-Mirza Ghulam Ahmad Mengaku Reinkarnasi Nabi Muhammad
-Lia Mengaku Abdurrahman lah Reinkarnasi Nabi Muhammad
REINKARNASI (Arab: “tanaasukhul arwab) yaitu ruh/nyawa pindah dari badannya setelah mati ke badan yang lain.Menurut Ensiklopedi Indonesia, Reinkarnasi adalah ajaran Timur Kuno tentang kelahiran kembali. Ajaran ini berpatokan kepada paham, manusia memiliki hubungan keluarga dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia tunduk kepada rantai eksistensi yang disebut samsara. Tenaga pendorong cakra kelahiran kembali adalah hukum Karma, hokum akibat dari perbuatan. Akibat itulah yang menyebabkan manusia lahir kembali dalam ujud mahluk yang lebih tinggi atau lebih rendah martabatnya
Dalam hal aliran sesat yang berkaitan dengan islam, ada pula yang kini mempercayai keyakinan kafir, reinkarnasi itu. Di antaranya aliran Ahmadiyah dan aliran agama Salamullah yang kemudian bernama Kerajaan Tuhan, Eden, buatan Lia Aminuddin yang kemudian menyebut diri Lia Eden. Dua aliran sesat ini pada tahun 2005 dan 2006 M sangat meresahkan masyarakat, hingga markas kedua aliran sesat itu di Jakarta (Senen) dan di Bogor (parung) digrebek massa umai Islam. Sebelum sampai ke perbandingan dua aliran sesat menyesatkan yang meresahkan itu, perlu di telusuri penjelasan ulama tentang reinkarnasi yang oleh kedua aliran sesat itu dipercayai.
Reinkarnasi, faham kafir
1. Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, Al-Mubarokafuri Abul’ala w 1353H, 10 juz, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, tt., juz 5, h 222 menegaskan:
Ketahuilah, tanasukh/reinkarnasi adalah kembalinya roh-roh ke badan-badan di dunia ini tidak di akherat karena mereka mengingkari akherat, surga dan neraka, maka karena itu mereka kafir. Titik. Aku (Al-Mubarokafuri, penulis Tuhfatul Ahwadzi, Syarah Kitab Hadits Jami’ at-Tirmidzi) katakana atas batilnya tanasukh/reinkarnasi itu ada dalil-dali yang banyak lagi jelas di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di antaranya:
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (QS AL-Mukmin: 99-100).
2. Dalam Kitab al-Muhalla, Ibnu Hazm mengemukakan hadits dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah saw bersabda: “Apabila seseorang meninggal maka dibentangkan atasnya tempat duduknya pagi dan sore. Apabila ia termasuk ahli surga maka surga lah (yang dibentangkan padanya) dan apabila ia termasuk ahli neraka maka neraka lah (yang dibentangkan padanya). Kemudian dikatakan padanya, ini tempat dudukmu yang kamu dibangkitkan kepadanya pada hari qiyamat. Maka dalam hadits ini bahwa ruh-ruh itu merasakan mengetahui dipilih-pilih setelah berpisahnya dari jasad. Adapun orang yang mengira bahwa ruh-ruh itu berpindah ke jasad yang lain maka persangkaan itu adalah perkataan orang-orang yang berfaham reinkarnasi/ tanasukh, dan itu adalah kekafiran menurut seluruh umat Islam. Wabillahittaufiq
Tentang faham kufur reinkarnasi ini, kitab Al-farq bainal Firaq menjelaskan, telah ada sebelum Islam dan sesudah datangnya masa daulah Islam. Berikut ini kutipannya:
Pengikut faham reinkarnasi keluar dari golongan Islam.
Orang-orang yang berfaham reinkarnasi ada beberapa golongan. Segolongan dari filsafat dan segolongan dari samaniyah (perdukunan-animisme). Dua golongan ini telah ada sebelum daulah Islam. Dua golongan lainnya muncul di masa daulah Islam, yang satu dari kelompok qodariyah (tak begitu percaya takdir, sejalan dengan Mu’tazilah) dan yang lain dari golongan (Syi’ah) Rafidhan ekstrim.
Pengikut faham reinkarnasi samaniyah (perdukunan – animisme) berkata, alam ini qodim / dahulu (sudah ada sejak dulunya). Mereka berpendapat juga tentang batalnya teori dan dalil. Mereka menyangka bahwa tidak ada pengetahuan kecuali dari arah lima indera. Sebagian banyak dari mereka mengingkari hari qiyamat dan kebangkitan setelah mati.
Sebagian mereka berpendapat dengan penjelmaan kembali ruh dalam bentuk berbeda-beda, dan mereka membolehkan berpindahnya ruh manusia ke anjing dan ruh anjing ke manusia. Aqlotharkhas menceritakan seperti ini dari sebagian filsafat dan mereka menyangka bahwa orang yang berdosa dalam satu lubang maka dia memperoleh siksa atas dosanya itu dalam lubang yang lain. Demikian pula pendapat mengenai pahala di sisi mereka. Dan hal yang sangat mengherankan adalah pengakuan golongan samaniyah (dukun – animisme) mengenai reinkarnasi/ penjelmaan kembali yang tidak diketahui dengan indera, padahal mereka katakan, tidak ada pengetahuan kecuali dari arah indera.
Golongan Manawiah (Manichaeisme) ikut pula pendapat reinkarnasi. Mani berkata di sebagian kitabnya, bahwa ruh-ruh yang berpisah dengan jasad ada dua macam: ruh-ruh yang benar dan ruh-ruh yang sesat. Ruh-ruh yang benar apabila berpisah dengan jasadnya maka berjalan dalam tiang subuh ke cahay ayang di atas falak maka menetap di alam yang demikian itu dalam keadaan bergembira selalu. Dan ruh-ruh orang sesat apabila berpisah dari badan dan ingin berjumpa dengan nur cahaya yang tinggi dibalikkan terpental ke bawah, maka menjelma kembali/ reinkarnasi dalam badan-badan hewan sampai dia bersih dari daki-daki kegelapan. Kemudian dia berjumpa dengan nur yang tinggi.
Dan disebutkan, pengikut pendapat dari Socrates dan Platon serta pengikut-pengikut paham keduanya dari kalangan filsafat, bahwa mereka berkata mengenai reinkarnasi ruh secara terinci, telah kami (penulis kitab alfarq bainal firaq) ceritakannya di kitab al-minal wan-nibal.
Dan sebagian orang Yahudi berkata mengenai reinkarnasi, mereka menyangka bahwa ada di kitab Daniel, Allah Ta’ala menjelmakan Bukhtanshar (Nebukatnezar) dalam 7 bentuk binatang ternak dan srigala, dan Dia mengadzabnya pada binatang-binatang itu semua, kemudian membangkitkannya dalam bentuk lainnya dengan menyatu.
Adapun pengikut faham reinkarnasi pada masa daulah islam, yaitu al-bayaniyyah, al-janahiyyah, al-khothobiyyah, dan ar-rawandiyah dari kalangan (Syi’ah) Rafidhah hululiyyah (menganggap Allah menyatu dengan manusia). Semuanya berpendapat dengan reinkarnasi ruh Tuhan pada imam-imam dengan persangkaan mereka.
Yang pertama mengatakan faham sesat reinkarnasi ini adalah As-Saba’iyyah (pengikut Abdullah bin Saba’) dari (Syi’ah) Rafidhah karena mereka mendakwa bahwa Ali menjadi Tuhan ketika ruh Tuhan menyatu pada Ali.
Imam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya, Risalah Fit Taubah, menjelaskan: dan demikian juga pertama-tama pendapat ekstrim yang dibuat dalam Islam adalah dari sebagian orang yang telah masuk Islam dan bergabung dalam kelompok Syi’ah. Dan dikatakan, orang pertama yang menampakkan faham ekstrim (melampaui batas) adalah Abdullah bin Saba’ yang dulunya Yahudi lalu masuk Islam dan ia lah yang melakukan fitnah atas Utsman. Kemudian ia menampakkan berwalikan kepada Ali, dan dialah yang membuat bid’ah ghuluw/ ekstrim terhadap Ali sehingga tampak pada zamannya orang yang mengaku dalam diri Ali ada ketuhanan, dan orang itu bersujud kepada Ali ketika Ali keluar dari masjid Kindah. Maka Ali memberitahukan untuk membakar mereka dengan api setelah diberi waktu tangguh 3 hari.
Al-bayaniyyah menyangka, bahwa ruh Tuhan berputar pada nabi-nabi kemudian imam-imam sampai masuk ke dalam (diri) Bayan bin Sam’an.
Al-Janahiyyah mengaku seperti itu juga mengenai Abdullah bin Mu’awiyah bin Abdullah bin Ja’far. Demikian pula pengakuan Al-Khothobiyyah mengenai Al-Khothob. Begitu juga dakwaan kaum Ar-Rawandiyah mengenai Abi Muslim pemilik Daulah Bani Abbas. Maka mereka berpendapat dengan (mempercayai) reinkarnasi ruh Tuhan, bukan ruh-ruh manusia. Maha Tinggi Allah dari yang demikian itu. Allah Maha Tinggi Maha Agung.
Adapun pengikut faham reinkarnasi dari qodariyah (tak begitu percaya taqdir, sejalan dengan Mu’tazilah) maka diantara kelompok mereka Ahmad bin Hayith, dulunya Mu’tazilah menisbahkan diri ke An-Nidhom (tokoh Mu’tazilah). Dia berada di atas bid’ahnya (An-Nidhom tokoh Mu’tazilah) mengenai fithrah, menafikan bagian yang terbagi, dan menafikan qudrat Allah Ta’ala untuk menambahi kenikmatan bagi ahli surga atau mengenai adzab bagi penghuni neraka. Dia ikuti kesesatan Nidhom lalu dia tambahi lagi kesesatannya (untuk diri Ahmad bin Hayith sendiri) dalam hal reinkarnasi.
Di antara mereka ada Ahmad bin Ayyub bin Yunusy, dulunya murid Ahmad bin Hayith dalam hal reinkarnasi/ tanasukh. Tetapi keduanya setelah itu berselisih mengenai cara reinkarnasi.
Di antara mereka ada Muhammad bin Ahmad al-Qoth-hi, dia bangga bahwa dirinya termasuk kalangan (yang percaya) reinkarnasi dan Mu’tazilah.
Di antara mereka adalah Abdul Karim bin Abil ‘Auja’, ia paman Ma’in bin Zaidah dan ia mengumpulkan 4 macam kesesatan. Pertama, ia berpandangan dalam rahasia agama al-Munawiyah (Manichaeisme) dari faham tsanawiyah (keserbaduaan, dualisme, tuhan terang dan tuhan gelap, tuhan baik dan tuhan buruk). Kedua, pendapatnya tentang reinkarnasi. Ketiga, kecendrungannya kepada Rafidhah dalam hal keimanan. Keempat, perkataannya mengenai qodar (ketentuan Allah) dalam bab ta’dil (menegaskan) dan tahwir (mengubah). Dia (Abdul Karim bin Abil ‘Auja’) membuat hadits-hadits (palsu) yang banyak dengan sanad-sanad yang mengakibatkan tertipunya orang-orang yang tidak berpengetahuan tentang ilmu jarh wa ta’dil (ilmu tentang bisa diterima atau tidaknya para periwayat/ pembawa hadits). Dan hadits-hadits yang dia buat itu semuanya adalah kesesatan dalam hal tasybih (penyerupaan sifat-sifat Allah), ta’thil (peniadaan sifat-sifat Allah), dan sebagiannya mengenai pengubahan hukum-hukum syari’at, dan itulah yang merusak kaum Rafidhah yang puasa Ramadhan berdasarkan hilal/ munculnya rembulan tanggal satu, dan ia membalikkan mereka dari melihat hilal kepada hisab/ perhitungan yang dia buat untuk mereka, tetapi hisab itu diatas namakan kepada Ja’far Shodiq. Khabar kesesatan ini dibawa ke Abu Ja’far bin Sulaiman pembantu Khalifah Al-Manshur di Kufah, maka pembantu khalifah itu memberitahukan untuk membunuhnya (Abdul Karim bin Abil ‘Auja’). Lalu dia (Abdul Karim bin Abil ‘Auja’) berkata, mereka tidak akan membunuhku, sungguh aku telah membuat 4000 hadits, aku halalkan dengannya yang haram dan telah aku haramkan dengannya yang halal, dan aku telah membuat orang Rafidhah berbuka di hari-hari puasa mereka, dan aku telah membuat mereka berpuasa di hari-hari berbuka mereka.
Demikianlah kelompok-kelompok sesat lagi kafir yang telah mempercayai reinkarnasi dan memutar balikkan hukum-hukum islam. Di antara mereka diperintahkan untuk dibunuh bahkan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra menghukum bunuh dengan membakar mereka.
Berikut ini perbandingan kesesatan dan keanehan Mirza Ghulam Ahmad – Ahmadiyah – dan Lia Eden – berkeyakinan perenialisme, penyembuhan tanpa memakai cara agama apapun – yang sama-sama mengklaim sebagai reinkarnasi Nabi Muhammad saw.
Aneh: Mirza mengaku Maryam, Lia mengaku Imam Mahdi
Mirza mengaku reinkarnasi Nabi Muhammad, Lia mengaku Abdurrahman lah reinkarnasiNabi Muhammad.
Mirza Ghulam Ahmad mengaku reinkarnasi/ penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad saw, sebagai berikut:
“Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkan Rasul-Nya, karena sebagaimana telah dikemukakan dalam Brahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatku manifestasi dari semua nabi, dan memberiku nama mereka: aku Adam, aku Seth, aku Nuh, aku Ibrahim, aku Ishaq, aku Ismail, aku Ya’qub, aku Musa, aku Daud, aku Isa dan aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad saw, yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi.
Kalau Lia Aminuddin yang jenisnya perempuan pernah mengaku sebagai Imam Mahdi (laki-laki) kemudian mengaku sebagai reinkarnasi Maryam, maka sebaliknya, Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Maryam (perempuan) kemudian (reinkarnasi) jadi Isa bin Maryam. Berikut ini pengakuan Mirza Ghulam Ahmad.
Klaim Wahyu Mirza Ghulam Ahmad:
“Firman Tuhan yang telah kubentangkan pada beberapa tempat dalam bukuku Brahin Ahmadiyah menjelaskan bagaimana Tuhan Yang Maha Kuasa menjadikanku Isa bin Maryam. Dalam buku itu mula-mula Tuhan menamaiku Maryam dan kemudian menyingkap bahwa Tuhan telah mengembuskan Ruh-Nya ke dalam Maryam ini dan bersabda bahwa sesudah pengembusan ruh ini keadaanku sebagai Maryam berubah menjadi keadaanku sebagai Isa, dan dengan demikian Isa yang lahir dari Maryam dinamai anak Maryam. (Haqiqatul Wahyi, h. 72, Catatan Kaki, seperti dikutip majalah Ahmadiyah, Sinar Islam, 1 November 1985, h 11).
Klaim Wahyu Lia Eden
Dalam risalah Tahta Suci Kerajaan Tuhan Eden yang diklaim berisi fatwa-fatwa Tuhan dan Ruhul Kudus yang dikeluarkan/ diedarkan 7 Juni 2005 terdapat berbagai penyimpangan dan penodaan agama (Islam). Di antaranya:
Menyimpangkan maksud Al-Qur’an dengan menuduh banyak ayat reinkarnasi.
1. “…banyak ayat-ayat tentang reinkarnasi dalam Al-Qur’an, antara lain dalam surat Al-Waqi’ah ayat 61 dan 62.
2. Sesungguhnya Maria itu adalah Hawa (Eva). Itulah penciptaan pertama. Demikian, kemudian di zaman akhir dia terlahir kembali menjali Lia Eden. Hendaklah umat islam mau mempelajari hakekat kehidupan setelah kematian (reinkarnasi). Ayat-ayat reinkarnasi di dalam Al-Quar’an itu banyak, antara lain surat ar-Ruum ayat 25.
3. Seperti Maria yang telah wafat, tercipta kembali sebagai Lia Eden. Percayalah! Surat Ar-Ruum ayat 27.” (Fatwa Ruhul Kudus, halaman 2).
Lia Aminuddin dan Mirza Ghulam Ahmad sama-sama anehnya, sama-sama mempercayai reinkarnasi –keyakinan kafir–, sama-sama berdusta, sama-sama mengklaim mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Anehnya mereka sama-sama “berebut” sebagai Maryam. Mirza Ghulam Ahmad yang jenisnya laki-laki pun mengaku sebagai Maryam. Hanya saja tidak melahirkan Isa, tetapi dengan cara mengklaim bahwa:
- Mula-mula Tuhan menamai Mirza Ghulam Ahmad dengan Maryam.
- Tuhan menghembuskan Ruh-Nya ke dalam Maryam
- Keadaan Mirza Ghulam Ahmad berubah jadi Isa
- Lalu dinamai Isa anak Maryam.
Aneh sekali. Mirza Ghulam Ahmad seorang laki-laki, lalu mengaku menjadi Maryam (wanita), lalu mengaku berubah jadi Isa (laki-laki lagi). Padahal itu semuanya diri-diri Mirza Ghulam Ahmad itu sendiri. Dan kemudian mengaku pula sebagai reinkarnasi/ penjelmaan sempurna Nabi Muhammad saw. Ini dari segi kenyataan sudah sangat aneh, sedang secara keyakinan/ aqidah sangat melecehkan aqidah Islam, menghina Nabi Muhammad saw, dan menuntun orang Muslim untuk menjadi kafir lagi alias murtad. Karena keyakinan yang tadinya mengikuti wahyu yang datangnya dari Allah SWT ditarik ke arah keyakinan yang berdasarkan bisikan syetan yang sangat jauh dari kebenaran.
Sebaliknya, Lia Aminuddin, jenisnya perempuan. Dia mengaku Imam Mahdi (laki-laki). Itu juga aneh sekali. Namun juga mengaku sebagai reinkarnasi Maryam (kadang Lia menyebutnya Maria) maka anaknya yang laki-laki, Ahmad Mukti, yang telah lahir lama sebelum pengakuan itu, dikalim sebagai Isa anak Maryam. Namun anaknya ini diam-diam tidak mengikuti faham ibunya, hingga ia (Ahmad Mukti) bergabung dengan Muslimin di Masjid Sunda Kelapa Jakarta, menurut salah satu saudarinya – yang juga anak Lia.
Klaim-klaim Lia agak berbeda dengan klaim Mirza Ghulam Ahmad. Kalu Mirza Ghulam Ahmad kadang masih memakai alas an atau mengemukakan prosesnya, lalu dicocok-cocokkan dengan cara dusta, walau kadang juga langsung tanpa alasan. Misalnya, Mirza mengklaim dirinya sebagai manifestasi dari semua nabi, itu tanpa alasan. Tetapi ketika sebagai penjelmaan sempurna Nabi Muhammad saw. Maka dia kaitkan dengan namanya, Ahmad. Juga proses dirinya dijadikan Maryam, dikarang-karang dengan dusta dikaitkan dengan perbuatan Allah SWT lagi.
Kalau Lia, caranya dengan menyelewengkan ayat-ayat. Misalnya, karena Titing anak Bung Tomo (pejuang kemerdekaan) memberikan warisannya satu miliar rupiah, maka Lia memperkosa ayat Al-Qur’an tentang keluarga Imraan (Ali Imraan) dianggap sebagai keluarga Titing Bung Tomo. Juga Lia mau mengklaim diri sebagai reinkarnasi Maria/ Maryam, maka tidak pakai alasan apa-apa, hanya dengan cara memperkosa ayat, lalu mengklaim diri sebagai jelmaan kembali Maria begitu saja. Ketika mengklaim bahwa Abdurrahman adalah reinkarnasi Nabi Muhammad ya langsung begitu saja, lalu diberi nama Muhammad di depan nama Abdurrahman, maka jadi Muhammad Abdurrahman begitu saja.
Lia tidak malu-malu mengakui zinanya dengan berbagai lelaki dan berkali-kali, di berbagai tempat. Sebelum menikah maupun sesudah menikah. Seharusnya perempuan yang sudah pernah menikah kemudian berzina, maka hukumnya hukum rajam, yaitu dilempari dengan kerikil sampai mati. Lia yang secara hokum Islam mestinya dihukum bunuh saja, dibunuh pelan-pelan yaitu dirajam, dilempari dengan kerikil sampai mati, malah kenyataannya Lia tidak malu mengaku sebagai jelmaan kembali orang yang menjaga kemaluannya, sama sekali tak berzina, yang Al-Qur’an saja telah menjelaskan bahwa maryam itu menjaga farji/ kemaluannya.
“dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnyasebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimatTuhannya dan kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta’at”. (QS At-Tahriim: 12).
Perbandingan antara baiknya Maryan dan buruknya Lia
Dalam ayat itu diterangkan keadaan Maryam. Mari kita bandingkan antara baiknya Maryam dengan Buruknya Lia.
1. Maryam memelihara kehormatannya, yaitu farjinya atau kemaluannya. Sama sekali tidak pernah berzina. Bahkan disentuh lelaki saja tidak. Maryam berkata: ”Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” (QS Maryam: 20). Sebaliknya, Lia adalah pezina, berkali-kali berzina dengan beberapa orang dan di berbagai tempat, menurut pengakuan Lia sendiri. Seperti yang Lia akui sebagai wahyu, berupa tanya jawab antara Tuhannya Lia dengan Lia: “kau bersetubuh dengan siapa saja? / sebelum menikah dengan pacar hamba yang bernama Yusuf, Tuhan. Saat itu hamba ingin menikah dengannya tapi dilarang oleh ibu hamba, Tuhan. Dan itu ingin jadikan hamba alasan agar hamba dibolehkan menikah dengannya setelahnya. Ketika suami hamba dipenjara, dia datang menemui hamba lagi. Dan hamba merasa hamba masih sangat mencintainya. Dan kala itu sepertinya tak ada harapan karena suami hamba tahanan politik dan ibu hamba meminta hamba meninggalkan suami hamba, Tuhan.
Dan yang kedua Abu Hayat, ya Allah yang sangat mencintai hamba. Tapi hamba tak mencintainya, ya Allah. Sungguh hamba mual, ya Allah. Tapi dia sangat baik sama hamba. Dan yang ketiga Mas Harto, itu yang paling banyak hamba berzina, Tuhan. Ampuni hamba ya Allah. / (Bunda membunyikan loncengnya lagi). / itulah kau terbebas dari dosamu yang kedua. / Beritahukan di mana saja kau bersetubuh. / Di rumah hamba sendiri ya Allah, di rumahnya dan di hotel, dan juga satu kali di motel, Tuhan, dan juga pernah di mobil, Tuhan dan juga di calvin ya Allah.” Betapa jauhnya perbedaan antara Maryam yang menjaga kehormatannya, dan yang menjelaskan itu adalah Allah SWT, dibanding Lia yang pezina, dan itu adalah pengakuan Lia sendiri, hanya saja diklaim sebagai wahyu Allah SWT. Kenapa pezina bisa-bisanya tanpa malu-malu mengaku dirinya sebagai wanita yang suci, jelmaan lagi. Betapa dustanya!
2. Maryam adalah wanita yang membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya. Lia sangat berbalikan: mendustakan ayat-ayat Allah SWT, agama dari-Nya, hingga Lia menciptakan agama baru bernama agama Salamullah, dan akhirnya tidak pakai agama, murtad dari Islam, dan mengadakan penyembahan tanpa memakai cara agama apapun. Lia memintal agama-agama kemudian mengadakan apa yang disebut perenialisme, yaitu penyembahan tanpa memakai cara agama. Sehingga Lia Melecehkan Nabi Muhammad saw dan para rasul. Lia mengklaim adanya Fatwa Ruhul Kudus yang Lia sebarkan, diantara isinya mengklaim dirinya:
1. “Diperintahkan Allah menerima perenialisme”.(Fatwa Ruhul Kudus, halaman 12).
2. “Para rasul diperintahkan Allah agar netral –tak berafiliasi terhadap salah satu agama pun.” (Fatwa Ruhul Kudus, halaman 12). Ini mengklaim dirinya termasuk rasul, dan di perintahkan menerima perenialisme, yaitu netral, tidak berafiliasi terhadap salah satu agama pun. Lia mengingkari agama dari Allah swt, berarti mengingkari ayat-ayatNya. Betapa jauhnya antara Maryam yang membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya, di banding Lia yang mendustakannya. Anehnya, Lia mengaku dirinya jelmaan Maryam / Maria. Seanadainya Lia itu orang yang bersih, menjaga diri dan juga beriman kepada ayat-ayat dan kitab-kitab Allah saja, kalau mengaku dirinya sebagai jelmaan/reinkarnasi Maria maka batal lah imannya,masih pula menjadi pendusta, apalagi sudah pezina, masih berdusta lagi. Betapa buruknya. Dan adalah dia termasuk orang-oarang yang ta’at. Maryam orang yang taat kepada Tuhan-Nya. Dalam tafsir Ibnu katsir di jelaskan :
“dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta’at”. Imam Ahmad berkata, riwayat dari Ibnu Abbas, berkata : Rasulullah saw menggaris bumi 4 garis dan berkata, “Tahukah kalian, apa ini?” Mereka (para sahabat) berkata, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Lalu Rasulullah saw berkata : “Wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” Dan telah kuat riwayatnya dalam shahih Bukhari dan Muslim riwayat hadits dari Syu’bah berasal dari Abi Musa Al-Asy’ari dari Nabi saw berkata,
Diriwayatkan dari Abu Musa ra. Katanya: Rasulullah saw bersabda: Lelaki yang sempurna itu banyak, tapi tiada wanita yang lebih sempurna dari maryam binti Imran dan Asiyah isteri Firaun. Sesungguhnya kelebihan Aisyah dari wanita lain adalah seperti kelebihan tsarid (satu jenis makanan Arab) dari makanan lain (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ibnu Katsir juga menjelaskan dari hadits, bahwa maryam dan Asiyah kelak termasuk isteri-isteri Nabi Muhammad saw di surga pada firman Allah Ta’ala, “yang janda dan yang perawan”
Dalam hadits-hadits itu, maryam adalah termasuk 4 wanita utama yang tak ada yang menggauli. Bahkan kelak Maryam menjadi isteri Nabi Muhammad saw di surga. Sekarang ada Lia, orang wanita yang tidak mengakui adanya surga di akhirat kelak, adanya hanya di dunia ini, dan dia klaim, kerajaan surga itu ada di rumahnya, Jl Mahoni 30, Jakarta, tetapi mengaku dirinya sebagai jelmaan Maryam. Lantas kenapa Lia tidak jadi isteri Abdurrahman yang di klaim sebagai reinkarnasi Nabi Muhammad saw? Malah Abdurrahman dinikahkan dengan Tri Sudiati yang suaminya, Bambang, tak ikut Lia, jadi cerai. Kenapa Lia malah nikah dengan jin/ syetan yang dia klaim sebagai Malaikat Jibril? Betapa jauhnya antara Maryam dan Lia. Maryam taat kepada Allah, yakin akan adanya akhirat, hari qiamat, dan surga itu kelak dihuni di akherat; sedang Lia tidak percaya hari qiamat/ akherat, tidak percaya surga di akherat, adanya hanya sekarang, dan adanya itu di rumah Lia. Ketika Lia di dalam tahanan Polda Metro Jaya, tahanan di kantor kepolisian, maka ternyata tetangganya dalam sel tahanan yang dia sebut ramah kepadanya adalah maling, koruptor, dan juga preman yang merusak barang-barang orang dengan paksa. Hingga Lia menganggap aneh, karena para ulama dan aktifis masjid gerang kepada Lia, namun para koruptor, maling, dan preman yang jadi tetangga tahanan di Polda justru ramah kepadanya. Pertanyaan yang perlu di ajukan: apakah ada para ulama dan aktifis masjid yang gerang kepada Maryam, wanita sholihah, taat, dan yang menjaga farjinya? Jauh benar bedanya antara yang diramahi maling dengan yang dipuji dalam Al-Qur’an. Orang yang diramahi maling ternyata adalah yang memutar balikkan ayat-ayat Al-Qur’an, menghina Nabi Muhammad saw. Sedang yang dipuji Al-Qur’an dan juga hadits Nabi Muhammad saw itu wanita utama yang benar-benar sholihah, menjaga diri, sama sekali bukan pezina.
Lia dan Abdurrahman alumni IAIN lebih dahsyat dibanding kekafiran Ibnu Sina dan Al-Farabi.
Dalam proses selanjutnya, Lia tidak lagi mengaku sebagai Imam Mahdi, karena mau jadi isteri syetan yang mendampinginya yang diklaim sebagai Malaikat Jibril. Maka “pangkat” Imam Mahdi itu diberikan kepada Imam besarnya yang bernama Abdurrahman alumni Filsafat Ushuluddin IAIN (Institut Agama Islam Negeri—kini UIN) Jakarta. Setelah itu Lia menjadi isteri syetan pendampingnya yang diklaim sebagai Malaikat Jibril, lalu bernama Lia Eden, maka mengumumkan diri sebagai penguasa surga Eden di kerajaan Tuhan di rumahnya Jl Mahoni 30, Senen Jakarta. Dan itulah yang diklaim sebagai kerajaan tuhan di dunia, dan diingkarilah hari qiamat yang akan terjadi. Sehingga Lia mengaku sebagai penguasa kerajaan Tuhan itu, dan bahkan mengaku sebagai Tuhan dengan menganggap diri Lia sebagai unsure trinitas (Tiga Tuhan) bersama syetan pendampingnya yang diklaim sebagai Malaikat Jibril. Sedang Imam Besarnya, Abdurrahman dianggap sebagai reinkarnasi Nabi Muhammad saw, maka namanya ditambahi dengan Muhammad, menjadi Muhammad Abdurrahman.
Itulah kesempurnaan kemusyrikan dan kekafuran, dengan mengaku diri sebagai unsure trinitas, dan mengingkari Hari Qiamat, hari berbangkit. Dianggapnya kebangkitan itu yang ada hanya sekarang ini, di dunia. Pengingkaran terhadap Hari Qiamat oleh Lia Eden, Abdurrahman alumni IAIN dan pengikutnya ini lebih dahsyat kekafirannya disbanding filosuf-filosuf yang menganggap bahwa kebangkitan di hari qiamat hanyalah kebangkitan jiwa/ roh, jadi badan atau jasad tidak dibangkitkan. Filosuf-filosuf yang berlabel Muslim seperti Ibnu Sina dan al-Farabi telah dikafirkan oleh para ulama karena pendapatnya yang seperti itu (menganggap bahwa kebangkitan di Hari Qiamat hanyalah kebangkitan jiwa/ roh, jadi badan atau jasad tidak dibangkitkan). Namun Abdurrahman seorang Imam Besar aliran sesat ini, hasil didikan dari IAIN yang kurikulumnya dirancang DR Harun Nasution dengan mengedepankan filsafat yang di antara rujukannya adalah Ibnu Sina dan Al-Farabi ternyata keyakinan kekufurannya jauh lebih kufur dibanding filosuf yang telah dikafirkan para ulama. Bukan sekedar mengingkari bangkitnya jasad di Hari Qiamat, tetapi Hari Qiamat itu sendiri diingkari. Padahal yang mengingkari kebangkitan jasad di Hari Qiamat, walau mengimani adanya Hari Qiamat tetap saja dinyatakan kafir oleh para ulama. Keterangannya sebagai berikut:
Ibnu Abi Al-Hamwi ahli Fiqih madzhab syafi’I pensyarah al-wasith dalam kitabnya, Almilal wan Nihal, berkata: Belum ada filosuf Islam yang menduduki kedudukan Abi Nashr Al-Farabi dan Abi Ali binSina’ (Ibnu Sina). Abu Ali (Ibnu Sina) lebih unggulnya dua lelaki ini dan paling mengerti di antara filosuf Islam. (Ahli Fiqih Syafi’i itu) sampai berkata, Sungguh para ulama telah sepakat bahwa Ibnu Sina pernah berkata bahwa dunia ini qodim (sudah ada sejak dahulu), (dan berkata bahwa) tidak ada kebangkitan jasad (di hari qiamat) tetapi dia tidak mengingkari kebangkitan jiwa. Dan dikutip dari perkataan dia (Ibnu Sina) bahwa dia berkata sesungguhnya Allah tidak mengerti al-juz’iyyat (bagian-bagian/ deteil) dengan ilmu juz’I / deteil tetapi dengan ilmu global (secara garis besar). Maka para ulama pada zamannya dan para imam sesudahnya yang mereka itu dipercayai perkataan / pendapat mereka baik mengenai hal pokok (ushul) maupun cabang (furu’) telah memutuskan kafirnya Ibnu Sina dan kafirnya Abi Nashr Al-Farabi dari segi keyakinan masalah-masalah ini yang sesungguhnya menyelisihi keyakinan / I’tiqad kaum Muslimin.
Dalam kitab Lisanul Mizan dikutip pula riwayat yang menyebutkan bahwa Ibnu Sina akhirnya bertaubat.
Alumni IAIN Jakarta ada yang menjadi Imam Besar satu aliran yang kekafirannya lebih tebal dibanding filosuf-filosuf yang dikafirkan para ulama. Karena bukan saja mengingkari dibangkitkannya jasad di hari qiamat, tetapi ingkar total terhadap hari qiamat. Dianggapnya hari qiyamat itu ya hanya di dunia sekarang ini.
Dan kejadian ramai di masyarakat pun diketahui secara umum, ditangkapnya secara ramai-ramai kelompok sesat Lia Eden yang tak percaya akherat tapi percaya reinkarnasi itu adalah setelah kejadian rektor IAIN/ UIN Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, membela ahmadiyah (yang fahamnya reinkarnasi pula itu tadi) dan bahkan mempersoalkan Fatwa Munas (Musyawarah Nasional) VII MUI (Majelis Ulama Indonesia) di Jakarta, Juli 2005 berupa 11 fatwa, di antaranya bahwa Ahmadiyah adalah sesat menyesatkan, di luar Islam, dan pengikutnya murtad alias keluar dari Islam.
Rektor IAIN/ UIN Jakarta membela Ahmadiyah yang kepercayaannya ternyata reinkarnasi, kepercayaan kafir, sedang di antara alumninya, Abdurrhman –alumni IAIN Jakarta 1997, menjadi imam besar aliran sesat Lia Eden yang berfaham reinkarnasi dan Abdurrahman langsung menyandang gelar sebagai reinkarnasi Nabi Muhammad saw. Itulah salah satu bukti tambahan yang sangat nyata tentang apa yang saya tulis dalam buku ada Pemurtadan di IAIN –seluruh Indonesia- karena kurikulumnya sama, yaitu dari Departemen Agama, yang dirancang oleh mendiang Harun Nasution, menggantikan kurikulum yang lama. Sudah sebegitu jauh bahayanya, apakah masih tetap di pertahankan pendidikan dan pengajaran yang pada dasarnya justru pemurtadan itu?
Dalam Islam, orang yang murtad saja hukumnya hokum bunuh. Lantas, bagaimana orang-orang yang mengadakan pemurtadan hingga menghasilkan pemurtad-pemurtad yang tingkat kekafirannya lebih di banding filosuf-filosuf yang telah dikafirkan para ulama?
Anehnya, orang-orang liberal model Gus Dur (Abdurrahman Wahid), Syafi’i Anwar dan lainnya, walau mereka mengakui faham itu salah, tetapi tokoh-tokohnya tidak usah diapa-apakan.
Yang perlu dipertanyakan, sampai dimana rasa memiliki Islam, ketika Islam dicak-acak dan dia tahu tetapi pengacak-acaknya tidak boleh ditindak? Padahal dia mengaku dirinya Islam.
Ini bisa diibaratkan, di pasar yang sudah jelas-jelas ada copet yang sedang beraksi mencopet duit orang, tahu-tahu ada orang yang tenang-tenang saja, tidak merasa terganggu, aman-aman saja dengan adanya aksi pencopetan itu. Maka orang yang merasa aman-aman saja dan tidak merasa terganggu itu ada dua kemungkinan. Pertama dia memang tidak punya duit, hingga tidak khawatir akan kecopetan karena memang tidak membawa duit. Kedua, dia sendiri memang copet, jadi tidak khawatir akan dicopet oleh temannya.
Dalam hal Islam, ketika ada orang-orang yang merusak Islam tetapi kemudian muncul tokoh yang berkomentar dan malah membela perusak Islam padahal dirinya mengaku Islam; itu ada dua kemungkinan. Pertama, dia tidak punya Islam lagi (karena Islamnya sudah di jual habis). Kedua, mungkin dia sendiri sebenarnya adalah perusak Islam. Itu saja.
Jadi kalau terbukti IAIN se-Indonesia ini sudah jelas menjurus kepada pemurtadan secara sistematis dan menasional, kemudian pihak-pihak yang sebenarnya mampu mengubahnya dan memang sudah tahu tetapi diam saja, maka ya ada dua kemungkinan itu tadi. Imma Islamnya telah habis (dijual), wa imma memang dirinya itu perusak Islam. Wallahu a’lam bis-showab.