Martabat Tujuh di dalam mencari Tuhan


Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih.

Istilah ajaran martabat tujuh, tidak pernah dikenal pada masa
Rasulullah, beliau tidak mengajarkan secara khusus. Ajaran martabat
tujuh didalam tasawuf merupakan perkembangan dari ilmu tauhid yang
diajarkan oleh Rasulullah. Kedudukan ilmu ini sama halnya dengan
mempelajari ilmu fiqh, ushul fiqh, filsafat, ilmu dirayah hadist,
riwayah hadist, ilmu Alqur'an dan ilmu tafsir (ilmu-ilmu ini tidak
pernah diajarkan oleh Rasulullah secara khusus), akan tetapi ilmu-
ilmu ini merupakan pembahasan yang mengacu kepada dasar yang telah
diajarkan oleh Rasulullah.

Ada beberapa hal yang menyebabkan ilmu-ilmu itu muncul.

Hadist Rasulullah, yang merupakan qauli (ucapan), fi'li (perbuatan)
dan taqriri (ketetapan), ditulis oleh para periwayat hadist secara
sederhana, sehingga tidak semua orang mampu mengerti kedalamannya.
Dengan bahasa yang digunakan oleh Rasulullah banyak diantara sahabat
yang bukan orang asli Arab setempat tidak mengerti maksudnya. Hal ini
disebabkan gaya bahasa yang disampaikan terlalu tinggi balaghahnya
(biasanya sering menggunakan bahasa perumpamaan), yang terasa sulit
bagi kita untuk mengerti, akan tetapi pada saat itu para sahabat bisa
langsung bertanya kepada Rasulullah apabila ada kalimat yang tidak
bisa difahami.

Persoalan kadang juga muncul karena ada kata yang bersifat musytarak
( satu kata banyak arti ), sehingga sulit bagi generasi setelahnya
untuk menentukan makna yang sebenarnya seperti kata lamastum (Qs: An
Nisa':43) yang memiliki dua arti yaitu menyentuh dan bersetubuh .

Kemudian di bidang Hadist, ..banyak para periwayat tidak menggunakan
bahasa yang redaksinya berasal dari Rasulullah. Setelah mereka
melihat perilaku Rasulullah, lalu mereka menulis redaksi hadist
tersebut dengan bahasanya sendiri, sedangkan kita tahu bahwa setiap
periwayat tidak semuanya berasal dari orang-orang Arab setempat, akan
tetapi ada yang berasal dari Yaman, Madinah, Persia dan kaum Baduy
yang berasal dari pegunungan, yang kesemuanya itu memiliki dialek
yang berbeda.

Oleh karena itu wajarlah hikmah itu muncul dengan adanya ilmu-ilmu
seperti ilmu balaghah, ilmu Bayan, ilmu ushul Fiqh, ilmu Dirayah,
Riwayah, mustalahul hadist, ilmu tauhid dll.

Dengan demikian kita boleh menerima apa yang datang dari gagasan
ulama masyhur, selama tidak bertentangan dengan Alqur'an dan Al
hadist. Salah satunya tentang ajaran Martabat Tujuh. Tetapi apabila
kita tidak setuju dengan pendapat ulama tersebut, sebaiknya kita
menjadikan ilmu tersebut sebagai wacana keilmuan Islam yang
berkembang .

Ajaran martabat tujuh di susun oleh Muhammad Ibn Fadhilah dalam
kitabnya Al Tuhfah al Mursalah ila Ruhin-Nabi. Dalam kitab ini
diterangkan bahwa Dzat Tuhan merupakan Wujud Mutlak, tidak dapat
dipersepsikan oleh akal, perasaan, khayal dan indera.. Dzatullah
sebagai aspek bathin segala yang maujud (ada), karena Tuhan meliputi
segala sesuatu (Lihat surat Fushilat :54) dan untuk bisa memahami
wujud Tuhan yang sebenarnya secara transenden harus setelah
bertajalli sebanyak tujuh martabat yakni :

1.. Martabat Ahadiyat, yaitu martabat la Ta'yun dan ithlaq. Ialah
tahap yang belum mengenal individuasi, inilah martabat yang
tersembunyi (kosong), karena belum ada ide-ide, namanya Dzat Mutlak.
Hakikat ketuhanan.tak seorangpun dapat meraih-Nya, bahkan nabi-nabi
dan wali-walipun tidak. Para malaikat yang berdiri dekat Allah tidak
dapat meraih hakikat Yang Maha Luhur, tak seorangpun mengetahui atau
merasakan hakikat-Nya. Sifat-sifat dan nama-nama belum ada, sebuah
manifestasi yang jelaspun belum ada. Hanya Dialah yang ada dan nama-
Nya ialah " wujud makal" Dzat Yang langgeng, hakikat segala hakikat.
AdaNya ialah kesepian atau kekosongan ( kosong tapi ADA). Siapakah
gerangan yang tahu akan hal keadaan ini?
Diantara semua martabat, tak ada satupun yang melebihi martabat ini
yang bernama ahadiyah. Semua martabat lainnya berada dibawahnya.

2.. Martabat kedua bernama Martabat ta'yun awal ( awal kenyataan).
Pada tahap wahdah ini mulailah individuasi. Inilah kenyataan Muhammad
yang tersembunyi di dalam rahasia Tuhan, didalam cara-cara berada
dzatNya. Semua kenyataan belum terpisah antara yang satu dengan yang
lainnya, karena masih terikat satu sama lain dalam cara-cara berada
itu. Antara ide yang satu belum ada perbedaan dengan ide yang lain,
karena masih tersembunyi di dalam wahdat. Mereka masih terkumpul di
dalam (kenyataan) Muhammad yang merupakan awal pemancaran cara-cara
berada hakikat sejati. Yang dinamakan wahdah ialah hakikat Muhammad,
semua hakikat masih berkumpul dalam martabat wahdah dan belum
terpisah-pisah. Martabat wahdah ini dapat di ibaratkan dengan sebutir
biji; batang, cabang-cabang dan daun-daunnya masih tersembunyi di
dalam biji itu dan belum terpisah-pisah. Batang, cabang-cabang dan
daun-daun melambangkan engkau, aku, mereka, sedangkan bijinya tunggal
(wahdat)

Masih ada perumpamaan lain, yaitu tinta dalam wadahnya. Semua huruf
terkumpul di dalam tinta, huruf yang satu belum dibedakan dari huruf
lain. demikian juga dalam wahdah semua huruf, tuhan dan kita, sebelum
terpisahkan

Dari tinta inilah segala sesuatu itu terjadi, gambar rumah, gambar
gunung, gambar manusia , batu, angin dan bentuk-bentuk lainnya. Dan
Tinta itu bukanlah yang menulis, akan tetapi Dialah Yang
menggerakkan, Yang hidup, Kuasa, Yang Gagah, dengan demikian
muncullah sifat-sifat "siapa" yang menggoreskan tinta itu. Bisa
ditarik kesimpulan bahwa sifat bukan hakikat ketuhanan akan tetapi
sifat adalah yang bersandar kepada Dzat Tuhan. Sesuatu yang bersandar
kepada Dzat bukanlah Tuhan, kedudukannya sama halnya dengan tanaman,
pohonan, gunung, surga dan neraka, karena semua muncul karena adanya
Dzat yang Hidup, dzat-lah Yang menggerakkan semua ini.

Mengetahui Martabat ini disebut wahdat dan hakikat kemuhammadan atau
Nur Muhammad artinya cahaya yang penuh pujian Tuhan. Inilah permulaan
segala sesuatu, sehingga Allah bisa disifati karena Ia Yang
Menciptakan (Al Khaliq), Yang Memelihara (Al hafidz), Yang Perkasa
(Al Jabbar), Yang Maha Kuat (Al qawwiyu), Yang Hidup (Al Hayyu) dst,
sedangkan sifat itu sendiri bergantung kepada sang Dzat (tidak
berdiri sendiri ), oleh karena itu Islam melarang berhenti kepada
sifat. Karena sifat itu bukan Dzat itu sendiri. dan untuk mengetahui
Dzatullah harus meninggalkan sifat-Nya (mengembalikan kepada martabat
pertama, yaitu keadaaan hakikat Tuhan yang belum ada apa-apa ) karena
sifat merupakan sesuatu yang bergantung (membutuhkan sandaran) Dan
sifat Allah itu masih bisa dirasakan oleh makhluk-Nya seperti Ar
Rahman (Pengasih) Ar Rahiem (Penyayang), Al Qawiyyu ( Kuat) sedangkan
sifat itu muncul karena persepsi sang hamba (inna dzanni 'abdi, Aku
tergantung persepsi hamba-hamba-KU)

Hal ini digambarkan oleh kaum Hindu sebagai Trimurti (tiga sifat
Tuhan yang tidak terpisahkan), yaitu sifat Tuhan Hyang Widi Wasa,
dimana ketiga sifat itu tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya yaitu Dewa Brahma (Pencipta/ Al Khaliq), Wisnu ( Pemelihara/
Al Hafidz), Siwa ( Perusak atau pelebur/ Al Jabbar). Kaum Hindu
menyadari bahwa Tuhan yang sebenarnya tidak bisa digambarkan dengan
pikiran, tidak bisa diserupakan dengan yang lainnya, Aku berada
dimana-mana diseluruh alam semesta dalam bentuk-Ku yang tidak
terwujud (tidak bisa dibayangkan). Semua makhluk hidup berada didalam
diri-Ku(liputan-Ku) tetapi Aku tidak berada di dalam mereka (
Bhagavat Gita Sloka 9.0 ) dan tidak boleh menyembah sifatnya seperti
tercantum dalam kitab Bhagavat Gita sloka 9.25 : Yanti deva-vranta
devan pitrn yanti pitr-vantrah, bhutani yanti bhutejya , yanti mad-
yajino 'pimam artinya : orang yang menyembah dewa-dewa akan
dilahirkan diatara para dewa , orang yang menyembah leluhur akan
pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan
dilahirkan ditengah-tengah makhluk-makhluk seperti itu. Dan orang
yang menyembah-KU akan hidup bersama-Ku.

Begitu jelas ajaran hindu melarang menyembah dewa-dewa atau sifat-
sifat seperti Brahmana, wisnu dan siwa, akan tetapi mereka membatasi
diri terhadap sifat-sifatnya saja, mereka menyadari manusia tidak
akan pernah sampai kepada Dzat Mutlak tersebut kecuali para Guru
Suci, kaum Brahmana yang memiliki kasta lebih tinggi dari pada kaum
Sudra danVaisa

Sebaliknya Islam menyempurnakannya dengan langsung kepada Dzatullah,
tidak berhenti kepada sifat-Nya ,yaitu dengan menafikan (mengabaikan)
segala sesuatu kecuali Allah. Laa ilaaha illallah .atau laa syai'un
illallah ( tiada sesuatu kecuali Allah) juga terdapat dalam Surat
Thaha:14 innanii Ana Allah, laa ilaaha illa ANA, fa'budnii ,
sesungguhnya AKU ini Allah, tidak ada Tuhan selain AKU maka sembahlah
AKU dan dirikanlah Shalat untuk Menyembah AKU !!

Jelas dengan tegas bahwa Allah mengarahkan kita untuk menyembah DZAT-
NYA bukan Nama-Nya bukan Sifat-Nya. Itulah bedanya kaum Hindu dengan
Islam. Islam tidak mengenal perantara, seperti tercantum dalam Surat
Al; An'am 79 : Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada wajah Dzat
Yang Menciptakan langit dan bumi dengan lurus, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (aku tidak melalui
perantara siapapun). Ditegaskan dalam Baghavat Gita sloka 2.61 :
orang-orang yang mengekang dan mengendalikan indriya-indriya
sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya Kepada-KU , dikenal
sebagai orang yang mempunyai kesadaran yang mantap !!


1.. Martabat ta'yun kedua, atau wahidiyat. Yaitu kesatuan yang
mengandung kejamakan, tiap-tiap bagian telah jelas batas-batasnya.
Sebagai hakikat manusia. Ibarat ilmu Tuhan terhadap segala sesuatu
secara terperinci, sebagian terpisah dengan lain.
Ketiga martabat tersebut bersifat bathin dan ilahi, terjadi
semenjak dari qadim. Urutan kejadian dari ketiganya bersifat akal,
bukan perbedaan jaman. Dari ketiga martabat bathin muncullah tiga
martabat lahir.

2.. Martabat alam arwah. Merupakan aspek lahir yang masih dalam
bentuk mujarrad dan murni.
3.. Martabat alam mitsal, ibarat sesuatu yang telah tersusun dari
bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak dapat dipisah-
pisahkan.
4.. Martabat alam ajsam (tubuh) Yakni ibarat sesuatu dalam keadaan
tersusun secara marteriil telah menerima pemisahan dan dapat dibagi-
bagi. Yaitu telah terukur tebal tipisnya.
5.. Martabat Insan, mencakup segala martabat diatasnya, sehingga
dalam manusia terkumpul tiga martabat yang sifat bathin dan tiga
martabat lahir.
Kalau kita perhatikan ajaran martabat tujuh, pada dasarnya adalah
mengungkapkan secara berurutan asal muasal kejadian manusia maupun
alam semesta. Didalam pengurutannya Syekh Muhammad Ibnu Fadhilah
menempatkan Dzat sebagai hakikat dari segala sesuatu. Karena itu Dzat
disebut sebagai la ta'yun tidak bisa dikenal hakikatnya. Keadaan-Nya
tidak kenal penyebutan karena segala persepsi tidak bisa
menggambarkan keadaan-Nya. Keadaan yang masih belum ada apa-apa,
masih awang uwung (ithlaq ), yang wilayah ini digambarkan oleh Al
Qur'an sebagai orang yang pingsan ( suatu keadaan yang di alami oleh
Nabi Musa As, lihat QS: 7:143)

Inilah objek yang kita tuju, bukan kepada sifat dan Nur-Nya. Kepada
Dzat itulah kita kembali innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun, kita
memuja, bersujud, kita bergantung !!

Kesadaran ketuhanan ini jarang sekali dipahami masyarakat kita dengan
baik, karena sudah dihambat oleh para pengajar (ustadz), bahwa kita
tidak boleh langsung kepada Tuhan. Karena Tuhan itu suci, maka harus
melalui perantaranya, atau kita hanya sampai kepada cahaya-Nya.
Pendapat ini sering bercampur dengan ajaran hindu yang memang
mengajarkan hal serupa yaitu harus melalui birokrasi ketuhanan (
wasilah)

Oleh karena itu, apabila manusia dapat mengembangkan kehidupan
rohaninya, sehingga dapat memperhatikan ke tujuh martabat tersebut,
maka dia akan menjadi manusia sempurna (insan kamil). Sedangkan insan
kamil yang paling tinggi dan yang paling sempurna adalah Nabi
Muhammad SAW.

Dasar pandangan yang terdapat pada rumusan martabat tujuh tersebut,
adalah paham pantheisme-monoisme. Menurut Muhammad Ibn Fadhilah,
bahwa segala yang ada ini dari segi hakikat adalah Tuhan, sedangkan
dari segi yang kelihatan secara lahir bukan Tuhan. Sebagai tamsil
misalnya uap, air, es, salju dan buih, dari segi hakikat adalah air.
Akan tetapi dari wujud lahir bukan air .

Untuk sedikit memahami ajaran ini, saya akan mengajak anda keluar
ruangan dan memperhatikan sebuah pohon kacang hijau yang baru tumbuh
(kecambah), atau pohon apa saja yang anda lihat di depan rumah anda.
Mari kita perhatikan dengan seksama !!

Berasal dari sebuah biji yang kecil lalu tumbuh bergerak menjadi
batang yang tinggi, menjadi pucuk daun, menjadi ranting, menjadi
akar, lalu mati ...biji-biji yang lainnya akan berlaku sama seperti
itu.., kemudian anda perhatikan Bumi bergerak , bulan bergerak, atom-
atom bergerak pada aturan yang harmoni... kemudian anda pandangi
seluruh alam semesta, pandangnlah dengan hening .lihatlah alam
itu .semuanya bergerak serentak dengan rencana yang baik dan
sempurna, ia tidak berdaya mengikuti kemauan yang tidak bisa
dibendung dari dalam ..mereka pasrah terhadap gerak yang Yang
menggerakkan, mereka tidak bisa menolaknya ..ada sebuah gerak yang
meliputi seluruh alam yang tidak kelihatan, yang tidak bisa dijangkau
oleh mata dan perasaan. Akan tetapi gerak itu tampak sekali dengan
jelas sehingga bumi itu bergerak, matahari bergerak, tumbuhan
bergerak, jantung kita bergerak, atom-atom bergerak. SEMUA MENGIKUTI
GERAK HAKIKI, bukan kehendak kita . lihatlah sekali lagi dengan
seksama, anda akan melihat Yang Menggerakkan, Yang Hidup, Yang Nyata
( Dhohir), Yang Tersembunyi ( Bathin), dan Dialah Yang tidak bisa
dijangkau oleh kata-kata dan sifat.

Dan bersujudlah kepada yang Tampak itu, bukan kepada alam semesta
yang fana, yang bergantung kepada Sang Hidup, anda akan melihat semua
alam bersujud dengan caranya masing-masing kemudian semuanya
bertasbih dengan bahasanya yang khusus .

Kemudian lihatlah yang menggerakkan jantung anda, jangan lihat
jantungnya. tetapi yang menggerakkan itu, yang amat dekat itu, yang
hidup itu, yang kuasa itu, yang lebih dekat dari jantung anda
sendiri !! maha suci Engkau..maha suci Engkau..maha Suci Engkau.

(di sarankan apabila anda belum memahami hal ini, jangan diteruskan .
saya tidak berani mengupas lebih dalam mengenai hakikat takut salah
persepsi . Atau ini cukup dijadikan wacana dan bahan renungan . akan
tetapi jika anda penasaran ingin sampai mencapai keadaan tersebut
sebaiknya di rencanakan dengan baik agar kita memulai dari yang
paling dasar dari sisi keTuhanan dan tidak sekedar main-main
mempelajari ilmu hakikat ini apalagi hanya untuk sekedar tahu )

Mudah-mudahan dengan bahasan ini akan mengawali perjalanan kita lebih
baik setelah mengerti Dzat dan arah beragama kita, bukan bergejolak
dalam retorika ilmu tauhid yang tidak ada habisnya. Akan tetapi mari
kita jalani sampai memasuki hakikat yang sebenarnya !



Kesimpulan
Apakah di dalam ajaran tasawuf para sufi harus melalui martabat
tujuh ?

Jawab:

Tidak wajib .Akan tetapi disarankan memiliki wawasan ketuhanan yang
baik agar kita tidak mudah taqlid kepada orang yang menyelewengkan
ajaran ini. Ajaran Martabat tujuh ini baik untuk pegangan atau
referensi di dalam perjalanan menuju Tuhan. disamping ilmu-ilmu yang
lainnya sebagai pendukung.
Firman Allah : Hai Manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu , maka pasti kamu akan menemui-Nya (
QS . Al Insiqaaq:6)Insya Allah !!
Firman Allah:

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya"

Hadis Qudsi,firmanNya:

"Sesungguhnya manusia itu rahsiaKu dan Akulah yang menjadi rahsianya.Dan rahsia itu sifatKu dan sifatKu tiada lain, Aku lah jua"

Mengenai soal makrifat pula Allah berfirman dalam hadis Qudsi:

"Akulah perbendaharaan yang tersembunyi.Aku ingin supaya dikenali(dimakrifati), maka Aku jadikan alam ini,maka mereka makrifat kepadaKu"

FirmanNya lagi:

"Sesungguhnya Allah memrintahkan kamu (manusia) memulangkan amanah kepada yang berhak (Allah)"

Jadi taraf kemuliaan sesorang hamba Allah itu adalah bergantung sejauh mana taraf makrifatnya kepada Allah. Sekiranya kita berjaya mencapai tahap sebenar-benar makrifat jadilah kita sebaik-baik makhluk sebagaimana firmanNya:

"Sesungguhnya yang beriman dan beramal soleh, mereka itu adalah sebaik baik makhluk"

Tapi sebaliknya sekiranya kita gagal untuk mengembalikan amanah untuk makrifat maka jadilah kita sebagai mana yang di firmankan olehNya:

"Kemudian Kami kembalikan dia di tempat yang serendah-rendahnya"

Dan firmanNya lagi:

"Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk"

Baik buruknya manusia adalah bergantung kepada tahap-tahap kesucian batinnya atau nafsunya.
Nafsu mempunyai dua pengertian:

1. Suatu pengertian yang meliputi segala tabiat-tabiat: spt. marah, nafsu berahi dan syahwat serta semua yang keji seperti hasad dengki, riak, dendam, sum'ah dan sebagainya. Nafsu ini ada juga pada binatang. Tapi tiada sama sekali pada malaikat. Sabda Rasulullah s.a.w: "Sejahat-jahat musuh engkau ialah nafsu engkau yang terletak di antara dua lambung engkau"

2. Makna yang kedua adalah berkaitan kejadian "latifah rabbaniyyah' iaitu sesuatu yang batin yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar sebaliknya ia adalah melibatkan soal-soal kerohanian.

Jenis-jenis nafsu yang saya huraikan adalah:

1. Amarah
2. Lawammah
3. Mulhammah
4. Mutmainah
5. Radhiah
6. Mardhiah
7. Kamaliah

1. AMARAH

Amarah adalah martabat nafsu yang paling rendah dan kotor di sisi Allah. Segala yang lahir darinya adalah tindakan kejahatan yang penuh dengan perlakuan mazmumah (kejahatan/keburukan). Pada tahap ini hati nurani tidak akan mampu untuk memancarkan sinarnya kerana hijab-hijab dosa yang melekat tebal, lapisan lampu makrifat benar-benar terkunci. Dan tidak ada usaha untuk mencari jalan menyucikannya. Kerana itulah hatinya terus kotor dan diselaputi oleh pelbagai penyakit.

Firman Allah:

"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya"
"Sesungguhnya nafsu amarah itu sentiasa menyuruh manusia berbuat keji(mungkar)"
"Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus)"

Dalam kehidupan seharian segala hukum hakam, halal-haram, perintah dan larangan tidak pernah di ambil peduli. Malah buat kejahatan itu sudah sebati. Tidak ada penyesalan, malah kadang-kadang bangga buat jahat. Contohnya dia berbangga dapat merosakkan anak dara orang, bangga dengan kehidupan songsang, minum, berjudi, pergaulan bebas malah jadi barat lebih dari orang barat. Bagi mereka pada peringkat nafsu ini, konsep hidupnya adalah sekali, jadi masa mudalah untuk seronok sepuas-puasnya tanpa mengenal batas-batas. Baik jahat adalah sama sahaja di sisinya tanpa ada perasaan untuk menyesal. Malah kadang-kadang bila boleh buat jahat seolah-olah terdapat perasaan lega dan puas. Itulah sebabnya kadang-kadang ada yang dapat nak mengawalnya dari melakukan sesuatu yang jahat. Dah jadi hobi. Hatinya telah dikunci oleh Allah sebagaimana firmanNya:

"Tidaklah engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsunya (amarah) menjadi Tuhan dan dia disesatkan oleh Allah kerana Allah mengetahui (kejahatan hatinya) lalu Allah mengunci mati pendengarannya (telinga batin) dan hatinya dan penglihatannya (mata hatinya) diletak penutup."
Manusia pada peringakat nafsu amarah ini bergembira bila menerima nikmat tetapi berdukacita dan mengeluh bila tertimpa kesusahan.
Firman Allah:

"Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia,nescaya mereka gembira dengan rahmat itu.Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah akibat kesalahan tangan mereka sendiri, lantas mereka berputus asa."

Jelasnya pada peringkat ini segala tindak tanduknya adalah menuju dan mengikut apa kehendak syaitan yang mana telah dikuasai sepenuhnya olehnya(Syaitan). Rupa sahaja manusia, tapi hati dikuasai syaitan.

Pada peringkat ini, manusia itu tak makan nasihat. Tegurlah macam manapun. Dia tetap tak akan berubah kecuali diberi hidayah olehNya.
Mereka tidak pernah takut pada Allah dan hari pembalasan. Malah meremehkan lagi ada. Mengejek dan mencemuh. Mereka tidak pernah peduli dengan ancaman Allah seperti:

"Akan dicampakkan ke dalam neraka jahanam dari golongan jin dan manusia yang mempunyai hati tidak memrhati,mempunyai mata tidak melihat,mempunyai telinga tidak mendengar.Mereka itu adalah binatang malah lebih hina dari binatang kerana mereak termasuk di dalam golongan yang lalai".

Mereka suka mencela orang lain, memperbodohkan kelemahan orang lain dan melihat dirinya sendiri serba sempurna. Mereka tidak pernah menyandarkan hasil usahanya kepada Allah. Mereka fikir apa sahaja kejayaan mereka adalah hasil titik peluh diri sendiri.

Jiwa mereka pada tahap ini adalah kosong dan hubungan dirinya dengan Allah boleh dikatakan tidak wujud.

Dalam konteks penerimaan ilmu, orang yang bernafsu amarah hanya berupaya menerima ilmu diperingkat ilmu Qalam. Terutamanya yang mementingkan soal-soal lahiriah dunia sahaja. Tak ada minat kepada pelajaran agama dan hari akhirat. Pada peringkat tidak ada peluang sama sekali untuk menerima ghaib dan ilmu syahadah selagi hatinya kotor dan tidak disucikan dengan pembersihan zikrillah yang mempunyai wasilah bai'ah dengan Rasulullah s.a.w. Untuk membebaskan diri dari cengkaman nafsu ini hendaklah menemukan jalan wasilah ilmu Rasulullah s.a.w dengan menerima tunjuk ajar dari ahli zakir iaitu guru mursyid yang dapat memberikan petua-petua penyucian diri dan penyucian jiwa yang mempunyai mata rantai dengan Rasulullah s.a.w.
Sabda Rasulullah s.a.w:

"Tiap sesuatu ada alat penyucinya dan yang menyuci hati ialah zikir kepada Allah "

Pada tahap amarah ini kalau berzikirpun hanya dibibir sahaja tanpa meresap ke dalam jiwa. Amarah tidak mengenal sesiapa, malah ahli kitab sekalipun walaupun ada kelulusan Azhar, walupun berserban dan berjubah. Amarah tidak pernah takut dengan itu semua malah lagi senang ia menyerang. Yang ia takut hanyalah zikrillah.
Sabda Rasulullah s.a.w:

"Sesungguhnya syaitan itu telah menaruh belalainya pada hati manusia, maka apabila manusia itu berzikir kepada Allah , maka mundurlah syaitan dan apabila ia lupa, maka syaitan itu menelan hatinya"

2. NAFSU LAWWAMAH

Nafsu lawwamah ialah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya. Ianya lebih baik sedikit dari nafsu amarah. Kerana ia tidak puas atas dirinya yang melakukan kejahatan lalu mencela dan mencerca dirinya sendiri. Bila buat silap dia lebih cepat sedar dan terus kritik dirinya sendiri. Perasaan ini sebenarnya timbul dari sudut hatinya sendiri bila buat dosa, secara automatik terbitlah semacam bisikan dilubuk hatinya. Inilah yang di katakan lawwamah. Bisikan hati seseorang akan melarang dirinya melakukan sesuatu yang keji timbul secara spontan bila terqosad sahaja dihatinya. Cepat rasa bersalah pada Allah Rasulullah atas keterlanjurannya. Ianya ibarat taufik dan hidayah Allah untuk memimpinnya kembali dari kesesatan dan kesalahan kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Rasulullah s.a.w bersabda:

"Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan menjadikan untuknya penasihat dari hatinya sendiri"
"Barangsiapa yang hatinya menjadi penasihat baginya, maka Allah akan menjadi pelinding ke atasnya."

Tapi bila seseorang itu meningkat ke martabat nafsu lawwamah tapi tidak mematuhi isyarat lawwamah yang memancar di hatinya, maka lama-kelamaan isyarat ini akan padam dan malap. Hingga jatuhlah kembali pada tahap nafsu amarah kembali. Sebab itu kadang-kadang kita tengok sekejap orang tu baik, sekejap berubah jahat kembali. Kemudian berubah balik. Inilah bolakan hati yang di sebabkan oleh keadaan nafsunya yang berubah-ubah.

Firman Allah:

"Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti (suruhan jahat) mereka setelah datang ilmu (isyarat lawwa-mah) kepadamu, sesungguhnya kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim"

"Sesungguhnya petunjuk Allah ialah petunjuk yang sebenarnya.Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan (jahat dan keji) mereka , setelah ilmu diperolehi (datang kepadamu) maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".

Pada tahap lawwamah ini masih lagi bergelumang dengan sifat-sifat mazmumah tapi jumlahnya mulai berkurang sedikit. Keinsafan memancar. Sekiranya dia terus mematuhi isyarat lawwamah yang ada, sedikit demi sedikit sifat-sifat keji dapat dihapuskan. Pada peringkat ini dia banyak meneliti diri sendiri dan merenung segala kesilapan yang lampau. Bila perasaan menyesal datang, orang-orang pada peringkat sangat mudah mengeluarkan air mata penyesalan. Kerap menangis dalam solat, atau bila sendirian, sewaktu berzikir, bersolawat. Air matanya bukanlah disengajakan tetapi berlaku secara spontan. Inilah dikatakan sebagai tangisan diri. Pada peringkat ini mula banyak mengkaji dan meneliti alam dan kejadian. Malah sentiasa membandingkan sesuatu dengan dirinya. Mereka juga menjadi gila untuk beribadat dan cenderung kepada perbincangan berkaitan soal mengenal diri dan mula jemu dengan persoalan yang tidak berkaitan dengan agama. Perubahan ini boleh jadi mendadak sekiranya kita terjun ke alam tasauf.

Rasulullah s.a.w bersabda:

"Bahawasanya orang-orang mukmin itu perhatiannya pada solat, puasa dan ibadat dan orang munafik itu perhatiannya lebih kepada makanan dan minuman seperti halnya binatang"

"Sedikit taufik adalah lebih baik dari banyak berfikir dan berfikir perkara duniawi itu mendaruratkan dan sebaliknya berfikir perkara agama pasti mendatangkan kegembiraan"

Pada tahap ini sudah mementingkan akhirat dari dunia. Namun begitu walau nak dibandingkan dengan amarah ia lebih tinggi sedikit, namun sekali-sekala ia tidak terlepas juga dari jatuh kedalam jurang dosa dan kejahatan.Imannya masih belum kuat.Namun ia cepat sedar dan cepat beristigfar minta ampun kepada Allah.

Firman Allah:

"Aku bersumpah dengan nafsu lawwamah"

Sebagai contoh kalau tertinggal sembahyang terdapat perasaan kecut hati dan cepat menyesal sehingga terus pergi kadha.

Antara sifat nafsu lawwamah adalah:
1. Mencela diri sendiri
2. Bertafakur dan berfikir
3. Membuat kebajikan kerana ria
4. Kagim pada diri sendiri yakni 'ujub
5. Membuat sesuatu dengan sum'ah -agar dipuji
6. Takjub pada diri sendiri

Sesiapa yang merasa berdegup di hati sifat seperti di atas masih lagi berada pada tahap nafsu lawwamah. Ianya adalah terdapat pada kebanyakan orang awam .
Harus kuat berzikir lagi untuk menembus dan menyucikan sisa-sisa karat hati. Zikir pada peringakat nafsu ini masih lagi dibibir tetapi kadang-kadang sudah mulai meresap masuk ke lubuk hati tapi dalam keadaan yang tidak istiqamah. Pada peringkat ini memang sudah timbul gila beribadat sehingga kadang-kadang merasa dirinya ringan dan melayang, kadang-kadang macam hilang dirinya. Rasa semacam semut berderau diseluruh tubuhnya terutama pada bahagian tulang belakang dan tangannya. Keadaan beginilah menimbulkan keasyikan yang menyeronokkan dengan amalan zikir dan ibadat lain.

Pada pringkat ini sudah boleh menerima sedikit ilham hasil dari zauk dan kadang-kadang mengalami mimpi yang perlu ditafsir kembali oleh guru. Bila berterusan dengan petua dan amalan yang diberi oleh guru InsyaAllah nafsunya lawwa-mah ini akan meningkat kepada tahap seterusnya.


3. MULHAMAH

Nafsu ini lebih baik dari amarah dan lawwa-mah.Nafsu mulhamah ini ialah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian dari sifat-sifat hati yang tercemar melalui latihan sufi/ tariqat/ amalan guru lainnya yang mempunyai sanad dari Rasulullah s.a.w.Kesucian hatinya telah menyebabkan segala lintasan kotor atau khuatir-khuatir syaitan telah dapat dibuang dan diganti dengan ilham dari malaikat atau Allah.
Firman Allah:

"Demi nafsu (manusia) dan yang menjadikannya (Allah) lalu diilhamkan Allah kepadanya mana yang buruk dan mana yang baik, sesungguhnya dapat kemenanganlah orang yang menyucinya (nafsu) dan rugilah (celakalah) orang yang mengotorkannya(nafsu)

Makam nafsu ini juga dikenali dengan nafsu samiah. Pada pringkat ini amalan baiknya sudah mengatasi amalan kejahatannya. Sifat mazmumah telah diganti dengan mahmudah. Sikap beibadat telah tebal dan amalan guru terus diamalkan dengan lebih tekun lagi.

Pada penyesalan pada peringakat lawwamah tadi terus bersebati di dalam jiwa. Isyarat lawwamah sentiasa subur. Sesungguhnya taubat orang peringkat mulhamah ini adalah "taubatan nasuha". Bukan shaj di mulut tetapi hakiki.

Dalam kehidupan sudah terbina satu skap yang baik,tabah menghadapi dugaan, bila terlintas sesuatu yang ke arah maksiat cuba-cuba memohon kepada perlindungan dari Allah.

Firman Allah:
"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa , bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketiak itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan."
Sabda Rasulullah S.a.w:

"Barangsiapa yang merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa susah (gelisah) dengan kejahatan yang dilakukan, maka itu orang-orang mukmin"
Zikir pada tahap ini telah menyerap kedalam lubuk hatinya bukan sekadar berlewa-lewa dibir sahaja lagi. Malah sudah menerima hakikat nikmat zikir dan zauk. Bila disebur nama Allah rindunya sangat besar, berderau darahnya dan gementar tubuhnya tanpa disengajakan.
Firman Allah:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu, bagi mereka apabila sahaja disebut nama Allah, nescaya gementarlah seluruh hati mereka"

Perasaan ini terus menjalar sehingga bertemu kekasihnya.

Antara sifat-sifat yang bernafsu mulhamah:
1. Sifat-sifat ketenangan,lapang dada dan tidak putus asa.
2. Tak sayangkan harta
3. Qanaah.
4. Berilmu laduni
5. Merendah diri/ tawwadu'
6. Taubat hakiki
7. Sabar hakiki
8. Tahan ujian dan menanggung kesusahan

Mereka pada tahap ini mulai masuk ke sempadan maqam wali yakni kerapkali mulai mencapai fana yang menghasilkan rasa makrifat dan hakikat (syuhud) tetapi belum teguh dan kemungkinan untuk kembali kepada sifat yang tidak baik masih ada. Kebanyakan orang cepat terhijab pada masa ini kerana terlalu asyik dengan anugerah Allah padahal itu hanyalah ujian semata-mata.

Dalam konteks ilmu pula mereka bukan sahaja menguasai ilmu qalam malah sudah dapat menguasai ilmu ghaib menerusi tiga cara laduni iaitu nur, cara tajalli dan cara laduni di peringakat sir. Yang dimaksudkan dengan laduni peringkat sir ialah menerusi telinga batin yang terletak ditengah-tengah kepala yang biasanya dipanggil bahagian tanaffas. Suara yang diterima amat jelas sekali. Tak ubah seperti mendengar suara telefon. Pada masa yang sama pendengaran zahir tetap tidak terganggu walaupun masa menerima laduni sir itu ada kawan berbual. Biasanya suara ghaib itu adalah waliyulah atau ambia yang merupaka guru-guru ghaib yang bertugas mengajar ilmu ghaib pada mereka yang diperingkat mulhamah. Tapi perlu ingat guru murysid zahir kita tetap guru. Malah Guru mursyid kita sebenarnya telah berkomunikasi terlebih dahulu dengan guru-guru ghaib ini. Sebab tu kalau tak ada murysid kita akan terpedaya dengan syaitan dan jin yang menyamar. Pembukaan telinga batin ini pada awalnya berlaku seakan suatu bisikan suara yang dapat dibahagian dalam anak telinga, dimana pada permulaannya merasa berdesing. Kemudian barulah dapat dengar jelas.

Zikir tetap meningkat. Pada peringkat inilah Allah berfirman:

"Orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah.Ingatlah hanya dengan berzikir kepada Allah sahajalah hati menjadi tenteram".

4. NAFSU MUTMAINAH

Inilah peringkat/ martabat nafsu yang pertama yang benar-benar direhai Allah seperti yang saudara kita nyatakan di atas. Yang layak masuk syurga Allah. Maknanya siapa sampai pada maqam ini bererti syurga tetap terjamin, InsyaAllah. Hakikat inilah yang difirmankan Allah:
"Wahai orang yang berjiwa / bernafsu mutmainnah,pulanglah kepangkuan Tuhanmu dalam keadaan redhai meredhai olehNya dan masuklah ke dalam golongan HAMBAKU dan masuklah ke dalam syurgaKU".

Pada peringkat ini jiwa mutmainnah merasakan ketenagan hidup yang hakiki yang bukan dibuat-buat. Tidak ada lagi perasaan gelisah. Semuanya lahir dari tauhidnya yang tinggi dan mendalam. Tauhid yang sejati dan hakiki. Tidak ada lagi perbezaan senang dengan susah baginya sama sahaja. Pada maqam inilah permulaan mendapat darjat wali kecil.

Antara sifat-sifat maqam ini adalah:
1. Taqwa yang benar.
2. Arif
3. Syukur yang benar
4. Tawakkal yang hakiki
5. Kuat beribadat
6. Redha dengan ketentuan Allah
7. Murah hati dan seronok bersedekah.
8. Dan lain-lain sifat mulia yang tidak dibuat-buat.

Pada maqam ini biasanya(walaupun tidak semestinya), akan adanya keramat-keramat yang luar biasa serta mendapat ilmu dengan tak payah belajar sebab sudah dapat mengesan rahsia-rahsia dari LohMahfuz. Adanya sifat lidah masin. Apa yang keluar dari mulut bukan sembarangan lagi bahkan menerusi yang dipanggil sebagai 'inkisaf'. Mereka sudah menguasai ilmu peringkat nur, tajalli, sir dan juga sirussir, iaitu lebih tinggi dari maqam mulhamah. Yang dikatakan menerusi sirussir ialah cara penerimaan dengan telinga dan mata batin. Kalau mulhammah tadi baru terbuka dengan telinga batin tanpa mata batin. Dengan mata batin inilah dia berupaya melihat sesuatu yang ghaib yang tak mampu dilihat oleh mata biasa kita. Malah dapat melihat sesuatu yang akan berlaku pada masa akan datang. Betul-betul macam melihat TV. Malah siap boleh rewind lagi. Kalau guru kita nak lihat sejarah hidup kita yang lalu biasanya dia akan memrhati rakaman hidup kita dan mengesan dimana kesilapan kita dan memberi petua untuk membetulkannya. Kalau mencuri disuruhnya kita memulangkan kembali serta minta halal dan maaf, dan sebagainya lagi. Namun begitu dia tetap akan menjaga aib muridnya kepada orang lain. Perlu dingat pada peringkat ini dia tidak terganggu penglihatan dan pendengaran zahirnya pada masa sama melihat dan mendengar yang batin walaupun duduk di kedai kopi bersama-sama orang lain. Melalui penerimaan sirussir ini dia berupaya melihat alam barzakh, menjelajahi alam alam malakut. Keyakinan mereka sudah pada tahap ainul yakin dan haqqul yakin.

Fana juga boleh berlaku yang dikenali sebagai "fana qalbi" iaitu merupakan penafian diri ataupun menafikan maujud dirinya dan diisbatkan kepada wujudnya Allah semata-mata.Inilah peringkat yang kita bincangkan dulu mengenai LAA MAUJUD ILLALLAH. Keadaan inilah yang digambarkan Allah:

"Semua yang ada adalah fana (tiada wujud hakikinya).Dan yang kekal(baqa) itu adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan"
Namun fana qalbi ini tidaklah kekal.

5. NAFSU RADHIAH

Maqam ini dinamakan radhiah kerana perasaan keredhaan pada segala ketentuan dan hukuman Allah. Pada maqam ini sudah tidak ada rasa takut dengan pada bala Allah dan tak tahu gembira dengan nikmatNya. Sama sahaja. Apa yang penting Allah redha padaNya. Itu kalau sakitpun dah tak perlu kepada ubat, sebab bagi dia sakit itulah nikmat kerana dia merasa makin dekat dengan tuhannya. Wang ringgit sudah sama dengan daun kayu. Emas sama dengan tanah. Dunia sudah dipandang kecil , malah sudah tidak dipandang lagi sebaliknya dunia yang datang kepadanya.
Firman Allah:

"Sesungguhnya wali-wali Allah itu tak rasa ketakutan dan tak pernah rasa kerungsingan di atas mereka".
Ini kerana nur syhuhud sudah sebati dalam jiwa mereka. Alam sekeliling seperti cermin yang boleh mereka melihat Allah setiap ketika. Ini adalah maqam musyahadah tahap ihsan seperti hadis Rasulullah s.a.w:

"Hendaklah kamu menyembah Allah sebagaimana kamu melihatNya..."

Ini adalah maqam wali dalam martabat khawas.

Pada masa inilah apa yang diisyaratkan oleh rasulullah s.a.w:

"Takutilah akan firasat orang mukmin, bahawasanya orang-orang mukmin itu melihat dengan Nur Allah".

Pada tahap radhiah ini ,ia melihat melalui basyirahnya, merenung dengan kasyafnya , bertindak melalui perintah ilmu laduninya.Mulutnya dan doanya sangat mustajab.'Barang dipinta barang jadi"

Orang dimaqam ini kadang-kadang perbuatannya menyalahi syariat.Percakapan kadang-kadang menyinggung orang biasa yang tak faham tapi dikeluarkan tanpa sengaja.Masih lagi mengalami fana qalbi.tapi tidak menentu.Hidupnya ibarat dilambung gelora cinta seolah terapung bersama-sama Allah.Hanya memandang dan menyaksikan sesuatu bahawa tiada suatu yang wujud di dunia ini melainkan wajah Allah semata-mata:

Firman Allah:
"Di mana saja kamu menghadap, maka disitulah wajah Allah

Itu yang terjadi pada Al Junaid:Tiada apa dalam jubahku, melainkan Allah.

Mereka sudah memandang yang banyak kepada satu.Keadaan inilah boleh menimbulkan fitnah, malah kadang-kadang orang akan anggap gila. Inilah maqam Ana'al Haq-Mansur Al-Hallaj.

Zikir pada peringkat ini adalah secara 'khafi' yang telah meliputi seluruh anggota zahir dan batinnya. Pada peringkat inilah kulit berzikir, daging berzikir, tulang berzikir, malah semuanya berzikir. Tu yang jadi darah Al-Hallaj membentuk tulisan Allah lalu keluar zikir, malah kematian wali-wali seperti Tok Ku Paloh, masih lagi terdengar zikir di dadannya. Kadang-kadang mereka dijemput menjelajah alam ghaib kubra yang diluar akal manusia. Malah mereka di ajar ilmu tinggi yang lebih canggih dari manusia biasa yang boleh dicapai oleh zaman moden ini. Mereka boleh buat perhubungan secara langsung dengan para rasul, nabi, ambia dan waliyullah yang lain. Mereka menuntut ilmu dengan aulia macam berbincang dengan kawan melalui handphone, malah boleh berinteraksi beramai-ramai walaupun masing-masing berada di berbeza tempat.

Sifat-sifatnya:
1. Ikhlas
2. Warak
3. Zahid
4. Dan lain-lain lagi yang baik yang ada pada maqam sebelum ini.

6. NAFSU MARDIAH

Pada peringkat ini segala yang keluar darinya semuanya telah diredhai Allah. Perilakunya, kata-katanya, diamnya semuanya dengan keredaan dan keizinan Allah belaka. Akan keluar keramat yang luar biasa. Mereka sudah menanam ingatan pada Allah diteras lubuk hati mereka menerusi cara "khafi-filkhafi", maknanya secara penyaksiaan 'basitiah' iaitu penyaksian sifat ma'ani Allah yang nyata dan dizahirkan oleh diriNya sendiri. Af'al diri mereka sudah dinafi dan diisbahkan secara langsung kepada af'al Allah semata-mata.Jiwa mereka betul-betul sebati, ingatan mereka terhadap Allah tidak sesaatpun berpisah darinya. Penyaksiaan terhadap hak sifat Allah jelas baginya sehingga hilang dirinya nya sendiri. Inilah dinyatakan sebagai Abu Yazib Bistami: "Subha Inni.."

"Pandanglah yang satu pada yang banyak"

Peringkat ini sudah tenggelam dalam fana baqabillah. Pada peringkat inilah suka mengasingkan diri,tidak suka bergaul lagi dengan makhluk.
Namun begitu ia mmepunyai kesedaran dua alam sekaligus. Zahir dan batin. Dan ia akam kemabli normal seperti biasa. Kalau peringkat sebelum ini mungkin sampai tak terurus.

Konsep perjalanannya lebih kurang dengan radhiah.mereka berpegang kepada konsep:

Firman Allah:
"Apa yang di sisi kamu itu pasti lenyap dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal".

Perkataan syatahah sudah hilang.Mereka suka hidup nafsu nafsi.

Sabda Rasulullah s.a.w:

"Apabila kamu sekalian melihat seseorang mukmin itu pendiam dan tenang , maka dekatilah ia.Sesungguhnya dia akan mengajar kamu hikmah"
Menyentuh tentang zikirnya, zikirnya adalah zikir rahsia, tidak lagi ada lafaz dengan lidah mahupun hati, tapi seluruh anggota zahir dan batin mengucapkan dengan zikir rahsia yang didengar oleh telinga batin di maqam tanaffas. Zikirnya tidak pernah terganggu dengan alam zahir walaupun dia tengah bercakap atau buat apa sahajapun.

Firman Allah:
"Orang-orang berzikir kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan dalam keadaan berbaring..."

Bagi mereka di maqam ini setiap perbuatan, perkataan, penglihatan dan apa sahaja adalah zikir.

Pada tahap ini mempunyai kekeramatan yang amat luar biasan. Namun biasanya jarang sekali menzahirkannya kelebihannya itu. Dari segi ilmu, mereka sudah memperolehi ilmu semua peringkat sebelum ini iaitu nur, tajalli, sir, sirussir malah ditambah lagi dengan cara tawasul/yaitu secara jaga dengan ambia dan waliyullah. Kehadiran wali-wali kepada orang maqam mardiah ini lebih merupakan penghormatan dan ziarah sahaja. sambil berbincang-bincang. Mereka berpeluang menjelajah seluruh alam alam maya dan alam ghaib termasuk syurga, neraka dan sebagainya. Mereka berupaya melawat bermacam-macam tempat samada dengan pecahan diri batinnya atau dengan jasad sekali. Malah dalam satu masa boleh menjelma di pelbagai tempat. Ini dipanggil "Khawa Fulkhawaf". Ianya berlaku tanpa sengaja dan tanpa dapat dikawal

Sifat-sifatnya:
1. Redha dan rela dengan apa-apa pemberian Allah
2. Lemah lembut pergaulannya
3. Elok dan tingginya budi
4. Lain-lain sifat terpuji maqam sebelum ini.

7. KAMALIAH

Maqam ini adalah tertinggi. Maqam ini digelar sebagai "baqa billah", Kamil Mukamil", Al Insan kamil kerana ia dapat menghimpunkan antara zahir dan batin, yakni ruh dan hatinya kekal kepada Allah tetapi zahir tubuh kasarnya tetap dengan manusia. Hati mereka kekal dengan Allah tak kira masa dan tempat, tidur atau jaga sentiasa mereka bermusyahadah kepada Allah. Ini adalah maqam khawas al khawas. Semua gerak geri mereka sudah jadi ibadat. Hatta berak kencing mereka, tidur mereka dan sebagainya.

Ilmu mereka adalah seperti yang dinyatakan oleh Imam Ghazali, ilham dan ilmu mukasyafah yang diterima nya tidak bukan adalah sama dengan istilah wahyu semuanya datang terus dari Allah. Cuma kalau Rasul dan Nabi di panggil Wahyu dan manusia biasa yang kamil di panggil Ilham.

Saya rasa sekadar ini lah yang termampu oleh saya. Mungkin ada kelemahan dan ketinggalan dalam istilah atau pengertian. Wahai Tuan -tuan sila perbetulkan dan tambah lagi mana-mana yang kurang.Mengenai kaedah zikir pada maqam-maqam saya rasa ada saudara yang akan menghuraikanya berpandukan kaedah tariqat masing-masing.InsyaAllah.

Semoga Allah mengampun saya atas segala kesalahan.Dan harap memberi manfaat pada semua.

Sumber rujukan:

Al-Hikam
Ihya Ulumudin
Rahsia Mengenal Diri
Mengenal Diri Dan Wali Allah
Awarif al Ma'arif
Mengenal Ilmu Tasauf
Siapa Wali
Risalatul Qusyairiah
Sirrul Asrar
Perkembangan Tasauf dari Abab ke Abab
Al-Quran dan Al Hadis
Dan lain-lain
Serta Yang Amat Mulia Mursyid Tercinta

Spiritual by Kuliah Ilmu Ghaib