi the Giant Tree
setinggi gedung 25 lantai dan berumur ribuan tahun, dalam biji sekecil
beras itu jelas terdapat sebuah program yang memerintah bahwa dalam
pertumbuhannya nanti, pohon ini akan bercabang begini, berumur segini
dan akan nampak seperti ini.
Jika dari sel sperma manusia tumbuh menjadi manusia. yang lengkap dgn
pertumbuhan tulang, kulit, wajah dan karakter, maka dalam sel itu
terdapat program yang telah disiapkan oleh seorang programer.
Jika Manusia terserang flu atau penyakit, sel-sel antibody akan
mempertahankan tubuh manusia itu mati matian tanpa kita suruh, siapa
yang menyuruh?
Jikapun teori evolusi itu memang benar bahwa manusia berasal dari
mahluk ber sel satu? Siapa yang menyuruh sel yang tidak berotak itu
menjadi demikian berotak untuk menjadi manusia?
----------------------
Tanggapan: orang beragama akan mudah mengatakan, Tuhan.
----------------------
Relativisme Tuhan.
Relativisme adalah teori yang menyangkal absolutisme.
Relatif itu berhubungan dengan kata sifat seperti besar-kecil,
tinggi-rendah, cepat -pelan, jauh -dekat, atas -bawah.
Relativisme selalu berhubungan dengan komparasi.
Selalu ada sifat keduaan yang berhubungan satu sama lain. Sebuah benda
dikatakan besar atau kecil jika dibandingkan dengan benda lainnya.
Bola bowling besar dari bola kasti. Tapi bola bowling nampak kecil
dari bola bumi. Bola bekel jelas nampak kecil dari bola basket, tapi
bola bekel akan nampak raksasa dibandingkan atom.
Menurut orang atheis Tuhan itu (tidak ada).
Thesis "tidak ada" sangat menyalahi hukum relativitas.
Karena (tidak ada) yang berdiri sendiri, akan menjadi absolut. Untuk
melengkapi teori ini harus ada antihesis bernama "Ada".
So, secara relativitas Tuhan itu jelas ADA.
----------------------
Tanggapan: jadi seperti itu anda menemukan eksistensi Tuhan? Wujudnya
menjadi wajib ada di dunia relative ini karena ada kaum Atheis yang
mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada? Penolakan kaum Atheis itu justru
merupakan bukti kuat bahwa yang ditolak itu, Tuhan, sungguh ADA? Masuk
akal juga. Bahwa tidak mungkin mereka menolak sesuatu yang dari dulu tidak
pernah dianggap ada. Jadi penolakan mereka itu justru menunjukkan bahwa
Tuhan itu dari dulu memang sudah ADA.
EINSTEIN dan TUHAN
==================
Einstein adalah contoh manusia yang menggunakan akalnya secara maksimal.
Namun sayang olah akalnya itu telah menunda dirinya menjadi orang yang
mengakui adanya Tuhan (agnostic). Dan pada prakteknya sehari-hari dia
adalah orang yang atheis (tidak ber Tuhan, beragama).
Teori Relatifitasnya memberikan definisi waktu yang lebih maju dari
sebelumnya. Juga hubungan antara materi dan energi. Apa yang berupa materi
dapat diubah menjadi energi. Demikian pula sebaliknya. Sayang sekali
kepandaiannya tidak membawanya kepada Tuhan.
Apa yang Einstein uraikan dalam teori materi dan energi sesungguhnya
mengungkapkan teori penciptaan alam semesta. Bahwa pada awalnya, alam
semesta itu berupa energi (kabut panas) kemudian berubah (mendingin)
menjadi massa (alam semesta). Untuk kemudian materi itu bisa dirubah lagi
menjadi energi yang sangat besar dalam sekejap (bom atom).
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan kabut (gas), ..” QS. 41:11
Bagi Einstein Tuhan tidak terbukti oleh pengamatannya dan pemikirannya.
Namun bagi para nabi (manusia yang suci ruhaninya) dimana Tuhan memberikan
wahyu kepada mereka dan bercakap-cakap kepada mereka, maka adanya Tuhan
tidaklah mereka ragukan lagi. Sesungguhnya, keberadaan agama dan semua
kitab suci yang ada di dunia sampai saat ini sudah membuktikan dengan
sangat jelas, bahwa Allah itu ADA. Dan Dia bercakap-cakap kepada manusia
melalui para nabi-nabi Nya. Dan semua percakapan itu dikumpulkan dalam
kitab-kitab suci.
Premis pertama adalah alam ini diciptakan (makhluq). Jika ia diciptakan
maka ia mempunyai mula (awal) dari tiada. Maka setiap makhluq mempunyai
permulaan. Jika mempunyai permulaan maka ia dipengaruhi oleh waktu. Maka
yang dipengaruhi oleh waktu itu adalah makhluq (ciptaan). Bukan Kholiq
(Pencipta). Pencipta berada di luar jangkauan waktu. Ia tidak bermula dan
tidak berakhir. Ia mutlak tidak relatif.
Apakah Pencipta itu diciptakan? Ini adalah konsep yang membingungkan.
Pencipta yang murni (mutlak) tidaklah diciptakan. Jika Ia diciptakan, maka
Ia bukan Pencipta lagi namanya, melainkan ciptaan. Maka Pencipta tidak
diciptakan. Ia adalah Maha Ada. Segala sesuatu ada karena Dia. Mustahil
segala itu ada tanpa Dia. Dia mutlak keberadaannya tidak relatif. Alam
semesta inilah yang relatif keberadaannya.
Langit tidak berbatas? Langit tentu ada batasnya. Setiap makhluq (ciptaan)
adalah mengambil tempat. Namun akal dan pengamatan manusia tidaklah akan
sanggup mencapai batasnya. Dan apa di luar batas langit itu manusia
tidaklah akan mengetahuinya. Maka yang mengambil tempat itu adalah makhluq
(ciptaan). Bukan Kholiq (Pencipta). Pencipta tidak mengambil tempat. Ia
berada di mana-mana.
Sesuatu yang tidak bisa diindra oleh manusia bukan berarti tidak ada.
Contohnya Tuhan, malaikat, dan jin. Keberadaan Tuhan dan ke-Esa-an Nya
bisa dijangkau oleh akal. Namun dzat Nya tidak akan mampu dijangkau oleh
akal. Karena Tuhan itu tidak setara dengan apapun makhluq Nya. Jadi dzat
Nya adalah diluar imaginasi kita (beyond our imagination). Karena apapun
yang dapat kita indera dan masuk dalam imaginasi kita adalah makhluq
(ciptaan). Sedangkan Dia adalah tidak serupa dengan makhluq Nya.
RUANG dan WAKTU
---------------
Apa definisi waktu? Waktu itu ada karena apa?
Waktu itu timbul karena ada pergerakan, karena ada perubahan, karena ada
sesuatu yang bergerak. Dan sesuatu yang bergerak, berpindah tempat
memerlukan ruang. Maka waktu itu tidak akan ada jika tidak ada ruang.
Antara ruang dan waktu saling membutuhkan dan terikat. Waktu itu ada
karena ada ruang.
Alam semesta ini diciptakan (makhluq). Kita mengetahuinya karena ia
dipengaruhi oleh waktu. Segala hal di alam ini dipengaruhi oleh waktu,
berjalan sesuai waktu. Bertambah tua. Jika alam semesta ini diciptakan,
maka ia mempunyai awal, mempunyai mula. Yaitu saat waktu sama dengan nol
(t=0). Entah saat ini umur alam semesta sudah berapa.
Kita tarik mundur lagi, sebelum waktu zero, apakah ada waktu? Sebelum alam
semesta ini lahir atas kehendak Yang Maha Ada, Yang Maha Berkehendak, Yang
Maha Kuasa, apakah ada waktu? Tidak ada. Sebelum ada materi, sebelum ada
ruang, maka waktu itu tidak ada. Maka jelaslah di sini bahwa waktu itu
adalah makhluq. Ia adalah sesuatu yang baru. Diciptakan. Jelaslah bahwa
waktu itu tidak tanpa batas. Tidak ada waktu di bawah zero. Awal dari
waktu yang paling awal adalah selalu zero. Pengertian waktu sebelum zero
adalah waktu relatif, bukan yang paling awal. Demikian juga bahwa ruang
adalah makhluq juga.
Lalu jika waktu itu adalah makhluq. Jika keberadaannya adalah muncul
bersamaan dengan alam semesta yang bergerak, maka apakah yang ada sebelum
waktu zero itu? Apakah tidak ada apa-apa sama sekali? Lalu alam semesta
ini muncul secara sim sala bim abra cadabra dari nihil menjadi ada?
Hal itu tentulah tidak demikian. Keberadaan sesuatu tentu dikarenakan ada
yang berkehendak hal itu untuk ada. Sulit membanyangkan alam semesta ini
ada tanpa ada yang menghendakinya. Hal ini menyalahi sifat alam itu
sendiri.
Karena tanpa ada yang berkehendak tentang sesuatu, tentu sesuatu itu tidak
akan ada.
Maka Yang Maha Berkehendak itu adalah Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dia
lah yang berkehendak untuk menciptakan alam semesta dari nihil (tiada)
menjadi ada (Creatio Ex Nihil). Dia Maha Hidup.
“Dialah Yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan
(berkehendak) sesuatu urusan, Dia hanya berkata : Jadilah, maka jadilah.”
QS. 40:68
Sebelum alam semesta ini ada, telah ada Yang Maha Ada. Yang keberadaannya
adalah di luar ruang dan waktu. Karena waktu dan ruang itu adalah makhluq
(baru). Mustahil Kholiq (Pencipta Yang Kekal) itu akan berada dalam
makhluq (ruang dan waktu). Dan mustahil pula makhluq itu keluar dari dalam
Kholiq. Sebelum alam semesta ini ada, telah ada Tuhan sendiri. Tidak
bersama yang lain. Karena hanya Dia sendiri yang tidak bermula. Mustahil
ada dua yang tidak bermula. Salah satunya pasti mempunyai mula, dan yang
satunya lagi adalah mutlak tidak mempunyai mula. Sebagai Penci