Hakekat Iman Dalam Islam

Rukun Iman
"Arkaan" bentuk Jama' dari "rukn, ruknusy syai'" yang berarti sisi sesuatu yang paling kuat. Sedang yang dimaksud rukun iman adalah sesuatu yang menjadi sendi tegaknya iman.

Rukun iman ada enam :

1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para malaikat
3. Iman kepada kitab-kitab samawiyah
4. Iman kepada para rasul
5. Iman kepada hari Akhir
6. Iman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk

Dalilnya adalah jawaban Rasulullah SAW ketika Jibril bertanya padanya tentang iman: "Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, kepada hari Akhir dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk." (HR. Al-Bukhari, I/19,20 dan Muslim, I/37).
Cabang-cabang Iman

Asy-Syuabu adalah bentuk jamak dari syu'bah yang artinya segolongan dan sekelompok dari sesuatu. Sedangkan Syuabul Iman adalah cabang-cabang iman yang bermacam-macam, jumlahnya banyak, lebih dari 72 cabang. Dalam hadits lain disebutkan bahwa cabang-cabangnya lebih dari 70 buah.

Dalil cabang-cabang iman adalah hadits Muslim dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan 'Laa ilaaha illallahu' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman." (HR. Muslim).

Beliau SAW menjelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah tauhid, yang wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang iman itu menjadi sah kecuali sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan menyingkirkan duri atau batu dari jalan mereka. Lalu, di antara kedua cabang tersebut terdapat cabang-cabang lain seperti cinta kepada Rasulullah SAW, cinta kepada saudara muslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan sebagainya. Beliau tidak menjelaskan cabang-cabang iman secara keseluruhan, maka para ulama berijtihad menetapkannya. Al-Hulaimi, pengarang kitab 'Al-Minhaj' menghitungnya ada 77 cabang, sedangkan Al-Hafizh Abu Hatim Ibnu Hibban menghitungnya ada 79 cabang iman.

Sebagian dari cabang-cabang iman itu ada yang berupa rukun dan ushul, yang dapat menghilangkan iman manakala ia ditinggalkan, seperti mengingkari adanya hari Akhir, dan sebagiannya lagi ada yang bersifat furu', yang apabila meninggalkannya tidak membuat hilangnya iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti tidak memuliakan tetangga.

Terkadang pada diri seseorang terdapat cabang-cabang iman dan juga cabang-cabang nifak (kemunafikan). Maka dengan cabang-cabang nifak itu ia berhak mendapatkan siksa, tetapi tidak kekal di Neraka, karena di hatinya masih terdapat cabang-cabang iman. Siapa yang seperti ini kondisinya maka ia tidak bisa disebut sebagai mukmin yang mutlak, yang terkait dengan janji-janji tentang Surga, rahmat di Akhirat dan selamat dari siksa. Sementara orang-orang mukmin yang mutlak juga berbeda-beda dalam tingkatannya

Hakekat Keimanan
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal : 2-4 yang artinya:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya."

Dan pada surah Al-Anfal : 74 yang artinya: "Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia."

Dalam ayat-ayat yang pertama Allah menyebutkan orang-orang yang lembut hatinya dan takut kepada Allah SWT ketika nama-Nya disebut, keyakinan mereka bertambah dengan mendengar ayat-ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selain-Nya, tidak menyerahkan hati mereka kecuali kepada-Nya, tidak pula meminta hajat kecuali kepada-Nya. Mereka mengetahui, Dia-lah semata yang mengatur kerajaan-Nya tanpa ada sekutu. Mereka menjaga pelaksanaan seluruh ibadah fardhu dengan memenuhi syarat, rukun dan sunnahnya. Mereka adalah orang mukmin yang benar-benar beriman. Allah menjanjikan mereka derajat yang tinggi di sisi-Nya, sebagaimana mereka juga memperoleh pahala dan ampunan-Nya.

Kemudian dalam ayat yang kedua Allah menyifati para shahabat Rasulullah SAW, baik Muhajirin maupun Anshar dengan iman yang sebenar-benarnya, karena iman mereka yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang menjadi buah dari iman tersebut.
Telah kita ketahui bersama lafazh iman, baik secara bahasa maupun menurut istilah. Sebagaimana kita juga mengetahui bahwa madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah memasukkan amal ke dalam makna iman, dan bahwa iman itu bisa bertambah, juga bisa berkurang. Bertambah karena bertambahnya amal shaleh dan keyakinan dan berkurang karena berkurangnya hal tersebut. Kemudian kita juga mengetahui sebagian besar dalil-dalilnya.
Berikut ini kita akan menambah keterangan tentang makna Islam dan Iman.

ISLAM DAN IMAN

Didalam Islam dan Iman terkumpul agama secara keseluruhan. Sebagaimana Nabi SAW membedakan makna Islam, iman dan ihsan. Dalam hadits Jibril, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ia berkata: "Ketika Rasulullah SAW pada suatu hari keluar berkumpul dengan para shahabt, tiba-tiba datanglah Jibril dan bertanya, 'Apakah iman itu?' Beliau menjawab, 'Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan engkau beriman dengan hari Kebangkitan.'

Dia bertanya lagi, 'Apakah Islam itu?' Beliau menjawab, 'Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya, engkau mendirikan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah'.

Dia bertanya lagi, 'Apakah ihsan itu?' Beliau menjawab, 'Engkau menyebah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu'.

Dia bertanya lagi, 'Lalu kapankah Kiamat tiba?' Beliau menjawab, 'Orang yang ditanya tentang Kiamat tidak lebih mengetahui daripada si penanya. Tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa tandanya, yaitu jika wanita budak melahirkan tuannya, jika para penggembala unta hitam telah berlomba-lomba meninggikan bangunan. (Ilmu tentang) hari Kiamat termasuk dalam lima perkara yang tidak diketahui kecuali oleh Allah'. Kemudian dia pergi, lalu nabi bersabda, 'Kembalikan dia!'. Tetapi orang-orang tidak melihat sesuatu. Beliau kemudian bersabda, 'Dia adalah Jibril, datang kemari untuk mengajari manusia tentang agamanya." (HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab su'alu Jibril An-Nabi SAW wa anil Iman wal Islam wal Ihsan, no. 50).

Definisi Iman,

Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah :
"Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan."
Ini adalah pendapat jumhur. Dan imam Syafi'i meriwayatkan ijma' para shahabat, tabi'in dan orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan beliau atas pengertian tersebut.

Penjelasan Definisi Iman,

"Membenarkan dengan hati" maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
"Mengikrarkan dengan lisan" maksudnya, mengucapkan dua kalimat syahadat, syahadat Laa Ilaah Illallahu wa anna Muhammadan Rasulullah (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah).

"Mengamalkan dengan anggota badan" maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedangkan anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Kaum salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian iman. Dengan demikian iman bisa bertambah dan berkurang seiring dengan bertambahnya dan berkurangnya amal shaleh.


Dalil-Dalil Kaum Salaf

Para salaf bersandar kepada berbagai dalil di antaranya adalah:

1. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Muddatstsir : 31 yang artinya :

"Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan dari Malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk menjadi cobaan orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang Mukmin tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (menyatakan), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?"."

2. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Anfal : 2-4 yang artinya :

"Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah mereka apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan lah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya."

3. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

"Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan 'Laa Ilaaha Illallahu' dan paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman." (HR. Muslim, 1/63).

4. Sabda Rasulullah SAW riwayat Abu Said Al-Khudri, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda" :

"Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya, jika ia tidak mampu dengan lisannya, dan jika ia tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim, 1/69).

Bagaimana Dalil-Dalil Tersebut Menunjukkan Bahwa Iman Dapat Bertambah Dan Berkurang

Dalil Pertama :
Didalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman orang-orang mukmin, yaitu dengan persaksian mereka akan kebenaran nabinya berupa terbuktinya kabar beritanya sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab samawi sebelumnya.

Dalil Kedua :
Didalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman dengan mendengarkan ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang disifati oleh Allah, yaitu mereka yang jika disebut nama Allah tergeraklah rasa takut mereka sehingga mengharuskan mereka menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Mereka itulah yang bertawakkal kepada Allah. Mereka tidak mengaharapkan selain-Nya, tidak menuju kecuali kepada-Nya dan tidak mengadukan hajatnya kecuali kepada-Nya. Mereka itu orang-orang yang memiliki sifat selalu melaksanakan amal ibadah yang disyariatkan seperti shalat dan zakat. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman, dengan tercapainya hal-hal tersebut baik dalam i'tikad maupun amal perbuatan.

Dalil Ketiga :
Hadits ini menjelaskan bahwa iman terdiri dari cabang-cabang yang bermacam-macam, dan setiap macam adalah bagian dari iman yang keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi dan paling utama adalah ucapan 'Laa Ilaaha Illallahu' kemudian cabang sesudahnya secara berurutan dalam nilai dan fadhilahnya sampai pada cabang yang terakhir yaitu menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan. Adapun cabang-cabang antara keduanya adalah shalat, zakat, puasa, haji dan amalan-amalan hati seperti malu, tawakkal, khasyyah (takut kepada Allah) dan sebagainya, yang semuanya dinamakan iman.
Diantara cabang-cabang ini ada yang bisa membuat lenyapnya iman manakala ia tinggalkan, menurut ijma' ulama; seperti dua kalimat syahadat. Adapula yang tidak sampai menghilangkan iman menurut ijma' ulama manakala ia tinggalkan; seperti menyingkirkan rintangan dan gangguan dari jalan. Sejalan dengan pengamalan cabang-cabang iman itu, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka iman itu bisa bertambah dan berkurang.

Dalil Keempat :
Hadits Muslim ini menuturkan tingkatan-tingkatan nahi mungkar dan keberadaannya sebagai bagian dari iman. Ia menafikan (meniadakan) iman dari seseorang yang tidak mau melakukan tingakatan terendah dari tingkatan nahi mungkar yaitu mengubah kemungkaran dengan hati. Sebagaimana disebutkan di dalam sebagian riwayat hadits: "Dan tidak ada sesudahnya sebiji sawi pun dari iman." (HR. Muslim, kitab Al-Iman, bab bayanu kurhin nahyi anil mungkar).
Berdasarkan hal ini maka tingkatan di atasnya adalah lebih kuat keimanannya.
Hal-hal Yang Membatalkan Iman


Pembatal iman atau "nawaqidhul iman" adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:

Rukun iman ada enam :

1. Mengingkari rububiyah Allah atau sesuatu dari kekhususan-kekhususan-Nya, atau mengaku memiliki sesuatu dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.

Allah berfirman dalam Surah Al-Jatsiyah : 24 yang artinya:

"Dan mereka berkata, 'Kehidupan ini tak lain hanyalah kehifupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa', dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja."

2. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah.

Allah berfirman dalam Surah An-Nisa' : 172-173 yang artinya:

"Al-Masih, sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal shaleh, maka allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada-Nya."

3. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.

Allah berfirman dalam Surah Yunus : 18 yang artinya:

"Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah'. Katakanlah, 'Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?' Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)."

Juga Allah berfirman dalam Surah Ar-Ra'du : 14 yang artinya:

"Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do'a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do'a (ibadah) orang-orang itu, hanyalah sia-sia belaka."

4. Menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk diri-Nya atau yang ditetapkan oleh Rasul-Nya.

Begitu pula orang yang menyifati seseorang (makhluk) dengan sesuatu sifat yang khusus bagi Allah, seperti ilmu Allah. Termasuk juga menetapkan sesuatu yang dinafikan. Allah dari diri-Nya atau yang telah dinafikan dari-Nya oleh Rasul-Nya SAW.

Allah berfirman dalam Surah Al-Ikhlas : 1-4 yang artinya :

"Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do'a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do'a (ibadah) orang-orang itu, hanyalah sia-sia belaka."

Firman Allah dalam Surah Al-A'raf : 180 yang artinya :

"Hanya milik Allah asma' husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma' husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan."

Dan firman Allah dalam Surah Maryam : 65 yang artinya :

"Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seseorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?."

5. Mendustakan Rasulullah SAW tentang sesuatu yang beliau bawa.

Allah berfirman dalam Surah Fathir : 25-26 yang artinya:

"Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasu-rasul-Nya); kepada mereka telah datang rasul-rasul-Nya dengan membawa mu'jizat yang nyata, zabur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir, maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku."


6. Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah SAW tidak sempurna atau menolak suatu hukum syara' yang telah Allah turunkan kepadanya, atau meyakini bahwa selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna dan lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Allah dan Rasul-Nya dengan hukum yang selainnya, atau meyakini dibolehkannya berhukum dengan selain hukum Allah.

Firman Allah dalam Surah An-Nisa' : 60 yang artinya :

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut itu, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya."

Firman Allah dalam Surah An-Nisa' : 65 yang artinya :

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."

Dan firman Allah dalam Surah Al-Maidah : 44 yang artinya :
"Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir."

7. Tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu tentang kekafiran mereka, sebab hal itu berarti meragukan apa yang dibawa oleh baginda Rasul SAW.

Allah berfirman dalam Surah Ibrahim : 9 yang artinya:

". . . dan mereka berkata, 'Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya."

8. Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur'an atau agama Islam atau pahal dan siksa dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok. Rasulullah SWA atau seorang nabi, baik itu gurauan maupun sungguhan.

Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah : 65-66 yang artinya:

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, 'Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.' Katakanlah, 'Apakah dengan Allah ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman."

9. Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang muslim.

Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah : 51 yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-peminpin (mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi pemimpin yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."

10. Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran Rasulullah SAW, dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau.

Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah : 3 yang artinya:

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu."

11. Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau mengamalkannya.

Allah berfirman dalam Surah As-Sajdah : 22 yang artinya:

"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang telah diingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa."

Itulah sebagian pembatal-pembatal iman yang paling nyata. Masih banyak pembatal-pembatal iman yang lain seperti sihir, menolak Al-Qur'an baik sebagian maupun keseluruhannya, atau meragukan kemu'jizatannya atau menghina mushaf atau sebagiannya, atau menghalalkan sesuatu yang sudah disepakati keharamannya seperti zina atau khamar, atau menghujat agama serta mencelanya. Na'udzu billah min dzalik.Wallahu a'lamu bishshawab.

Spiritual by Kuliah Ilmu Ghaib