SAYIDINA ABU BAKAR AS SIDDIQ
Hatinya terlalu takut pada Allah sehingga pernah tercium dari nafasnya bau hati yang terbakar. Artinya hatinya yang terlalu takut itu telah terbakar.
Kalau beliau mengetahui bahwa makanan yang sedang dimakan itu adalah makanan syubhat maka beliau akan mengorek mulutnya hingga muntah-muntah kemudian dia akan berkata, ''Wahai Tuhanku, janganlah Engkau bertindak ke atasku karena apa yang telah dihisab untuk peluh dan yang telah tercampur dengan perut panjangku.''
SAYIDlNA UMAR IBNU KHATTAB
Ilmunya banyak, akalnya luas, kefahamannya mendalam, orangnya zuhud, tawadhuk, belas kasihan dengan kaum Muslimin, selalu insaf, tegas dengan kebenaran dan sangat membesarkan perjalanan hidup Rasulullah SAW.
Beliau tidak mengumpulkan dalam satu hidangan dua jenis lauk hingga menemui Allah. Pakaian beliau bertambal empat di antara dua bahunya. Kainnya ditambal dengan kulit. Satu ketika pernah orang menghitung tambalan di bajunya, dan didapatkan ada 14 tambalan, bahkan salah satu tambalan dari tanah liat merah.
Apabila terjadi satu hal terhadap orang-orang Islam beliau sangat memperhatikan dengan seksama urusan itu, sehingga beliau hampir binasa.
Satu hari beliau terlambat pergi shalat Jum’at. Setelah keluar dari masjid beliau lantas meminta uzur dengan berkata, "Aku terlambat karena bajuku dicuci sedangkan aku tidak ada baju lagi selain ini."
Ketika berjalan dari Madinah ke Mekkah untuk menunaikan haji, beliau tidak memasang kemah sampai pulang. Kalau beliau berhenti di satu tempat, beliau menyangkutkan baju atau tikar dari kulit di atas pohon dan berteduh di bawahnya.
Warna kulit beliau putih kemerahan. Pada musim kekurangan makanan dan kepanasan, kulit beliau menjadi hitam manis sebab ketika itu makanan kurang.
Untuk memberi rasa tentram pada kaum Muslimin beliau tidak lagi makan daging, minyak sapi dan susu. Sebaliknya Beliau hanya memakan minyak selama sembilan bulan. Beliau bersumpah tidak akan makan lauk selain minyak hingga Allah memberi rasa tentram pada kaum Muslimin.
Apabila beliau membaca ayat-ayat Al Quran yang menjadi wirid-wiridnya, dadanya menjadi terharu hingga beliau terjatuh dan menangis. Kemudian beliau terus tinggal di rumah saja, tidak mau keluar hingga didatangi oleh banyak orang karena menyangka beliau sakit.
Kalau beliau lewat di tempat najis beliau berhenti dan berkata, "Inilah dunia, yang kamu rakus dengannya."
Sayidina Umar mencintai shalat di tengah malam. Apabila melakukan kesalahan dengan manusia beliau menanggalkan bajunya dan memakai baju pendek sampai batas lututnya saja, kemudian beliau mengangkat suaranya, menangis meminta ampun kepada Allah sambil air matanya mengalir hingga membasahi badannya.
Beliau sendiri memikul karung tepung untuk diberi pada janda-janda dan anak-anak yatim. Sahabat-sahabat meminta untuk memikul karung-karung itu, tapi tidak diizinkannya dengan berkata, "Siapakah yang akan memikul dosaku di hari kiamat kelak?"
Setelah Sayidina Umar wafat, Sayidina Abbas bermimpi melihat beliau dan bertanya, "Apa yang terjadi dengan engkau ya Amirul Mukminin?"
Beliau menjawab, "Hampir-hampir Umar jatuh jika tidak kudapati bahwa Tuhan itu Maha Pengasih."
SAYIDINA USMAN IBNU AFFAN
Beliau dibunuh ketika sedang membaca Al Quran setelah dikepung selama 49 (empat puluh sembilan) hari.
Beliau sangat malu (pemalu) hingga pintu rumahnya senantiasa ditutup. Ketika mencuci pakaian, beliau tidak pernah meletakkannya di atas pintu karena malu mengangkat punggungnya.
Sepanjang hari berpuasa dan sepanjang malam beribadat, hanya tidur sedikit di awal malam.
Sering sekali mengkhatam Al Quran pada tiap-tiap rakaat shalatnya.
SAYIDINA ALI BIN ABI THALIB
Pada suatu shalat subuh, selesai memberi salam langsung Sayidina Ali menadahkan tangan dan berkata :
"Telah ku lihat para sahabat Nabi SAW, tetapi sekarang tidak ada lagi yang menyerupai mereka itu. Mereka (para sahabat) biasanya keluar pagi-pagi berambut kusut, wajah menguning berdebu dan mata mereka membesar sebesar lutut kambing karena semalaman suntuk bersujud dan berdiri shalat malam seraya membaca kitab Allah dan menggilirkan antara tapak dan kening ke tanah. Bila hari telah pagi mereka pun mengingat Allah hingga bergoyang badannya bagaikan pohon ditiup angin badai dengan airmata bercucuran membasahi kain. Wallahi, sekarang kulihat masyarakat lalai sepanjang malam."
Kemudian Sayidina Ali pun bangkit. Dan sejak subuh itu beliau tidak pernah lagi kelihatan ketawa hingga beliau wafat oleh pukulan pedang Ibnu Muljam.
Cerita seorang majusi dengan nabi ibrahim a.s. :
Seorang Majusi meminta bertamu ke tempat Nabi Ibrahim a.s., maka dijawab oleh Nabi Ibrahim a.s, "Kalau engkau masuk Islam maka aku terima sebagai tetamuku."
Kemudian Majusi itu pun meneruskan perjalanannya. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Ibrahim a.s. :
"Kenapa engkau tidak mau menjamunya karena dia tidak mau mengubah agamanya? Sedangkan Kami telah 70 tahun menjamunya di dunia walaupun dia kafir. Kalau engkau terima dia menginap malam ini, apa salahnya ?"
Nabi Ibrahim a.s. pun bergegas menyusul Majusi itu lalu membawanya kembali dan menjamunya. Majusi lalu bertanya tentang sebab terjadinya perubahan sikap Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. pun menceritakan keadaan yang sebenarnya. Mendengar itu Majusi pun berkata, "Begitulah Allah memperlakukan diriku. Tolonglah tuan uraikan pada saya tentang Islam."
Dan Nabi Ibrahim a.s. pun menceritakan tentang Islam hingga akhirnya Majusi itu pun memeluk Islam.
Ibrahim Al Athrusy bercerita :
Suatu hari kami sedang duduk-duduk di pinggir Sungai Dajlah di Kota Baghdad bersama Maaruf Al Kharkhi. Kami melihat sebuah sampan yang penuh dengan muda-mudi berpesta ria, memukul gendang sambil minum tuak.
Melihat itu kami pun berkata kepada Maaruf Al Kharkhi," Lihatlah mereka terang-terangan melakukan dosa. Berdo'alah pada Tuhan agar mereka dihukum!"
Maaruf Al Kharkhi lalu menadahkan tangannya sambil berdoa, "Ya Tuhanku, sebagaimana Engkau telah menggembirakan mereka di dunia maka berikanlah mereka kegembiraan di akhirat."
Kami segera menyela," Kami minta didoakan musibah untuk mereka". Dan Maaruf menjawab, "Bila Allah mau menggembirakan mereka di akhirat, Dia akan sudi mengampuni mereka."
Hatim Al Assam berkata:
Janganlah terpedaya oleh satu daerah yang baik karena tidak ada tempat yang lebih baik dari syurga sedangkan di syurga pun Nabi Adam a.s masih menemui kesusahan.
Jangan terpedaya oleh banyaknya ilmu karena Bal’am adalah seorang ulama yang mengenal rahasia nama Allah yang paling agung (Ismullah Al ’Azam), tetapi cobalah kaji penderitaan yang dideritanya.
SAYIDINA ABU BAKAR :
- Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub karena suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu.
- Semoga aku menjadi pohon yang ditebang kemudian digunakan.
- Dia berkata kepada para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!"
SAYIDINA UMAR BIN KHATTAB :
- Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar roti.
- Barangsiapa takut kepada Allah SWT niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
- Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.
SAYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH :
- Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahwa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik sebagaimana yang Engkau cintai.
- Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, karena sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya. - Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
UMAR BIN AZIZ :
- Orang yang bertakwa itu dikekang.
- Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.
- Kemaafan yang utama itu adalah ketika berkuasa.
SUFFIAN AS THAURI :
- Tidak ada ketaatan bagi kedua ibu-bapak pada perkara syubhat.
- Sesungguhnya seorang lelaki itu berharta bila dia zuhud di dunia, dan sesungguhnya seorang itu adalah fakir bila dia gemar pada dunia.
- Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunat.
IMAM AS SYAFIE :
- Barangsiapa menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas pada ilmu.
- Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada ulama kecuali dengan kefakiran dan mencukupi dengan apa yang ada serta redha dengan keduanya.
- Hendaklah kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua, sebab sesudah kamu menjadi ketua, tidak ada jalan lagi bagimu untuk mencari pengetahuan.
Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal segala sifat-sifat mazmumah (sifat keji).
Barangsiapa yang menyukai bila Allah menutupinya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik terhadap manusia.
IMAM MALIK :
- Ilmu itu bukanlah dengan membanyakkan riwayat tetapi ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati.
- Apabila seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya.
- Wajib bagi orang yang menuntut ilmu untuk memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.
IMAM ABU HANIFAH :
- Tidak sekalipun aku shalat kecuali aku doakan untuk guruku Hammad dan juga mereka yang pernah mengajarku serta mereka yang pernah aku ajar. (murid-muridnya).
- Aku telah 50 tahun bergaul dengan manusia. Tidak kudapati seorangpun yang mengampunkan kesalahanku. Tidak ada yang menghubungi aku ketika aku memutuskan hubungan dengannya. Tidak ada yang menutup keaibanku dan aku tidak akan merasa aman darinya bila dia murka kepadaku. Maka yang lebih mereka bimbangkan adalah perkara yang besar-besar.
- Telah sampai berita kepadaku, bahwa tidak ada yang lebih mulia daripada seorang alim yang warak.
IMAM AHMAD :
Jangan kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil benda dunia di atas ilmunya.
SUFFIAN BIN UYAINAH :
- Dua perkara yang susah sekali untuk mengobatinya yaitu meninggalkan loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan amal untuk Allah.
- Siapa yang ditambah akalnya maka kuranglah rezekinya.
- Zuhud di dunia itu adalah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan mati.
- Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka akan memberi mudarat padamu.
- Orang yang menuntut ilmu tidak akan dianggap sebagai orang yang berakal hingga dia melihat dirinya lebih hina dari sekalian manusia.
Surat dari ibu Aisyah r.a untuk Khalifah Muawiyah berbunyi sebagai berikut :
"Aku dengar Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang mengusahakan keredhaan Allah sampai manusia kesal kepadanya, ia akan dibantu Allah dalam menghadapi manusia. Dan siapa yang tidak menghiraukan Allah agar disenangi manusia nasibnya akan diserahkan Allah pada manusia."
Oleh itu tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah karena bila tuan takut pada Allah, Dia akan membantumu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada manusia mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah sedikit pun."
"Kekuasaan yang ada di tangan saudara-saudara telah memungkinkan kalian untuk menzalimi rakyat. Bila terasa di hati kalian untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri saudara-saudara."
"Ketahuilah bahwa satu kejahatan yang anda timpakan pada rakyat lambat laun akan hilang bekasnya dari mereka tetapi bekasnya akan tetap untuk saudara-saudara dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahwa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap yang menzaliminya."
"Wahai anakku, dampingilah selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan mereka agar jangan dibenci oleh mereka."
"Ambillah dari dunia sekedar keperluan dan biayakan (belanjakan) kelebihan hasil usahamu untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak semua agar engkau tidak menjadi ‘parasit’ (orang yang menumpang hidup pada orang lain tanpa membalas apa-apa) yang menyusahkan manusia (orang) lain."
"Berpuasalah selalu untuk menundukkan nafsumu, tetapi jangan sampai meletihkan badan sehingga merusak shalatmu karena shalat lebih utama dari puasa."
"Janganlah engkau duduk berteman dengan orang yang bodoh, sombong dan jangan didekati orang yang bermuka dua."
Pernah Allah SWT bertanya kepada Nabi Yaakub a.s. :
"Tahukah kamu kenapa Kupisahkan engkau dengan puteramu Yusuf?"
"Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Yaakub a.s.
"Yaitu karena kata-katamu yang mengatakan, "Aku takut karena dia akan dimakan serigala waktu kamu (saudara-saudara Yusuf) lalai bermain-main", Kenapa engkau bimbang pada serigala tetapi tidak menyatakan harapan pada-Ku? Engkau hanya memandang kelalaian saudara-saudaranya saja tapi engkau tidak memandang perlindungan-Ku terhadapnya (Yusuf)."
Kemudian Allah bertanya lagi pada Nabi Yaakub a.s.,
"Tahukah kamu kenapa Yusuf Aku kembalikan padamu?"
"Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Yaakub a.s.
"Juga karena kata-katamu, "Semoga Allah akan mengembalikan semua padaku". Dan karena kata-katamu, "Pergilah untuk mencari Yusuf dan adiknya dan janganlah kamu berputus asa."
"Yang paling awal diseru di hari kiamat adalah orang yang hafal Al Quran dan seorang yang syahid dalam peperangan serta seorang yang kaya."
Maka firman Allah kepada yang hafal Al Quran,
"Apakah Aku tidak mengajarmu? Mengajar Al Quran yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku?"
Jawab orang itu, "Tentu saja ya Tuhanku."
Dan firman Allah, "Digunakan untuk apa ilmu yang kau miliki itu?"
Jawabnya, "Aku amalkan dan aku kaji siang dan malam."
Firman Tuhan, "Kamu dusta!"
Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu dusta."
Firman Tuhan, "Sebenarnya Kamu hanya ingin menjadi seorang qari maka cukuplah pujian orang-orang itu sebagai ganjaranmu. Itulah bagianmu."
Sekarang giliran orang yang mati di dalam peperangan dihadapkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Tuhan berfirman,
"Apakah yang engkau telah lakukan di dunia?"
Jawabnya, "Saya diperintahkan ikut perang sabil, kemudian perintah itu saya jalankan sampai saya mati dalam peperangan itu."
Firman Allah: "Kamu dusta!"
Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu dusta."
Firman Allah, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang berani (pahlawan). Cukuplah pujian itu sebagai bagianmu."
Kemudian tibalah giliran orang kaya dihadapkan ke hadirat Allah SWT. Firman Allah,
"Apakah engkau tidak diberi kekayaan oleh-Ku? Sehingga engkau tidak memberikan kepada sesiapapun?"
Jawab orang kaya, "Tentu saja ya Tuhan, hamba telah diberi kekayaan olehMu."
Firman Tuhan,"Dipergunakan untuk apa kekayaan yang Aku berikan padamu itu?"
Jawabnya, "Saya pergunakan untuk bersilaturrahim dan bersedekah."
Firman Tuhan, "Kamu berdusta!"
Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu berdusta."
Firman Tuhan, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang pemurah. Pujian orang-orang itulah sebagai bagian untukmu."
"Kemudian Rasulullah menepuk lututku," kata Abu Hurairah dan Rasulullah bersabda, "Ya Abu Hurairah untuk merekalah Api Neraka pertama kali akan dinyalakan."
Dari Muaz, Rasulullah SAW bersabda :
"Puji syukur ke hadrat Allah SWT yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Muaz!"
Jawabku, "Ya, Sayidil Mursalin."
Sabda Rasulullah SAW, "Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."
"Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya."
"Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafazah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat".
"Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong."
Rasulullah SAW meneruskan sabdanya,
"Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini."
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.
Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya'."
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah SWT.
Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,"Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui."
"Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?"
"Laknat-Ku tetap padanya."
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Sayidina Muaz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?"
Sabda Rasulullah SAW, "Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muaz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?"
Bersabda Rasulullah, "Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam."
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia."
Muaz berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?"
Jawab Rasulullah SAW, "Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."
Nabi SAW bersabda :
Allah SWT berfirman,"Sekurang-kurangnya tindakan-Ku terhadap seorang hamba yang lebih mengutamakan nafsunya dari berbuat taat kepada-Ku tidak Kuberi padanya kebahagiaan bermunajat kepada-Ku."
Sayidina Ali r.a. berkata :
"Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang yaitu kasar hati, buta fikiran, lalai dan prasangka. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai."
"Buta hati, lupa zikrullah dan lalai akan menjauhkan diri dari ketetapan Allah, dan orang yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai akhirnya ia ditimpa kecewa dan sesal yang tidak berujung karena diperlihatkan oleh Allah hal-hal yang selama ini tidak difikirkannya."
Nabi SAW bersabda:
"Sekurang-kurangnya (hati) mu mesti berisi keyakinan dan keteguhan dalam bersabar. Siapa yang mendapatkan kedua hal itu, tidak mengapa baginya bila kadang-kadang lalai dalam mengerjakan shalat sunat di malam hari dan puasa sunat di siang hari."
"Orang-orang sabar dalam keadaan itu lebih disukai. Aku khawatir sepeninggalku dunia akan terbuka luas di depanmu, lalu masing-masing bersifat nafsi-nafsi, engkau-engkau, aku-aku dan kamu tidak kenal lagi penduduk langit. Di waktu itu siapa yang sabar dan ikhlas akan memenangkan pahala yang selengkapnya."
Firman Allah : Terjemahannya : Apa yang ada pada kamu akan habis dan apa yang di sisi Allah akan kekal dan akan Kami beri tambahan pahala pada orang-orang yang sabar dalam apa yang mereka lakukan. (An Nahl: 96)
Dalam atsar dari Ibnu Abbas menceritakan ketika Nabi masuk ke suatu perkumpulan kaum Ansar baginda bertanya :
"Apakah saudara-saudara telah betul-betul Mukmin?"
Umar lalu menjawab, "Benar ya Rasulullah."
Baginda bertanya lagi, "Apakah ciri-ciri iman, saudara-saudara?"
Hadirin menjawab, "Kami bersyukur atas kesenangan, bersabar atas cobaan dan redha menerima ketentuan Tuhan." Lalu Nabi bersabda, "Memang anda semua Mukmin sejati, demi Tuhan Kaabah."
Termaktub dalam sepucuk surat Khalifah Umar kepada Abu Musa Al Ashaari,
"Hadapilah sifat sabar dan ketahuilah bahwa sifat sabar itu dua macam, di mana yang satu lebih afdol dari yang lain. Sabar dalam musibah adalah sifat baik namun lebih afdal lagi sabar dalam menghindar larangan Allah SWT.
Ketahuilah bahwa sabar itu berhubungan dengan iman karena kebajikan yang paling utama adalah takwa dan takwa hanya dapat dicapai dengan sabar."
Nabi Sulaiman a.s. pernah dihukum Allah selama 40 hari
Semasa baginda dihukum, banyak orang berbuat kasar dengannya. Sebab itu saat Nabi Sulaiman a.s. bebas dan menjadi raja kembali, ada seorang umatnya datang meminta maaf pada Nabi Sulaiman a.s. Nabi Allah itu menjawab,"Aku tidak mengumpat tentang apa yang telah kamu lakukan dan tidak lupa pula memuji sikapmu sekarang. Sesungguhnya semua yang telah terjadi itu adalah perintah dari langit yang mesti terjadi."
13. Seorang ulama salaf berkata
"Setiap seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya."Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
"Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala."
Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah :
Terjemahannya : Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh tiada seorang pun yang akan bisa menahan selain Dia. (Faathir : 41)
Rasulullah SAW bersabda :
"Ya Tuhanku, karuniakanlah aku dua mata yang berlinang meneteskan air mata sebelum datang saat di mana mata menetiskan darah dan gigi menjadi bara."
Ummul Mukminin Sayidatina Aisyah bertanya kepada Nabi SAW :
Wahai Rasulullah, "Apakah ada umatmu yang nanti dapat masuk syurga tanpa hisab?"
Jawab baginda,"Ada, yaitu orang yang mengenang dosanya lalu dia menangis."
Yahaya bin Muaz r.a berkata,
"Malang sekali nasib keturunan Nabi Adam a.s. Kalau mereka mencemaskan Neraka seperti mencemaskan kemiskinan tentulah dia akan masuk Syurga."
Diriwayatkan :
Seorang Nabi mengeluh kepada Allah bahwa dia telah menderita lapar dan kekurangan pakaian selama bertahun-tahun dan pakaiannya hanyalah jubah bulu yang kasar. Lalu Allah mewahyukan kepadanya,"Wahai hamba-Ku, tidakkah engkau senang hati karena hatimu telah Aku lindungi dari sikap kafir terhadap-Ku hingga engkau minta pula diberi keduniaan?"
Sebahagian ulama’ salaf bermunajat seperti ini :
"Ya Allah, generasi mana yang tidak membuat kedurhakaan padaMu namun Engkau tetap memberi rezeki kepada mereka. Sesungguhnya Maha Suci Engkau dan Maha Penyantun. Demi kemuliaanMu, Engkau didurhakai manusia namun Engkau tetap melimpahkan pemberian dan rezeki, bagaikan Engkau tidak pandai marah pada mereka, wahai Tuhan kami.Kenali Diri:ISLAM yang telah Allah redhakan untuk menjadi agama kita, dan disampaikan melalui utusan-Nya Nabi Muhammad SAW merupakan satu syariat yang mencakup persoalan hidup lahir dan batin. Syariat lahir disebut syariat. Syariat batin disebut hakikat. Hal itu sangat sesuai dengan struktur kejadian manusia itu sendiri yang merupakan kombinasi antara jasad lahir dan jasad batin.
Jasad lahir adalah semua anggota tubuh kita yang nampak dengan mata. Sedangkan jasad batin adalah jasad gaib yang menggerakkan seluruh anggota lahir. Jasad batin dapat merasa, mengingat, memikirkan, mengetahui, memahami segala sesuatu yang terjadi di dalam diri kita masing-masing. Allah SWT menetapkan bahwa syariat lahir untuk diamalkan oleh jasad lahir sedangkan syariat batin untuk diamalkan oleh jasad batin yaitu ruh.
Sesuai dengan keadaan lahir batin kita yang saling berkaitan erat tanpa terpisah-pisah maka begitu pula amalan lahir dan batin wajib dilaksanakan secara serentak di setiap waktu dan keadaan. Kalau kita membeda-bedakan atau menolak salah satu dari amalan itu, maka kita tidak mungkin menjadi hamba Allah yang sebenarnya sebab Islam memandang syariat itu sebagai kulit, sedangkan hakikat itu adalah intipati.
Kedua-duanya sama-sama penting dan saling memerlukan, ibarat kulit dan isi pada buah-buahan. Keduanya mesti ada untuk kesempurnaan wujud buah itu sendiri. Tanpa kulit, isi tidak selamat malah isi tidak mungkin ada kalau kulit tidak ada. Sebaliknya tanpa isi, kulit jadi tidak berarti apa-apa. Sebab buah yang dimakan adalah isinya bukan kulitnya.
Begitu juga hubungan syariat dan hakikat. Keduanya mesti diterima dan diamalkan serentak. Keduanya saling mengisi dan memerlukan. Kalau kita bersyariat saja (artinya berkulit saja tanpa isi), itu tidak membawa arti apa-apa di sisi Allah.
Sabda Rasulullah SAW:
Terjemahannya : "Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu." (Riwayat : Muslim)
Sebaliknya kalau kita berhakikat saja (isi tanpa kulit), maka tidak ada jaminan keselamatan dari Allah SWT. Hakikat itu akan mudah rusak, dan kita sama sekali tidak akan memperoleh apa-apa, bahkan agama Islam yang kita anut akan rusak tanpa kita sadari.
Berkata Imam Malik Rahimahullahu Taala:
Terjemahannya : "Barangsiapa berfiqih (syariat) dan tidak bertasawuf maka ia jadi fasik. Barangsiapayang bertasawuf (hakikat) tanpa fiqih maka ia adalah kafir zindik."
Artinya kita mesti mengamalkan keduanya sekaligus, yaitu syariat dan hakikat. Kalau kita pilih salah satu, kita tidak akan selamat. Kalau kita bersyariat saja tanpa dilindungi oleh hakikat, kita akan menjadi fasik. Dan kalau kita berhakikat saja tanpa dikawal oleh syariat, maka hakikat itu akan mudah rusak sehingga kita jatuh kafir zindik (kafir tanpa sadar).
Begitulah pentingnya syariat dan hakikat. Tetapi bila kedua-duanya ada, maka hakikatlah yang lebih utama.
Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:
Terjemahannya : Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu. (Riwayat : Muslim)
Hadis itu tidak bermaksud bahwa syariat tidak penting. Bahkan syariat juga adalah hukum-hukum fardhu yang wajib diamalkan oleh seluruh umat Islam. Hanya saja dalam keadaan keduanya (syariat dan hakikat) itu sama-sama diamalkan, Allah memberi keutamaan pada amalan hakikat. Perbandingannya seperti antara kulit dan isi buah. Kedua-duanya sama penting, tetapi manusia memberi keutamaan pada isi sebab bisa dimakan.
Begitulah peranan hakikat. Peranannya menentukan berakhlak atau tidaknya seorang manusia kepada Allah dan kepada sesama manusia. Orang yang kuat amalan batinnya atau tinggi pencapaian tasawufnya adalah orang yang hatinya selalu dekat dengan Allah. Ia senantiasa merasakan kebesaran Allah, dibandingkan dirinya yang maha lemah dan senantiasa memerlukan pertolongan Allah. Ia sangat beradab dengan Allah dan dapat mengorbankan dunia untuk Tuhannya. Ia juga mampu mengasihi semua manusia, bersedia susah untuk manusia dan akan menyelamatkan manusia dari tipuan dunia, nafsu dan syaitan.
Sebaliknya orang yang lemah dalam amalan batin adalah orang yang hatinya jauh dan terpisah dari Allah. Ia tidak takut dengan Allah, tidak malu, tidak harap, dan tidak cinta kepada Allah. Ia tidak redha dan tidak sabar, kurang beradab dengan Allah, penuh hasad dengki, sombong, bakhil, dendam dan pemarah. Ia akan menjadi seorang pencinta dunia yang bekerja keras hanya untuk dunianya. Orang seperti itu selalu dibelenggu oleh kecintaan kepada dunia hingga takut berjuang dan berjihad untuk agama Allah serta untuk kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Orang yang tidak berhakikat, sekalipun melakukan ibadah shalat, puasa, dan banyak membaca Al Quran serta gigih berjuang adalah orang yang kurang berakhlak dengan Allah dan kurang berakhlak dengan manusia.
Kurangnya amalan batin dapat menyebabkan orang-orang yang tidak berhakikat itu biasanya mati dalam dosa yang tidak sadar. Mungkin dosa karena buruk sangka dengan Allah, putus asa dengan ketentuan Allah, tidak redha dengan takdir Allah atau dosa karena merasa bahwa amalannya lah yang akan menyelamatkan dirinya dari neraka Allah.
Rasa riya', ujub atau merasa diri bersih itu pun adalah dosa batin. Dosa batin, tak seorang pun yang dapat melihatnya, bahkan diri sendiri pun tidak dapat merasakannya. Hanya orang yang mempunyai basirah (pandangan hati yang tembus) saja yang dapat mengetahuinya.
Nanti, bila Allah bukakan segala kesalahan (dosa-dosa batin itu) di akhirat, barulah manusia akan terkejut dan tersentak.
Ulama tasawuf berkata:
"Biarlah sedikit amalan beserta rasa takut pada Allah, karena itu lebih baik daripada banyak amalan tetapi tidak ada rasa takut dengan Allah. Lebih baik orang yang merasa berdosa dan bersalah dengan Allah daripada orang yang banyak amalan tetapi tidak rasa berdosa pada Allah bahkan dia merasa telah cukup dengan amalan itu."
Firman Allah :
Terjemahannya : Hari kiamat ialah hari dimana harta dan anak-anak tidak dapat memberi manfaat, kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang selamat sejahtera.(Asy Syuara: 88-89)
Hati yang selamat sejahtera ialah hati orang bertaqwa yang berisi iman, yakin, ikhlas, redha, sabar, syukur, tawakal, takut, harap dan lain-lain rasa hati dengan Allah SWT. Hati yang senantiasa merasa sehat dalam kesakitan, kaya dalam kemiskinan, ramai dalam kesendirian, lapang dalam kesempitan dan terhibur dalam kesusahan. Ia bersikap redha dengan apa saja pemberian Tuhan-Nya.
Untuk memperoleh hati yang seperti itu, kita mesti bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu untuk melakukan amalan lahir dan batin (syariat dan hakikat). Kedua-duanya akan saling mengawal untuk mengangkat kita ke taraf taqwa.
Syariat dan hakikat akan mendidik dan memimpin kita menjadi seorang insan kamil yang mampu memenuhi keinginan dan keperluan fitrah murni manusia secara suci lagi mulia. Orang seperti itulah yang Allah maksudkan sebagai golongan As Siddiqin atau golongan Al 'Arifin. Sifat mereka Allah uraikan dalam Surah Al Furqaan ayat 63-74:
Terjemahannya : "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang (hamba-hamba yang baik) itu ialah mereka yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan mereka yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (orang-orang yang melakukan shalat tahajjud di malam hari semata-mata karena Allah). Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab jahannam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal." Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) bakhil, dan adalah (perbelanjaan itu) pertengahan. Dan mereka juga tidak mengharap (menyembah) yang lain di samping Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (orang Islam) kecuali yang dibenarkan syarak (pembunuh, penzina, murtad) dan tidak juga berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian itu niscaya dia akan menerima pembalasan dosanya. (Yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali mereka yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal soleh, kejahatan mereka Allah gantikan dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal soleh maka sesungguhnya mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka tidak menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orang-orang yang sering berdoa, "Ya Tuhan kami anugerahkanlah kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
Merekalah orang-orang bertaqwa yang akan memperoleh ketenangan hidup di dunia dan di akhirat. Mereka adalah tempat untuk kita mempelajari dan mencontoh kehidupan yang aman dan bahagia. Suasana seperti itu pernah terjadi, yaitu dalam kehidupan salafussoleh. Mereka telah menjalani suatu kehidupan, di mana mereka menerima dan mengamalkan sepenuhnya kehendak syariat dan hakikat. Hasilnya, mereka (para salafussoleh) menjadi orang-orang yang bahagia dan membahagiakan orang lain.
Sejarah 15 abad yang silam memberitahu kepada kita bahwa 3/4 dunia menjadi tenang, aman dan damai di bawah pemerintahan mereka. Kawan maupun lawan merasa selamat berada di dalam kekuasaan mereka. Demikianlah satu kenyataan yang membuktikan bahwa sekiranya manusia patuh menjalani syariat lahir dan batin, maka selamat dan berbahagialah mereka di dunia dan di akhirat.
Terjemahannya : "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal soleh di antara kamu bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dia akan menegakkan bagi mereka agama yang telah diredhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang ingkar sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang fasik." (An Nur : 55) RENUNGAN DURHAKA DALA TAAT:
ALLAH SWT berfirman :
Terjemahannya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga padahal Allah belum mengenal mereka yang berjihad di antaramu dan belum juga mengenal mereka yang sabar. (Ali Imran : 142)
Berjihad menurut Tafsir adalah :
- Berperang melawan orang kafir dan munafik untuk menegakkan lslam dan melindungi orang-orangIslam.
- Memerangi hawa nafsu dan syaitan.
- Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam.
- Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.
Dalam ayat di atas, Allah SWT menanyakan pada kita umat Islam, sudahkah kita berjihad dan bersabar? Kalau belum kita lakukan maka janganlah kita berfikir bahwa kita akan dapat masuk syurga Allah di Akhirat kelak. Jika sudah, maka kita sebenarnya sedang fisabilillah.
Berperang melawan orang kafir dan munafik adalah mudah. Yang susah adalah berperang melawan hawa nafsu dan syaitan. Kalau kita menang terhadap orang kafir tetapi tidak menang terhadap nafsu, itu belum menjamin kita benar-benar bertakwa.
Rasulullah SAW bersabda : Terjemahannya : Kita baru kembali dari peperangan kecil untuk masuk ke satu peperangan yang lebih besar. Sahabat bertanya, "Peperangan apa itu, ya Rasulullah?" Baginda menjawab, "Peperangan hati yakni melawan hawa nafsu."
Rasulullah SAW bersabda : Terjemahannya : Ketahuilah sesungguhnya dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Jika baik daging maka baiklah seluruh jasad. Bila busuk daging itu, maka jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.(Riwayat Bukhari & Muslim)
Marilah kita tanya diri kita sendiri, "Apakah aku telah melakukan jihad yang besar itu? Atau apakah aku telah memerangi hawa nafsuku?"
Untuk menjawabnya, lihatlah ke dalam hati kita apakah selalu ingat kepada Allah atau selalu lalai?
Apakah sudah cinta Allah atau lebih cinta pada dunia? Apakah sudah sabar atas ujian Allah atau masih memberontak terhadap-Nya? Apakah sudah bersih dari mazmumah-mazmumah atau masih juga memiliki sifat hasad dengki, benci-membenci, minta dipuji, gila nama, tamak dan mementingkan diri sendiri?
Kalau hati masih berisi daki-daki dunia yang kotor itu, janganlah bermimpi bahwa amalan-amalan lahir seperti shalat, puasa, zakat, haji, sedekah, berdakwah, menuntut ilmu, menutup aurat, membaca Al Quran, zikrullah dan lain-lain itu dapat menebus kita dari kebencian Allah dan api neraka. Coba kita lihat firman Allah SWT :
Terjemahannya : Hari itu (hari ketika meninggal dunia) harta dan anak tidak berguna lagi kecuali orang yang menghadap Allah membawa hati yang selamat (hati yang bersih dari segala kejahatannya dan sifat mazmumah). (Asy Syuara’: 88-89)
Kalau shalat tidak khusyuk dan tidak ada rasa hamba, itu tanda kita masih durhaka pada Allah. Bukan amalan lahir yang dapat membawa seseorang kepada keredhaan Allah dan syurga-Nya, tetapi yang lebih penting adalah amalan hati.
Sabda Rasulullah SAW : Terjemahannya : Allah tidak memandang rupa dan harta kamu, tetapi Allah memandang hati dan amalan kamu. (Riwayat Muslim)
Kalau hati kita beramal soleh dan lahir kita juga ikut beramal soleh (sebab amalan lahir mengikuti amalan batin, seperti rakyat mengikuti raja) itulah kesempurnaan amalan manusia yang dijamin dengan Syurga.
Untuk meyakinkan saudara, saya tunjukkan firman Allah yang menunjukkan amalan batin adalah wajib :
1. Perintah khusyuk dalam shalat, yaitu mengingati Allah :
Terjemahannya : Apakah belum masanya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyuk mengingati Allah. (Al Hadid : 16)
2. Perintah supaya senantiasa merasa diawasi oleh Allah :
Terjemahannya : Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca satu ayat dari Al Quran dan tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Allah biar pun sebesar zarah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz). (Yunus: 61)
3. Perintah supaya takut kepada Allah :
Terjemahannya : Janganlah kamu menyembah dua Tuhan. Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, maka hendaklah kamu takut kepada-Ku saja. (An Nahl : 51)
4. Perintah supaya tawakal kepada Allah :
Terjemahannya : Hanya kepada Allah sajalah orang-orang beriman harus bertawakal. (At Taubah : 51)
5. Perintah supaya syukur kepada Allah :Terjemahannya : Bersyukurlah kamu kepada Allah sekiranya kamu benar-benar menyembah-Nya. (Al Baqarah : 172)
Kalau kita betul-betul menghambakan diri pada Allah, kita mesti memiliki rasa syukur pada Allah. Seperti halnya kita mendapat hadiah dari raja, maka kita akan merasa berhutang budi dan berterimakasih padanya, serta bersyukur atas hadiah pemberiannya.
Janganlah kita terlena memikirkan hadiah itu saja sehingga lupa pada yang memberi hadiah.
Terjemahannya : Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu maka dari Allahlah datangnya dan bila kamu ditimpa kemudaratan maka hanya pada-Nyalah kamu minta tolong. (An Nahl : 53)
6. Perintah supaya sabar
Terjemahannya : Sabarlah kamu tetapi tidak mungkin kamu bersabar kecuali dengan pertolongan Allah. (An Nahl : 127)
Di antara amalan lahir dan amalan batin, Allah lebih mengutamakan amalan batin, sebab itu hendaklah diamalkan benar-benar karena dan untuk Allah, bukan untuk manusia. Sebab manusia tidak akan melihat. Kalau hati sudah baik, maka lahirnya akan baik. Kalau lahir saja yang baik, hati belum tentu baik.
Kalau ada orang yang menanggapi dengan perkataan, ''Kalau begitu, kita perbaiki hati saja, lahir tidak usah!'' itu adalah anggapan yang tidak benar. Sebab hati yang baik adalah hati yang taat pada perintah-perintah Allah lahir dan batin. Kalau amalan lahir tidak dikerjakan artinya hati belum baik.
Banyak terjadi dalam masyarakat umat Islam hari ini mereka yang mengamalkan hukum Islam hanya syariat lahir saja seperti shalat, puasa, zakat, haji, zikrullah, sedekah, tutup aurat dan bersilaturrahim. Namun amalan hati (batin) tidak dipedulikan. Itulah yang dimaksudkan sebagai durhaka dalam taat.
Ada dua jenis orang yang durhaka dalam taat :
1. Orang yang mengamalkan syariat lahir saja seperti shalat wajib dan sunat, puasa, haji, zakat, baca Al Quran, zikir dan wirid, serta mengamalkan sedikit amalan batin, tetapi keduanya tidak sempurna (tidak seperti yang dikehendaki Allah). Maksudnya tidak semua perintah Allah dikerjakannya.
Contohnya adalah orang-orang yang melakukan semua perintah fardhu ditambah dengan fadhailul 'amal (shalat sunat witir, shalat dhuha, shalat tahajjud, puasa sunat, membaca Al Quran, tahlil dan lain-lain) tetapi masih ikut dalam sistem riba, membuka aurat, melakukan pergaulan bebas, mengumpat, memfitnah, mencerca, sombong, kikir dan cinta dunia.
Golongan seperti itu adalah golongan durhaka dan tidak selamat dari api neraka.
Imam Al Ghazali berkata :
"Tidak mengapa kalau tidak bisa tahajjud malam (karena sunat),tetapi janganlah membuat dosa (haram) di siang hari, karena tidak ada gunanya bakti pada Allah di malam hari (tahajjud) tetapi durhaka (berbuat dosa–haram) di siangnya."
Orang seperti itu sama halnya dengan seorang yang menanam padi di tengah ilalang. Hasilnya padi akan dirusak oleh ilalang dan tidak memperoleh hasil apa pun. Atau seperti seorang yang memelihara kesehatan badannya dengan memakan obat-obatan yang perlu, tetapi ia juga memakan racun.
Akibatnya orang tersebut tidak akan sehat seperti yang diharapkan.
Tersebut sebuah Hadis :Terjemahannya : Tahukah kamu apa itu muflis? Mereka menjawab, "Muflis pada kami adalah mereka yang tidak mempunyai dirham dan harta benda sedikit pun." Sabda Rasulullah, "Sesungguhnya orang yang muflis di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari Qiamat dengan shalat, puasa dan zakat tetapi dia juga pernah mencaci, menuduh orang berbuat jahat, dan mengambil hak orang. Dia juga pernah menumpahkan darah (membunuh orang) atau sekurang-kurangnya memukul. Oleh karena itu pahala ibadahnya akan diberi kepada orang yang dianiaya itu satu persatu. Dan kalau pahalanya tidak cukup, dosa-dosa orang itu diberikan juga kepadanya (jadilah ia muflis) dan akan dijerumuskan ke dalam Neraka." (Riwayat Muslim)
2. Orang yang taat dalam mengerjakan amalan-amalan lahir tetapi lalai terhadap amalan batin. Lahirnya terlihat sempurna tetapi hatinya penuh dengan hasad dengki, jahat sangka, sombong, kikir, riya', penuh angan-angan, minta dipuji, cinta dunia, serakah, mementingkan diri sendiri, di samping tidak ada rasa hina diri, mengharap dan malu dengan Allah. Dia suka menghina orang yang tidak beribadah, sedangkan dia merasa tenang dan senang dengan ibadahnya serta merasa yakin akan selamat di Akhirat.
Orang seperti itu sebenarnya adalah orang yang durhaka dalam taatnya kepada Allah. Hakikatnya dia adalah orang yang durhaka dan amalannya ditolak. Dia bukan orang yang dekat dengan Allah tetapi orang yang jauh dari Allah. Hatinya terputus dengan Allah.
Para ulama telah sepakat :
1. Biarlah sedikit amal (yang fardhu saja) bersama hati yang merasa takut pada Allah (takwa) daripada banyak amalan lahir tetapi tidak ada rasa takwa (rasa hamba).
2. Walau sebanyak dan sehebat apa pun ibadah seseorang selagi hatinya tidak zuhud dengan dunia, selama itu pula ibadahnya tidak bernilai.
Orang yang mengerjakan amalan lahir tanpa amalan batin perbandingannya seperti seorang pekerja di istana raja yang rajin dan taat melakukan kerja-kerja yang ditugaskan padanya di istana itu. Kerjanya rajin dan lebih banyak daripada pekerja-pekerja lainnya. Maka timbullah rasa bangga dan sombongnya. Malangnya di antara kawan-kawan dia bersikap angkuh. Bahkan di depan raja pun bersikap tidak sopan, tidak hormat dan tidak beradab. Dia merasa dirinya hebat dan besar. Dia beranggapan raja tidak murka kepadanya sebab semua pekerjaannya selesai
Ternyata apa pandangan raja? Sekalipun dia tahu hambanya itu bekerja dengan rajin tetapi karena sikapnya yang tidak beradab itu, raja tidak akan sayang untuk membuangnya dari istana, karena dia seolah-olah hendak menjadi raja (ataupun merasa setaraf dengan raja).
Begitu juga jika seorang manusia yang melakukan perintah-perintah Allah tetapi hatinya tidak beradab dengan Allah sebagaimana yang Allah kehendaki, niscaya Allah tetap murka dan akan melemparkannya ke dalam Neraka.
Firman Allah :
Terjemahannya : Adapun orang yang enggan dan menyombongkan diri maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksa yang pedih. (An Nisa’ : 173)
Dan firman Allah dalam Hadist Qudsi bermaksud :
"Hai Isa, apabila Aku lihat di dalam hati hamba-Ku terdapat cinta yang suci pada-Ku tidak bercampur oleh sesuatu tamak, keinginan-keinginan yang berkenaan dengan Akhirat dan dunia maka ia akan Kuperlakukan sebagai penjaga cintanya itu."
Orang yang benar-benar taat adalah orang yang hatinya cinta kepada Allah. Cinta sucinya akan membuatnya beramal semata-mata untuk Allah. Niatnya tidak bercampur dengan niat mencari keuntungan di dunia atau akhirat. Ketaatan kepada Allah yang seperti itu adalah taat yang suci. Dia tidak akan ujub dalam taatnya, tidak riya' dalam taatnya, tidak buruk sangka dalam taatnya, tidak sombong dalam taatnya, tidak penuh angan-angan dalam taatnya, tidak merasa tuan dalam taatnya dan lain-lain.
Itulah orang yang hatinya dekat kepada Allah. Dia taat dalam taatnya. Jasad lahirnya dan jasad batinnya sama-sama tunduk menyembah Allah dengan taat, rasa hina diri, malu, rasa bersalah, rasa berdosa dengan Allah, tidak menghina hamba-hamba yang lain, tidak sombong dan tidak hasad.
Ibadah-ibadahnya yang lahir (membuat yang fardhu dan sunat, meninggalkan yang haram, syubhat dan makruh) dan ibadah batin betul-betul dilakukan sebagai satu persembahan yang sebenarnya dari seorang hamba kepada Tuhannya. Dia tidak mengharap balasan apa pun di dunia dan di akhirat. Itulah hamba Allah yang akan menjadi kecintaan Allah di Akhirat nanti.
Firman Allah dalam surah Al Waqiah :
Terjemahannya : Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon-pohon bidara yang tidak berduri. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas. Dan air yang senantiasa mengalir. Dan buah-buahan yang lebat. Yang tidak bermusim (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
Sesungguhnya Kami menciptakan untuk mereka (bidadari-bidadari) ciptaan yang unik (tidak beranak). Dan Kami jadikan mereka muda-muda belaka. Saling mencintai dan sebaya umurnya. Untuk golongan kanan (terdapat dua kumpulan). (yaitu) kumpulan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan kumpulan besar dari orang-orang yang kemudian. (Al Waaqiah: 27- 40)
Ada pula segolongan manusia yang taat dalam durhaka. Mereka adalah orang yang tidak beramal dengan syariat lahir karena tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.
Mereka hanya dapat membuat ibadah yang fardhu dan meninggalkan yang haram tetapi ibadah sunat fadhoilul 'amal sangat kurang. Tetapi karena kekurangan itu mereka selalu merasakan kekurangan diri, hina diri dan rasa bersalah (berdosa).
Mereka mengharap amal yang sedikit itu diterima Allah dengan rasa malu dan takut dengan Allah. Mereka selalu menyesali diri yang tidak kuat melawan hawa nafsu dengan rasa berdosa. Perasaan tidak sempurna dalam melaksanakan khidmat pada Allah dan manusia selalu ada di hati mereka. Sebab itu mereka selalu beristighfar dan mohon dikasihani oleh Allah. Golongan seperti itu sebenarnya golongan yang taat. Mereka taat dalam durhaka. Mereka akan selamat di dunia dan di akhirat.
Mereka itu adalah seperti seorang pekerja istana raja yang tidak begitu rajin. Kerjanya sekedar cukup, tidak lebih, kadang-kadang melakukan kesalahan atau lalai. Seharusnya bekerja dua jam, ia hanya bekerja satu jam. Karena itu dia rasa bersalah, rasa kurang, tidak besar diri, tidak berfikir tentang kesalahan orang, takut sesama kawan apalagi kepada raja.
Dia bimbang bila kekurangannya akan mendatangkan kemurkaan raja. Sebab itu bukan saja dia sangat sopan dengan raja bahkan dia tidak berani berbuat tanpa izin di dalam istana. Ia menjaga gerak-geriknya karena merasa bimbang dan selalu mengharapkan kemaafan dan keampunan dari raja.
Raja menyadari keadaan itu, sebab itu raja memaafkan kekurangan hambanya dan akan tetap menerimanya sebagai hamba di dalam istana.
Begitulah hamba Allah yang selalu sadar dan insaf akan kelemahannya, senantiasa taubat, takut, malu dan rasa hina diri pada Allah serta berakhlak sesama manusia. Dia akan mendapat pengampunan dan syurga Allah di Akhirat nanti.
Firman Allah :
Terjemahannya: Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal soleh maka mereka akan masuk syurga dan tidak dianiaya sedikit pun. (Maryam : 60)
Hidup kita adalah untuk menghambakan diri kepada Allah. Itulah jalan keselamatan seorang manusia. Dua puluh empat jam kita mesti beribadah pada Allah, lahir dan batin.
Firman Allah: Terjemahannya : Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzaariyat : 56)
Mungkin dalam ibadah lahir ada waktu istirahatnya tetapi dalam ibadah batin yang dilakukan oleh hati kita, mesti dilakukan terus-menerus. Kita mesti selalu memelihara rasa kehambaan pada Allah, rasa hina, rasa malu, rendah diri, takut, bimbang, ingin berkhidmat, rasa berdosa, rasa lemah dan rasa diri penuh kekurangan. Perasaan-perasaan (zauk) itu hendaklah kita pelihara dalam hati sepanjang masa.
Bagi kita sebagai orang awam, mungkin rasa itu belum ada di hati, karena itu hendaklah kita terus mengusahakannya dengan memikirkan kebesaran, kehebatan dan keagungan Allah. Perhatikan dan fikirkan tanda-tanda kebesaran Allah pada alam. Dari situ akan datang perasaan kehambaan pada diri kita.
Pada tahap awal perlu dipaksakan supaya perasaan itu ada. Namun bagi orang yang telah bersih hatinya mereka tidak susah memikirkannya lagi. Perasaan itu sudah ada dan senantiasa ada dalam hati mereka. Bukan saja waktu shalat, waktu membaca Al Quran, berpuasa, berzikir dan lain-lainnya, bahkan di luar waktu ibadah, hati mereka tetap kepada Allah SWT.
Singkatnya perasaan kehambaan itu telah benar-benar dihayati oleh lahir dan batin mereka sepanjang masa. Seperti seorang pekerja istana yang hatinya senantiasa berisi perasaan kehambaan baik ketika bekerja atau ketika beristirahat, waktu makan, minum atau waktu tidur. Tidak seperti pekerja yang waktu kerja dia merasa dia kuli, tetapi waktu istirahat dia merasa tuan dan berlagak seperti tuan.
Orang yang kenal Allah akan benar-benar merasa bahwa dia adalah hamba Allah. Hatinya tidak merasa lebih baik, lebih pandai, hebat, besar, kuat, dan segala-galanya. Sebab kalaupun dia pandai, maka dia tetap hamba. Dia rasa dia adalah hamba, ingin berkhidmat sebagai hamba. Hidupnya seperti hamba dan bergaya seperti hamba. Hamba Allah yang bekerja untuk Allah, mengabdikan diri kepada Allah, berjuang membela agama Allah, berkorban untuk Allah dan berperang karena Allah bahkan rela mati karena Allah.
Siapa pun musuh Allah adalah musuhnya, akan ditentang habis-habisan. Dan orang-orang Allah adalah orang-orangnya maka ia perlakukan dengan penuh mesra dan kasih sayang.
Itulah jiwa yang merdeka, bebas dari ikatan dunia. Jiwa yang tidak akan diperbudak oleh dunia karena jiwanya diserahkan sepenuhnya pada Allah.
Banyak terjadi di kalangan kita, mereka yang merasa hamba Allah hanya ketika beribadah, shalat, puasa, mengerjakan haji, atau waktu membaca Al Quran, wirid dan zikir saja. Di luar waktu itu, waktu makan, waktu tidur, waktu mencuci, waktu menyapu halaman dan lain-lain, tidak merasa diri sebagai hamba.
Kita merasa urusan tersebut adalah urusan kita sehingga kejayaan yang dicapai adalah untuk dan karena kita. Cara melaksanakan urusan tersebut. sesuai dengan selera kita, pendapat kita dan cara kita. Kita tidak merasa bahwa kita berkhidmat untuk dan karena Allah lagi. Kita tidak terasa hubungan dengan Allah. Kita tidak merasa malu dan hina diri dengan Allah. Mungkin jika ditanya orang kita akan menjawab bahwa kita bekerja untuk Allah. Tetapi itu hanya ada di akal saja, hakikatnya hati kita tidak merasa begitu.
Perasaan (zauk) kita tidak merasakan begitu. Hati masih merasa tuan, merasa kepunyaan kita, kuasa kita, kejayaan kita, kelebihan kita dan karena kita. Sebab itu kita akan mengikuti selera kita dalam bertindak sehingga tidak menghiraukan peraturan hidup dari Tuhan.
Orang seperti itu sebenarnya bukan menghambakan diri pada Allah, dan tidak bertuhankan Allah. Dia bertuhankan dan menghambakan diri untuk nafsu.
Firman Allah : Terjemahannya : Tidakkah kamu melihat orang yang mengambil hawa nafsu sebagai Tuhan. (Al Jasiyah : 23)
Mereka menganggap diri mereka bijaksana dan merdeka, tetapi sebenarnya merekalah orang yang lemah, bodoh dan terkurung dalam kesempitan nafsu mereka sendiri.
Karena menurutkan hawa nafsu manusia menjadi orang-orang yang durhaka pada Allah dalam ketaatannya. Mereka menunaikan hanya sebagian dari perintah Allah (durhaka dalam taat). Mereka mengikuti kehendak dan bisikan nafsu tanpa menyadari bahwa mengikuti hawa nafsu itu berarti durhaka pada Allah.
Sebagian besar manusia beranggapan bahwa mengikuti kehendak nafsu adalah suatu yang baik dan selayaknya. Terutama dalam amalan batin. Karena hal itu sulit, tidak terlihat oleh mata manusia, maka tidak ada siapa pun yang dapat menegur.
Ia melakukan shalat, puasa, berjuang, bicara tentang kebenaran, berkorban untuk Islam, sehingga orang menganggapnya baik. Hatinya sombong, tidak ada siapa pun yang tahu, hatinya jahat sangka tidak ada yang tahu, hatinya iri tidak ada yang tahu, hatinya tidak rasa berdosa siapa yang tahu, hatinya merasa bersih siapa yang tahu, hatinya pemarah siapa yang tahu, hatinya gila dunia siapa yang tahu, hatinya tidak takut Allah siapa yang tahu dan banyak lagi amalan hatinya tidak ada siapa pun yang tahu. Maka ia menjadi manusia yang tertipu. Biasanya orang itu mati dalam dosa atau maksiat yang tidak disadari, balasannya adalah neraka.
Marilah kita obati hati kita dengan mujahadah terhadap nafsu (mujahadatunnafsi), satu perjuangan yang besar dan terus menerus tiada ujungnya.
.