Dalam firman Allah Surat Ar rad ayat 11 ditegaskan : ” Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ”.
Dari Alqur’an dan hadist tersirat bahwa pewujudan keadaan yang membuahkan hasil adalah
kemampuan manusia berpikir untuk meyakinkan dirinya yang terbaik sehingga dapat mewujudkan cita-cita, tentunya sebagai kemurahan Allah SWT. Berarti manusia tidak boleh mudah menyerah dengan tantangan, hambatan dan kesulitan hidup dan harus dijalani dengan rasa optimis.
Memang sifat manusia yang tidak tetap adalah cepat mengharap kebaikan namun cemas bila menghadapi kerugian.
Dalam firman Allah Surat An Anfaal ayat 74 dikatakan bahwa :
“ orang-orang yang beriman, orang-orang berhijrah, orang-orang berjihad pada jalan Allah, orang-orang yang memberikan tempat perlindungan dan pertolongan, mereka itulah orang-orang yang sebenarnya beriman, mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia”.
Beberapa kiat guna membangun keyakinan diri :
1. Hargailah dirimu dengan wajar.
Miliki konsep yang benar mengenai dirimu. Bukan hanya orang lain yang penting, tapi kamu
juga penting. Yakinlah bahwa kamu lahir ke dunia dengan potensi untuk meraih yang terbaik.
2. Ubahlah apa yang bisa kamu ubah, tapi terimalah apa yang tidak bisa diubah.
Rasa percaya dirimu akan terkikis kalau kamu terus memaksa perubahan atas apa yang tidak
bisa diubah.
3. Belajar bertanggung jawab terhadap perilaku.
Jangan mudah menyalahkan orang lain. Bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukan.
Katakan benar bila itu memang benar dan katakan dengan benar meskipun hal itu suatu
kesalahan, maka semua itu akan benar.
4. Bersikap positif terhadap kehidupan.
Ibaratnya hidup ini seperti air yang jernih, dan ia akan berubah warna tergantung warna apa
yang kamu tuangkan kedalamnya. Hidup ini ringan kalau kamu menganggapnya tidak berat.
Persoalan-persoalan kehidupan adalah senda gurau belaka, jangan dianggap sebagai racun
yang merusak dan melumpuhkan. Hidup ini bisa tampak indah sejauh mata tidak terfokus pada
awan yang kelabu.
5. Bacalah potensi diri.
Dengan keterbukaan potensi diri yang baik maka akan tumbuh kepercayaan diri itu sendiri.
6. Berani mengambil risiko.
Untuk harapan adalah risiko nyeri. Untuk mencoba adalah risiko kegagalan. Tapi risiko harus diambil, karena terbesar
bahaya dalam hidup adalah risiko apa-apa ( Leo FB). Seperti ungkapan Roosevelt : “Satu-satunya kita takut adalah ketakutan itu sendiri”. Jangan jadi penakut !!!
7. Bersikaplah realistis.
Hidup harus dijalani dengan apa adanya sesuai kemampuan diri jangan terlalu ingin melebihi
orang lain dengan cara yang tidak baik. Jalani dengan doa dan usaha maka akan memperoleh
yang terbaik.
8. Jadikan keresahan sebagai kawan.
Banyak peristiwa atau saat-saat dalam hidup yang membuat cemas / gelisah yang dapat
menimbulkan krisis kepercayaan diri. Ingatlah rasa cemas dan gelisah adalah “kawan” yaitu
desakan untuk beradaptasi dan berubah. Gunakan energi, kecerdasan, kewaspadaan daripada
membuangnya hanya untuk kecemasan yang berlebihan. Lebih baik hadapi tantangan secara
tegas dan berkesinambungan.
9. Tingkatkan iman kepada Tuhan Yang Maha kuasa.
Rasa percaya diri yang kokoh harus dibangun di atas fondasi yang kuat yaitu keimanan. Dan
belajar bersyukur dalam segala keadaan. Hati yang penuh dengan ucapan syukur akan
membuat hidup lebih ringan, pikiran lebih jernih dan perasaan lebih nyaman sehingga
mengendalikan perasaan bukan lagi beban yang berat.
Kami melihat dunia dalam kacamata yang buram.. alias tampaknya semua seperti berjalan dengan tidak sesuai dengan yang kami inginkan. Banyak hal yang membuat kami muram
Kami ketahui sekarang bahwa...apa yang kita katakan mengenai diri kita, jauh lebih penting dari apa yang orang lain katakan mengenai diri kita
Ketika seorang guru mengatakan bahwa kami tidak berbakat di bidang x, maka kami jadi sedih dan mempercayainya, sehingga kami tidak bergairah mengikuti pelajaran x.
Dari buku buku positif, kami membaca banyak sekali hal seperti:
" Kita bisa kalau kita sungguh sungguh berusaha"
- Goal, Strategi Dan Berlatih dengan tekun lebih penting bahkan dari pada bakat dan kepandaian
-Jenius = 1% Bakat dan 99% Usaha
- Percaya pada diri kita sendiri bahwa kita akan sukses, insya Allah kita akan segera sukses!"
- Kalau kita terus menerus mengatakan bahwa kita cakap dan mampu maka kita akan benar benar cakap dan mampu ("Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya")
Wah... kelihatanya seperti suatu hal yang begitu mudah dan dilebih-lebihkan!, kami-pun berpikir demikian awalnya...
Apa benar kami bisa memilih bagaimana kami merasa bagaimanapun keadaan kami?
Bukankah demikian indah bila kita bisa menjadi percaya diri, fokus dan mencapai hal yang kelihatanya tidak mungkin?
Ya, setelah membaca cukup banyak buku motivasi dan kisah-kisah (baik umum maupun agama) dan coba mempraktekkanya, ternyata benar kami sepertinya berubah. Menjadi merasa, berpikir dan mencapai jauh lebih banyak, lebih baik dan lebih mudah.
Judul: berasal dari makna dari sebuah peribahasa arab"Man jadda wajada"
(Harap pahami, tidak semua ucapan yang baik ataupun kalimat yang benar maknanya lantas boleh kita nisbahkan (sandarkan) kepada Allah maupun Rasululloh.
Allah telah menyebut dalam al-qur'an bahwa orang yang berbicara dengan menisbahkan suatu ucapan kepada Allah padahal itu bukan firman-Nya, sebagai dosa yang begitu besarnya:
"qul innamaa harroma robbiyal fawaahisya maa zhoharo minhaa wamaa bathona wal itsma wal baghya bighairil haqqi waan tusyrikuu billaahi maa lam yunazzil bihii sulthoonan waan taquuluu 'alalloohi maa laa ta'lamuun"
Rasululloh juga mengancam orang yang taqowwul (membuat perkataan dusta atas nama) sabda beliau yang masyhur;
"Man kadzaba 'alayya muta'ammidan fal yatabawwa' maq'adahuu minan naar"
Ungkapan-ungkapan seperti; al-wiqooyatu khoerun minal 'ilaaj, man jadda wajada, man zaro'a hashoda dan semisalnya adalah ungkapan yang baik dan benar kalau dilihat dari segi maknanya tapi bukanlah firman Allah atau hadist Rasululloh . Maka harus dibedakan antara shihhatun nisbah dan shihhatul ma'na.
Sebab tidak semua yang benar maknanya, benar juga menisbahannya kepada Allah maupun Rasululloh"Man jadda wajada!!"
Kata-kata itu cukup menjadi senjata yang ampuh bagi saya. Itu bukan hadits, apalagi ayat Al-Qur'an. Itu hanyalah mahfudzot atau ungkapan pepatah arab.
Dari puluhan mahfudzat yang pernah saya kenal, hanya 2 mahfudzot yang saya masih hafal. Yang pertama, Man Jadda wajada. Yang kedua, Al-Ilmu bila amalin ka syajaratin bilaa tsamarin, yang artinya Ilmu tanpa amal, seperti pohon tanpa buah. Man jadda wa jada, kata-kata itu mempunyai makna tegas "Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil!!".
Kekuatan makna 'Man jadda wa jada' ini sampai sekarang seolah menjadi kekuatan tersembunyi yang menggerakkan bagi saya. Sebuah makna mendalam yang menuntun dalam menggapai cita. Sebuah kata, yang walaupun itu bukan hadits apalagi ayat, maknanya cukup mencerahkan. Tidak bathil. Mengajak kita untuk berpacu dalam ikhtiar, bukan berpangku tangan dan menunggu. Bahwa, ikhitiar adalah jalan yang harus ditempuh jika ingin berhasil. Dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 pun dikatakan bahwa, ".... Innallaha laa yughayyiru maa bi qoumin, hatta yughoyyiru maa bi anfusihim..." "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri".
Jadi, intinya adalah harus ada aksi, kalau ingin menghasilkan sebuah output. Usaha dan usaha, kemudian diiringi do'a, untuk menggenapkan aksi tersebut. Dan, yang tak kalah penting ialah positive thinking dalam diri kita. Karena positive thinking dapat membawa kita menggapai sesuatu. Dalam bahasa lainnya disebut husnudzon. Husnudzon bahwa pertolongan Allah itu selalu ada. Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa Allah itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Kalau kita berprasangka baik bahwa kita berhasil, Insya Allah dengan pertolongan Allah kita akan lebih mudah menggapainya.
Dalam 2 hari terakhir, kata-kata Man Jadda wajada kembali terngiang dalam telinga saya. Ia menjadi obat di kala kantuk tiba. Menjadi penyegar di kala bosan. Menjadi pengingat ketika malas mulai menyerang. Saya tanamkan dalam diri ini bahwa untuk mencapai keberhasilan perlu usaha yang keras. Dan akhirnya, laporan itu selesai, walaupun masih perlu direvisi di sana-sini. Setelah 1 malam mata ini tidak terpejam sama sekali, sampai tiba adzan subuh. Mungkin kalau bisa ngomong, layar monitor itu akan bilang bosen ngeliat saya terus. Rasanya sudah lama tidak merasakan aura kesungguhan seperti ini. Alhamdulillah perjuangan kala itu, juga membuahkan hasil.
Jadi, intinya apa ya? Ya, yakinlah bahwa usaha yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh itu tidak akan sia-sia. Ia akan membuahkan hasil yang manis. Tentunya setelah diiringi dengan doa dan semangat yang tangguh...
Raih Cita-cita dengan "Man Jadda Wajada"
“Man Jadda Wajada.” Eits…ini bukan rapalan sihir ataupun rumus mantra pengasihan. Kalimat berbahasa Arab ini artinya kurang lebih adalah, siapa yang bersungguh-sungguh maka dia pasti berhasil. Siapa pun yang menerapkan rumus tersebut, bisa dipastikan akan mencapai tujuannya dengan gemilang. Siapa pun di sini bisa saja orang kafir atau bahkan orang yang beriman. Rumus ini tidak pandang bulu dan tidak hanya diperuntukkan bagi orang mukmin saja.
Rumus Man Jadda Wajada ini selaras dengan Maha Pengasih-nya Allah yang memberi rezeki kepada semua makhluk tidak peduli ia kafir atau beriman. Ambil sebagai contoh Bill Gates. Meskipun kafir, tapi ia bersungguh-sungguh di bidang computer sehingga jadilah ia orang yang kaya raya dari bisnis computer sebagai penemu Microsoft. Lalu ada juga Hugh Hefner pendiri majalah porno Playboy, Madonna yang artis seronok, JK Rowling si pengarang Harry Potter, Oprah Winfrey si pembawa acara terkenal dan masih banyak lagi yang lainnya sukses karena mereka bersungguh-sungguh di bidangnya.
Itu sebagian nama dari orang sukses di luar negeri. Dari dalam negeri mulai dari Inul dengan goyang ngebornya, Trio Macan yang erotis, Tukul Arwana, hingga Ustadz Yusuf Mansur dengan konsep sodaqohnya, Jefrey Al-Bukhori, Aa’ Gym, dll adalah sedikit nama yang telah mendulang keberhasilan di dunianya masing-masing.
Ya, memang tidak semua keberhasilan mereka patut ditiru. Sebagian mereka hanya mengejar keberhasilan di dunia tapi menginjak-injak moral.
..orang kafir saja bisa mendulang sukses bila dia berusaha sungguh-sungguh, apalagi kita sebagai orang yang beriman, tentunya harus lebih baik lagi
See, ternyata semua bisa sukses tanpa memandang apakah itu aktivitas haram semisal goyang ngebor dan mendirikan majalah porno, ataukah aktivitas kebaikan semisal menjadi dai tersohor. Di sini berlaku hukum alam atau sunnatullah bahwa siapa pun yang berusaha maksimal maka ia akan menuai hasilnya. Halal dan haram itu tergantung pilihan manusianya. Pilihan ini mengandung resiko masing-masing yang itu semua ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak.
Nah, orang kafir saja bisa mendulang sukses bila dia berusaha sungguh-sungguh, apalagi kita sebagai orang yang beriman, tentunya harus lebih baik lagi donk. Usaha yang kita lakukan bukan melulu usaha yang mengejar kesuksesan dunia saja sebagaimana orang kafir itu. Usaha orang yang beriman itu orientasinya melesat hingga jauh ke depan yaitu sebagai bekal di akhirat kelak. Jadi ikhtiar atau usahanya harus jauh lebih maksimal daripada orang-orang kafir itu. Tambahan lagi, bidang yang digeluti oleh orang-orang beriman sudah pasti bidang yang halal bukan bidang maksiat sebagaimana yang dilakukan Om Hugh Hafner, Madonna, dan si Inul.
Most of all alias di atas itu semua, kita sebagai orang yang beriman punya Allah yang Maha memiliki seluruh langit dan bumi. Allah itu Maha kaya jadi jangan pernah takut miskin dan gagal. Jangan pernah takut mencoba karena backing kita adalah Yang Maha segalanya.
Kamu yang ingin jadi ilmuwan bertakwa selevel Ibnu Sina yang ahli kedokteran plus juga hafizh Qur’an, atau kamu yang ingin jadi pengusaha muslim sukses, ingin jadi penulis hebat nyaingin JK Rowling, jadi ahli computer melebihi Bill Gates, semua itu pasti bisa kamu capai, insya Allah. Intinya bersungguh-sungguhlah kamu mulai sekarang, detik ini untuk meraih semua cita-citamu yang mulia itu. Dengan izin Allah, tak ada yang tak mungkin dalam kehidupan kaum mukminin itu. So, berjuang mulai sekarang ya. Yihaa lah…bismillah, dengan kekuatan usaha dan doa, Man Jadda Wajada pasti bisa terwujud. Selamat meraih cita-citamu baik Riil maupun Spirituil.