Teknis:Teknologi Al Qur'an
A. Ar-Rahman/Al-Ilm1.Allah Maha Rahman dan Maha Rahim
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Rahman lagi Maha Rahim" (Q.1;1)
Allah SWT memiliki sifat belas kasihan kepada makhluk-Nya, dan oleh karena sifat belas kasihan itu adalah suatu sifat yang tetap pada-Nya maka nikmat dan karunia Allah itu tidak akan putus-putusnya.
2.Allah Maha Mengetahui
"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.57;3)
"Allah cahaya langit dan bumi.... Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.24;25)
B. Muhammad Rasulullah SAW
1. Akhlak Nabi Muhammad SAW
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Al-Qalam (52); 4)
Al Hadist
Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah hingar bingar dengan tangisan ummat Islam; antara percaya dan tidak, Rasul yang mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, “Ceritakan padaku akhlak Muhammad.” Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata : “Ceritakan padaku keindahan dunia ini!”
Badui ini menjawab: “Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini…”
Ali menjawab: “Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia ini, padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam 68: 4).”
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa Khumairah oleh Nabi. Aisyah menjawab,”Khuluquhu al-Quran (Akhlaknya Muhammad itu Al-Quran).” Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-Quran berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat seluruh kandungan Quran. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Muminun (23: 1-11).
2. Hubungan Allah SWT dan Rasulullah SAW
“Dan dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.53;3-4)
C. Manusia
1.Sifat Manusia
a. Manusia cenderung Bertauhid
b. Manusia Punya bakat dan berbuat sesuai bakatnya
c. Bersifat tergesa-gesa
d. Manusia bersifat keluh kesah dan kikir
e. Ingkar dan tidak bersyukur
f. Zalim dan bodoh
g. Bersifat Lemah
h. Bersifat suka membantah
i. Melampaui batas dan merasa serba cukup
j. Bermasyarakat
2. Apakah Manusia itu?
a. Jasmani
b. Jiwa
c. Ruhani:
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur." (Q.32;9)
D.Mnjadi Ulil Albab.
Landasan: "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu." (Q.15; 8-9)
Kitabullah Al-Quranul Karim yang didukung oleh Sunnah Rasulullah SAW, adalah Maha Sempurna dan Maha Lengkap, tidak ada cacatnya sedikitpun, tetapi sayang seribu sayang, umatnya belum mengerti sepenuhnya akan ke-Maha Dahsyat-an dari pada Al-Qur’annya sendiri, sehingga umat Islam rata-rata mengalami kekalahan demi kekalahan secara terus-menerus dalam segala aspek perjuangan hidupnya di dunia ini. Coba kita layangkan pandangan kita secara sekilas, kita akan melihat seluruh negara Islam, mulai dari Saudi Arabia, Irak, Iran, Afganistan, semua negara di Afrika Utara yang semuanya Islam, mereka rata-rata masih tetap ketinggalan dan menderita. Mereka semua rata-rata mengalami kemunduran dan kekalahan demi kekalahan, mereka tidak dapat membangun dengan sempurna. Mereka termasuk negara yang inferior sekali, sedangkan negara-negara bukan Islam adalah superior dalam segala hal, baik industri, teknologi, maupun kemajuan materi.
Benarlah ucapan Rasulullah SAW:
"Akan datang saatnya di akhir zaman, di mana umat Islam tidak memahami lagi akan agama Islamnya sendiri."
Seperti dapat kita baca dalam hadits Riwayat Muslim:
"Permulaan Islam itu asing, akan kembali asing pula, (juga asing bagi orang Islam sendiri), maka gembiralah orang-orang yang dianggap asing."
Kemudian lagi, Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi:
"Akan datang pada umatku, suatu masa di mana Islam tinggal namanya dan Al-Quran tinggal tulisannya, (juga bagi umat Islam sendiri)".
Mereka tidak lagi mampu membentengi dirinya dengan Kalimah Allah dan dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an yang Maha Akbar, karena sama sekali tidak mengenal akan cara Pelaksanaan Teknisnya, yaitu metode, cara meng-“handling”-nya yang sesuai dengan hukum-hukum-Nya, sehingga barulah akan mengalir-keluar ke-Maha Dahsyat-an Energi dari Alam Metafisika Al Qur’an, paralel dengan memancar-keluarnya energi dari alam Fisika, jika tepat sesuai dengan metode pelaksanaan teknisnya dalam ilmu Teknologinya.
Bapak-Bapak, Ibu-Ibu sekalian yang kami hormati.
Sudah jelas semua kekalahan, kekecewaan dan kehancuran itu bukanlah terletak pada kesalahan Al Qur’anul Karim dan Al Hadits, apalagi pada Pencipta NaskahNya atau pembawa NaskahNya, tetapi pasti terletak pada umatNya sendiri, yang berhasil dikelabui oleh lawan bebuyutannya yang sangat licik selama berabad-abad, yaitu As-Syaitan.
Satu hal lagi yang merupakan kesalahan pokok ialah, umumnya kaum muslimin dewasa ini menganggap dirinya telah memenuhi syarat Taqwa dalam beragama, tanpa terlebih dahulu meriset, menguji-coba akan ketaqwaannya itu. Mereka terlalu cepat berpuas-diri, tanpa lebih dahulu menuntut sesuatu fakta, suatu uji-coba akan kenyataan dan realitanya, kurang selidik dan kurang riset akan ke-Maha Akbar-an, ke-Maha Dahsyat-an dari pada ayat-ayat Al Qur’anul Karim dan Sunnah Rasulullah SAW.
Al-Qur’anul Karim dan Al-Hadis kapasitasnya adalah Absolut, bukan hanya sampai batas nasional atau internasional saja, bahkan dimana saja berada, di dunia dan di akhirat, zahir dan bathin, ke-Maha Akbar-an, ke-Maha Benar-an dari Kalimatullahi Hiyal Ulya, dari pada Firman-firman ilahi dalam Al Qur’anul Karim dan Al Hadis adalah ABSOLUT sehingga dapat menembus “interplaneter” dan “interdimensional” dunia dan akhirat. Di dunia la jaya dan menang, dimana saja bersinar dan cemerlang! Kitab yang sakti dan Maha Absolut sedemikian rupalah yang dimiliki oleh kaum Muslimin sedunia, kenapa umatnya, kaum Muslimin, di seluruh dunia nampaknya kalah!
Ini berarti umat Islam sekarang ini, nyatanya sudah jauh sekali dari fakta dan realisasi kebesaran Ayat-ayat Al Qur’anul Karim. Padahal Al-Quran berisi segala unsur yang Maha Sakti, faktor-faktor Akbar untuk ke-Maha Menang-an dalam segala macam/jenis perjuangan apa sajapun, yang ada di dunia dan di akhirat.
Begitu hebat Ke-Maha Dahsyat-an Al Qur’anul Karim. Andaikata, kita sebut saja di dalam hati, tetapi dengan cara yang sesuai dengan Hukum Teknologinya, ucapan itu tak perlu berhuruf atau bersuara, cukup ucapan “Bismillaahir rahmaanir rahiim” di dalam hati, hasilnya akan dahsyat sekali! Segala Bala Dunia Akhirat akan menyingkir sejau-jauhnya! Ini dijamin oleh Hadits Nabi yang berbunyi:
“Dengan nama ALLAH yang tidak memberi mudharat apa-apa yang di bumi dan di langit bagi (orang) yang berserta dengan NAMA-NYA." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Bapak-bapak, Ibu-ibu sekalian yang kami hormati dan muliakan, para hadirin yang kami kasihi. Apakah Hadits ini sudah pernah diujicoba? Jika sudah bagaimana hasilnya?
Kita harus sadar sedalam-dalamnya, bahwa sesungguhnya alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT dengan segala isinya, yang Maha bernilai, berupa harta benda, intan berlian, bermacam-macam minyak, kayu-kayuan, ikan-ikan, hewan-hewan, dan lain-lain. Itu semuanya adalah anugerah dan kurnia Tuhan kepada kita manusia, kepada seluruh umat dan seluruh margasatwa yang hidup di dunia ini yang dapat mengambil rezeki untuk hidup dari padanya. Itu semua disediakan Allah SWT, namun itu semua tersimpan, kadang-kadang tersembunyi di dalam bumi luas ini, di lautan, di daratan, di udara, di angkasa dan sebagainya. Kadang-kadang ada pula yang tersimpan di planet lain. Namun kita harus sadar sedalam-dalamnya, bahwa untuk memanfaatkan akan kurnia itu, akan rezeki itu kita harus berjuang.
Sebelum makan kita biasa mengucapkan: ”Bismillahir rahmaanir rahiim”, setelah makan kita biasa mengatakan: ”Alhamdulillaahi rabbil ’aalamin”. Maksudnya kita bersyukur atas kurnia Tuhan yang telah dilimpahkanNya kepada kita, sehingga kita dapat hidup dalam dunia ini, agar supaya dapat melaksanakan tugas utama kita yaitu pengabdaian kepada Allah SWT. Namun untuk meraih rezeki itu, bukanlah urusan Tuhan lagi, itu adalah urusan kita manusia semata-mata, karena Tuhan tidak akan menyediakan sawah untuk kita, tidak akan mengerjakan sawah untuk kita, tidak akan memanenkan padi untuk kita, tidak akan membersihkan padinya agar menjadi beras untuk kita, tidak akan memasak nasi untuk kita dan sebagainya.
Segala harta benda yang terpendam dalam bumi ini yang merupakan mineral, apakah itu petrol namanya, apakah itu intan berlian, batu bara dan sebagainya, itu semuanya disediakan Tuhan. Namun agar semua itu sampai kepada rumah kita, menjadi hak milik kita, untuk itu kita harus berjuang.
Tuhan mengatakan dalam surat Ar Ra’ad, Ayat 11:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah nasib mereka sendiri." (Tidak akan Ku-ubah nasibmu sebelum engkau mengubah nasibmu sendiri).
Jadi untuk menghasilkan semua Kurnia Tuhan tadi, kita sendiri harus berupaya, harus berjuang dengan Metodologinya yang tepat. Begitu juga dalam Alam Metafisika Al-Qur’an yang juga penuh dengan Kurnia yang Maha Dahsyat, seperti yang kita sebutkan diatas. Tuhan memang menyediakan segala sesuatu semuanya, tetapi untuk meraih Kurnia hebat dari Alam Metafisika Al Qur’an itu, itu bukan urusan Tuhan lagi, itu urusan kita semata-mata!
Kalau dalam alam fisika kita harus mengetahul cara atau metode pelaksanaannya, yaitu menerapkan suatu metodologi tertentu dalam alam semesta, metode khusus dalam ilmu teknologinya, agar supaya hasil dari pada ilmu teknologi itu menjadi terwujud, karena harus sesuai dengan rukun dan syaratnya. Maka begitu juga kurnia yang terpendam dalam alam metafisika, dalam Al-Qur’anul Karim, kita harus benar-benar mengusahakannya dengan metodologinya yang tepat. Barulah Kurnia Maha Akbar yang merupakan Energi Maha Dahsyat, yang tersimpan, tersembunyi, yang dikatakan, disitir dalam Al Qur’anul Karim, yang mempunyal nilai Maha Tinggi, dan tak ada batasnya, itupun harus sesuai dengan hukum-hukumnya, pasti ia baru akan keluar dari sumbernya, sesuai dengan janji Allah, dan Allah tidak akan menyalahi akan hukumNya sendiri. Dan karena ia adalah absolut, maka tenaga Maha Dahsyat alam metafisika itu mampu menembus ke alam mana saja, maka dengan sendirinya segala firman Ilahi akan menjadi realitas Yang Maha-Maha Dahsyat bukan di akhirat saja, tetapi mulai dari dunia ini, ia sudah berlaku dengan nyata, aktuil dan realita.
Bapak-bapak, ibu-ibu sekalian yang kami hormati.
Seyogyanyalah naskah ringkas ini merupakan pembuka jalan, pembuka pikiran bagi kita semuanya, dalam akhir zaman ini, agar supaya seluruh umat Islam, khususnya para intelektuilnya, lebih khusus lagi mereka yang tergabung dalam ICMI, lebih khusus lagi para Teknokrat dan Teknolognya, di seluruh dunia Islam, kiranya agar pikiran kita semuanya terbuka lebar akan nilai-nilai yang Maha Akbar dalam Al-Qur’anul Karim, yang selama ini masih terpendam, tersimpan, tersembunyi, masih belum terungkap selama ini akan nilai-nilai yang tidak ada tolok bandingannya.
Firman Allah: "Allah telah menetapkan: Tidak ada kamus kalah bagi-Ku (bagi kalimah-Ku) dan bagi Rasul-Ku (yang membawa-nya) sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa (QS. Al Mujadilah, 21)
Tenaga Maha Dihsyat itu dapat diwariskan pada orang-orang Mukmin Sejati, yang benar-benar beriman, benar-benar bertakwa, yang telah menemukan/ menerima Wasilah/Nuurun ‘alaa Nuurin, dan yang telah banyak/intensif beramal, sehingga pada akhirnya ia berhasil meraih Kemenangan Absolut (QS. Al Maidah, 35) yaitu ke-Maha Dahsyat-an Power dan Potensi dari kalimah Allah, yang Maha Akbar yang diterimanya dari Maha Sumber dari segala energi, yang Keluar dari Alam Metafisika Al-Qur’annul Karim yang Maha Dahsyat, yang dapat menembus ke Alam mana sajapun di sepanjang zaman, karena sifat ke-Absolut-annya!
Demikianlah uraian ringkas kami mengenai “Teknlogi Maha Dahsyat Dalam Al-Quran” yang antara lain demi untuk peningkatan kualitas umat Islam di seluruh dunia dan kemenangan-kemenangannya dalam segala hal guna menyongsong abad ke-XXI. Semoga kita semua mendapat taufiq dan hidayah dari Allah SWT. Amiin.
Lebih kurangnya kami tak lupa menghaturkan maaf yang setinggi-tingginya pada seluruh hadirin. Saudara-saudaraku sekalian, camkanlah ini! Terima Kasih!
Wasalaamu’alaikum Wr.Wb.
Catatan:
Makalah ini diuraikan semata-mata atas dasar:
-
Firman Kitaabi (Al-Quran, didukung oleh Sunnah Rasulullah SAW).
-
Firman Aafaaqi (hukum-hukum dalam alam semesta dalam ilmu teknologi tinggi (Surat Yusuf, 105 dan Surat Fushshilat, 53) sebagai sunatullah).
”Al Islaamu ’ilmiyyun wa’amalliyyun - Islam adalah ilmiah dan amaliah” (HR.Bukhari)
”Al Islaamu ya’luu walaa yu’ laa wa ’alaihi - Islam itu adalah sangat tinggi dang tiada tolak bandingannya” (HR. Bukhari)
Tentang Syariat Islam, Rukun Iman dan Rukun Islam disini kami tidak bicarakan sama sekali, karena itu semuanya sudah settled (tak ada masalah, terang dan jelas).
Teknologi Al-Quran
Keterangan Gambar:
GAMBAR I :
Nur Allah = Tali Allah = Wasilah Allah = Al Quran Batin = Hakiki
Berisi Kalimah Allah, tak berhuruf, tak bersuara, jika disuarakan melalui MIC-nya, y
aitu Lisan Rasulullah SAW, baru terdengar Ayat-ayat Al Quran
GAMBAR I I:
H = Adalah Jasad Bani ADAM yang MURSYID
M = Adalah Rohani Bani ADAM yang MURSYID
Bentuk H dan M adalah sama/serupa.
ISI H = Jasad = Darah Daging
ISI M = Ruh berisi Gabungan Ruh Ahli Silsilah yang 35 (AULIA--AULIA ALLAH PILIHAN) yang tergabung bersatu dengan Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW yang berisi :
Nur Illahi = Wasilah Allah = The link to God, TALI ALLAH HAQIQI (Yang Batin) LANGSUNG datangnya dari SISI ALLAH SWT, penuh dengan Getaran Getaran dari Kalimah-Kalimah Allah yang maha cemerlang/Maha Ultra Sonoor = Maha Dahsyat, Tak Berhuruf, Tak Bersuara.
Maka oleh sebab itu kita pun BERDZIKIR TIDAK BERSUARA, sesuai dengan Firman Allah :
Q.S. Al A'raaf, Ayat 205 :
"Dzikirlah akan Tuhanmu dalam hatimu, serta merendahkan diri dan tunduk dan bukan dengan suara terdengar, waktu pagi dan petang hari, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang tidak berdzikir (lalai tidak ingat)."
Jika melalui MIC-nya = Lisan Rasulullah SAW baru bersuara isinya dan bunyinya Ayat-Ayat Al-Quran = (Wasilah Zahir = Tali Allah yang Zahir). JADI SAMA SEKALI TIDAK SERUPA DENGAN BERHALA-BERHALA ZAMAN NABI NUH AS, NABI IBRAHIM AS, DAN LAIN LAIN, SEPERTI DISANGKA SI AWAM.
GAMBAR III :
H1 = Adalah Jasad Si Murid
M1 = Adalah Ruh Sang Murid
H Menjadi H1 dengan ilmu-ilmu Agama melalui lisan H; dan H1 menerima ajaran itu melalui telinga, H1 menjadi baik, menjadi Islam pada alam sadar, mentalnya dan lain-lain.
Dalam munajat ke HADIRAT ALLAH, M1 (Rohani murid) menghubungkan DIRI pada WASILAH ALLAH yang berada pada M = Gabungan Rohani Aulia-Aulia Allah Pilihan dan Rohani Rasulullah SAW dimana ada WASILAH ALLAH, hingga dzikir si murid LANGSUNG terkirim sampai pada SISI ALLAH dan dari sisi Allah 'Membalas'-Nya dengan mengisi Ruh si Murid LANGSUNG, sekali lagi LANGSUNG dengan Nur Dzikir Allah.
Q.S. Al Baqarah, Ayat 152 :
"Dzikirlah kamu kepada-KU, niscaya AKU Dzikir kepadamu dan bersyukurlah kamu kepada-KU dan janganlah kamu mengingkari nikmat-nikmatKU. "
LANGSUNG!
Dikatakan LANGSUNG, karena ujung TALI ALLAH, yang dikatakan WASILAH ALLAH sudah berada dalam ARWAHUL MUQADDASAH SANG AULIA ALLAH dan RASULULLAH SAW yang sedang menunggu.
PENJELASAN :
Nur Allah menuju Arwahul Muqaddasah Rasulullah, dan mengisinya dengan Kalimah-Kalimah Allah; kemudian Arwah Rasul bergabung dengan Arwahul Muqaddasah para aulia-aulia Allah beserta isinya yaitu Kalimah-Kalimah Allah dan kemudian bergabung pula dengan ARWAH sang MURSYID dan mengisinya dengan KALIMAH-KALIMAH ALLAH. Jadi yang dinamakan WASILAH ALLAH inilah dia, yaitu KALIMAH-KALIMAH ALLAH yang berada dalam ARWAH SANG GURU, jadi bukan menggambar-gambarkan wajah Guru, seperti yang disangkakan oleh mereka yang awam!.
Dan Kalimah Allah yang berada dalam ARWAH SANG GURU adalah Kalimah Allah yang berada dalam ARWAH RASULULLAH SAW LANGSUNG DARI ALLAHU SUBHANAHUWA TA'ALA.
Begitu Sang Murid menggabungkan Ruh-nya dengan Ruh Sang Guru dan berdzikir, maka Dzikirnya turut berresonansi/berfrekwensi dengan dzikir Rasul maka LANGSUNG 'dibalas' ALLAH dengan KURNIA yang tak ada taranya.
Q.S. Al Baqarah, Ayat 152 :
"Dzikirlah kamu kepada-KU, niscaya AKU Dzikir kepadamu dan bersyukurlah kamu kepada-KU dan janganlah kamu mengingkari nikmat-nikmatKU."
KOMENTAR :
Jadi jelas ternyata, sejelas-jelasnya, dalam Firman Allah ini bahwa dzikir kita terhadap Allah, jika memakai Rukun dan Syaratnya/dengan memakai metodologinya yang tepat, yaitu dengan memakai 3 faktor :
-
Tarikat, Metode Berdzikir
-
Wasilah, Tali Allah Hakiki (Faktor Tak Terhingga)
-
Mursyid, Si Pewaris/Si Pengantar Wasilah ALLAH dari Rasulullah SAW.
Bahwa dzikrullah kita itu menyebabkan Wasilah Allah tersebut turut bergetar, yang langsung pula mengirim getaran getaran Dzikrullah kita terhadap Allah SWT itu dan detik itu pula dari sisi Allah SWT langsung pula mendapat balasan, yang tak dapat dihitung Akbarnya, yaitu Dzikir Allah dari Allah yang diberikanNya sendiri, Dzikrullah yang mempunyai syafaat sebanyak bintang di langit dan sebanyak pasir di lautan, dzikir dari Allah sendiri yang membawa Rahmat tak terhingga banyaknya, tak habis habisnya, dzikrullah yang HIDUP dan yang HAQ dari YANG MAHA HIDUP dan YANG MAHA HAQ yang diiringi dan dikawal oleh jutaan Malaikat! Rahmat dan kurnia mana jelas turut menyelimuti si Pendzikir itu sendiri!
Jadi bukan karena 'jayanya' dzikir kita sendiri, tetapi karena hebatnya Dzikir dari Allah SWT yang semata-mata memberi bekas dan yang berjaya.
Itulah dia yang merupakan kurnia terbesar bagi kita dari Allah SWT, yang disebutkan Tuhan dalam lanjutan Ayat itu juga:
"Bersyukurlah engkau kepada-Ku, dan sadarlah engkau akan nikmat-nikmat-KU."
Niscaya orang yang mendapat Kurnia Akbar seperti yang tersebut diatas, meraih kemenangan Dunia dan Akhirat yang tak dapat dinilai besarnya dan yang tiada taranya! Inilah dia salah satu yang merupakan HAKIKAT Kemenangan Dunia Akhirat bagi kita dalam ber-Agama Islam Mulia Raya!
WALADZIKRULLAHI AKBAR, Fazkurullaaha la'allakum tuflihuun! Man kaana aakhiru kalaamihi Laa ilaa ha illallah dakhalal jannah!.
Q.S. Al A'raaf , Ayat 205 :
"Sebutlah Tuhanmu dalam hatimu, serta merendahkan diri dan tunduk, dan bukan dengan suara terdengar, waktu pagi dan petang hari, dan janganlah engkau termasuk orang yang tidak berdzikir (tida ingat = lalai)"
Saran kami sebagai salam perpisahan, kami ingin menyampaikan sepatah dua kata untuk kebaikan kita bersama yaitu kalau saudara-saudaraku kaum muslimin telah membaca naskah ini, yang diuraikan secara ilmiah teknologis, yang membawa kemenangan Islam dengan nyata secara gilang-gemilang untuk seluruh dunia, maka haraplah saudara- saudara saya yang selama ini 'mendiskreditkan' tarikat ini, menahan akan dirinya, karena yang diperburuk-burukkannya/yang disyakwasangkakannya adalah termasuk Firman Allah murni yang diuraikan secara Teknologi, karena kita tahu semua, bahwa menyangkal Firman Allah, sadar atau tidak sadar, adalah besar sekali dosanya.
RESUME dan TAMBAHAN :
-
SYARIAT: Masih berupa kuliah-kuliah saja/Cerita-cerita/Ceramah, Khotbah-khotbah, Jelas BELUM BERHASIL, karena BELUM DILAKSANAKAN, belum diperjuangkan secara gigih, (Baru pada taraf keyakinan ilmiah saja = ilmul yakin dan ainal yakin), oleh sebab itu BELUM TERWUJUD ILMU TAUHID YANG SEBENAR-BENARNYA dan BELUM PULA MEMPEROLEH KEMENANGAN. (Ilmul Yakin dan Ainal Yakin adalah masih 'dusta' belum lagi merupakan kebenaran yang Faktuil, HAQQUL Yakin itulah yang BENAR).
-
TARIKAT : Cara/Metode Pelaksanaan TEKNIS untuk mencapai HAKIKAT ILMU TAUHID itu, untuk mencapai HAQQUL YAKIN-nya; Tarikat adalah juga masa PEJUANGANNYA (jatuh bangun dalam perjuangannya, dalam Pertempuran-nya melawan IBLIS, yaitu membersihkan DIRI yang BATHIN secara tuntas/total dari semua ANASIR-ANASIR IBLIS, dari semua gelombang-gelombang dan pengaruh-pengaruh IBLIS dalam diri, barulah ia mendapat kemurnian TAUHID dalam ber- IBADAH dan dalam ber-AMAL, BARULAH TERCAPAI REALITA TAUHID yang sebenarnya yaitu KEMENANGAN HAKIKI KEKAL DAN ABADI, karena Kalimah ALLAH TELAH PENUH BERSEMAYAM dalam DIRI BATIN/HATI sanubarinya, hingga barulah ia mampu mencapai pelaksanaan SHALAT yang benar-benar Khusuk, yang membawa Kemenangan Dunia dan Akhirat!
Hadits Qudsi:
"Qaalalaahu ta'aalaa Lam yasa'nii ardhii wa laa samaa-ii wawasi'anii Qalbu 'abdil mukminul layyinul waadi'u."
Artinya: "Allah ta'ala berfirman : Tak dapat memuat Zat-Ku, Bumi dan Langit-KU; yang dapat memuat ZAT-KU, ialah hati hamba-KU yang Mukmin, Lunak dan Tenang" (H.R. Ahmad dari Wahab bin Munabbih) (= La allaakum Tuflihuun!)
3. HAKIKAT: (Kuliahnya sama dengan Syari'at pada nomor 1) tetapi sudah BERHASIL HAQQUL YAKIN, SUDAH TERWUJUD/SUDAH MENJADI KENYATAAN ILMU TAUHID itu dan oleh karenanya SUDAH MENCAPAI KEMENANGAN, (sudah HAQQUL YAKIN dalam keyakinan dan dalam amalan), lihat nomor 2 diatas.
4. MA'RIFAT: (telah TETAP ISTIQAMAH dalam REALITA ILMU TAUHID) Ia telah siap dalam PENERAPAN ILMU TAUHID yang sebenarnya dan KEHIDUPAN DUNIA AKHIRAT bagi DIRI dan kelilingnya dan seluruh JAGAD RAYA, karena dalam seluruh tubuhnya, dalam setiap tetes darahnya, dalam tiap tarikan nafasnya dan tiap gerak-gerik anggotanya, telah HADIR KALIMAH ALLAH (telah menyebar secara keseluruhan Kalimah Allah itu ke seluruh tubuhnya, berpangkal dari sumbernya (HATI Sanubarinya), lihat diatas pada nomor 2 (TARIKAT).
Dan dengan Kalimah Allah yang telah berada dalam seluruh dirinya itu, yang dianugerahkan Allah padanya, ia mampu meneruskan pekerjaan pekerjaan RASULULLAH SAW sebagai Khalifah Rasul dan Khalifah Allah di muka bumi yaitu meneruskan membawa Rahmat Allah langsung dari Allah SWT, kepada seluruh Alam semesta, sesuai dengan Ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits-hadits Nabi, seperti yang tertera dibawah ini :
Q.S. Al Anbiyaa, Ayat 107 :
"WAMAA ARSALNAAKA ILLAA RAHMATAN LIL 'AALAMIIN"
Artinya : "Kami tiada mengutus engkau (ya Muhammad), melainkan menjadi Rahmat untuk semesta alam."
Tiada Aku turunkan engkau ya Rasul ke dunia, melainkan untuk membawa rahmat-KU ke seluruh Alam, Langsung dari-Ku).
Orang seperti tersebut diatas yang mampu meneruskan pekerjaan-pekerjaan Rasulullah SAW sebagai Khalifah Rasul dan Khalifah Allah di muka bumi untuk meneruskan membawa Rahmat Allah kepada seluruh alam semesta (antara lain tidak akan datang kiamat, kalau masih ada orang-orang/yang benar benar berdzikir Allah, Allah) (H.R. Muslim).
Tentu saja Dzikir yang dimaksud adalah dzikir yang HIDUP dan BERJAYA yaitu dzikir dari orang-orang yang telah mencapai maqam sempurna Tauhid-nya kepada Allah SWT yaitu dari Golongan II, III, IV, yang dewasa ini jarang sekali dapat ditemui! Bukanlah Dzikir dari orang orangdari golongan I, yang banyak sekali ditemui! Barangkali berjuta banyaknya! Tetapi tidak bertenaga/tidak berjaya akan dzikirnya sama sekali, karena hanya berdzikir pada lidahnya saja, sehingga tidak dibalas Allah SWT, karena tidak memenuhi syarat Dzikir yaitu TIDAK MEMAKAI WASILAH ALLAH, yang menyampaikan Dzikirnya pada sisi Allah SWT.! Sehingga TIDAK TERBALAS.!
2. Hadits Qudsi:
"Kalau engkau melihat bahwa seseorang dikunjungi oleh masyarakat ramai dan kau lihat ia menaburkan segala macam kebajikan dan rahmat, naik saksiklah engkau, bahwa ia adalah seorang Kekasih-KU, yang AKU wakilkan kepadanya, (sebagai Khalifah-KU dan Khalifah Rasul-KU) untuk menaburkan Rahmat-KU sebanyak-banyaknya, bernaunglah engkau di bawah lindungan-nya, engkau akan selamat Dunia dan Akhirat." (H.R. Al Qudha'ie dari Abu Said R.A).
3. Q.S. Al Kahfi, 17 :
"May yahdillaahu fahuwal muhtad wa may yudhlil falan tajida lahuu waliyam mursyidaa"
Artinya : "Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat, maka tidak ada seorang Mursyid-pun yang memberinya petunjuk."
(Petunjuk langsung dari-KU dan atas nama-KU, via khalifah-KU tersebut)
Orang yang seperti diataslah yang disebut juga sebagai Seorang Mursyid atau Khalifah Rasul dan Khalifah Allah.
4. Hadits Qudsi :
Apabila seorang hamba-KU menghampirkan dirinya kepada-Ku dengan suatu amalan yang Aku Cintai, selain/lebih dari pada sekedar ia mengamalkan apa-apa yang KU-wajibkan atasnya, dan ianya terus-menerus (Ber-wajaahidu fi sabiilihi/washabiru, washabiru) menghampirkan dirinya kepada-KU dengan amalan- amalan yang baik tersebut, hingga AKU akhirnya mencintainya, maka apabila AKU telah mencintainya, adalah AKU pendengarannya bila ia mendengar, adalah AKU penglihatannya bila ia melihat, (mata-KU diatas matanya) adalah AKU tangannya bial ia mengambil (melakukan sesuatu) (Tangan AKU berada di atas tangannya).
Q.S. Al-Fath, ayat 10:
"Tangan Allah berada di atas tangan mereka (wajah ALLAH berada di atas wajah mereka). Maka Akulah kakinya bila ia berjalan; jika ia memohon niscaya AKU perkenankan permohonannya dan jika ia meminta perlindungan kepada-KU, pastilah AKU lindungi akan dia." (H.R. Bukhari).
5. H.R. Atthabrani, Al Hakim dan Abu Na'im :
"Allah Ta'ala berfirman: Sesungguhnya Wali-Wali-KU dari pada hamba-KU dan Kekasih-Kekasih-KU dari makhluk-KU, yaitu mereka yang disebut namanya, jika orang menyebut nama-KU dan AKU disebut bila orang menyebut nama mereka."
(Sebut nama Kekasih-KU, Aku telah hadir pada sisimu, untuk memberi pertolongan-KU padamu, nama-KU berada diatas nama Kekasih-KU dan nama Wali-Wali-KU!)
6. Orang tersebut diataslah yang mampu mencapai maqam ikhsan dalam:
"Ashalatu Mi'rajul Mu'miniin (Shalat adalah Mi'raj bagi orang mukmin)."
Bukan hanya mi'raj dalam cerita saja atau dalam angan angan saja. Dan orang inilah yang dikasihi Allah dan ialah pembawa/si penerus Wasilah Allah dari Rasulullah SAW yang diterimanya via ahli Silsilah (aulia-aulia Allah pilihan); Wasilah Allah adalah suatu faktor tak terhingga kapasitasnya, yang mutlak harus ada, guna menyampaikan segala ibadah kita langsung ke Hadirat Allah SWT. Orang seperti tersebut di ataslah yang dimaksud HADITS RASULULLAH SAW yang berbunyi:
"Adakanlah (jadikanlah) dirimu (Rohanimu) beserta Allah. Jika engkau belum bisa menjadikan dirimu (Rohanimu) beserta Allah, maka adakanlah (jadikanlah) dirimu (Rohanimu) beserta dengan orang yang beserta Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau langsung kepada Allah (yaitu Rohaninya)." (H.R. Abu Daud).
Karena TALI ALLAH ada dalam dirinya, yang menghubungkan Roh-mu langsung pada Allah; jadi ianya bukan sembarang Guru Agama biasa yang kebanyakan.
7. Orang inilah yang selalu/senantiasa menjaga dan memelihara amalan dan ibadahnya supaya tetap dalam Muraqabah, Musyahadah dan Mukasyafah terhadap Allah SWT. Ianya adalah juga sebagai salah seorang PENASEHAT bagi semesta alam sesuai dengan Firman Tuhan
"Fas aluu ahladz dzikri in kuntum laa ta'lamuun"
Artinya: "Maka bertanyalah kepada Ahli Dzikir jika kamu tidak mengetahui"
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WALILLAAHILHAMD!
Wabillahi taufiq wal hidayah!
Sekian dan terima kasih.